Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2015

Setetes Nurani Berbingkai Kesabaran

“Orang yang bersabar dan suka memaafkan, sesungguhnya hal yang demikian itu sesungguhnya termasuk pekerjaan yang dilakukan dengan hati yang teguh.” (As-Syura: 43) Assalammualaykum.. mentadaburri QS: As-Shaffat ayat 99-111 mengingatkan saya pada ketaatan nomor wahid dari Nabi Ibrahim serta kesabaran tiada tara oleh Nabi Ismail. Sungguh, betapa luar biasa Allah berikan hikmah kepada umatNya tentang sebuah kesabaran. Tentang sebuah makna yang banyak orang berkata itu tentu sulit, itu hanya dimiliki orang yang tak mau maju, dan itu hanya sifat yang acuh, tidak berdaya dan memiliki batas. Padahal makna dari sebuah kesabaran itu lebih luas dari seluruh samudra yang ada, lebih tinggi dari gedung tertinggi di seluruh dunia. Sabar itu setetes nurani yang dicelupkan dalam cinta Illahi.  Barangkali sabar, bagi kebanyakan orang adalah sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Sabar ibarat cahaya yang bersinar, ia dapat menerangi hati siapa saja, masuk ke dalam kekosongan dan kegelapan pun bisa.

Talk About Love Part 1 [Jodoh itu... ?]

Apalah manusia tanpa Allah yang menuntun langkah, dalam membingkai perasaan yang berhenti berdetak dalam diam namun berlari dan berupaya dalam ketaatan... Apalah manusia tanpa Allah yang menjaga dalam setiap penantian, dalam mencari jodoh terbaik, menjadi jalan menggenapkan Dien, dalam setiap detik yang dilalui adalah cinta dan mencintaiNya... Apalah manusia tanpa Allah yang dalam setiap desah napas, langkah kaki dan detak jantungnya adalah milikNya? Maka... Apalah manusia tanpa Allah jika tak sandarkan segala perkara padaNya? [Ken Ulinnuha, 2015] *** Assalammualaykum ikhwah... semoga setiap detik yang dilalui adalah keberkahan :). Talk About Love , sebenarnya penulis sama sekali belum siap diminta untuk menuliskan tentang segala macam yang berkaitan dengan cinta, apalagi prakteknya. Pertama karena saya belum menikah, kedua karena belum memahami secara detail. Namun banyak sekali permintaan para pembaca yang keseluruhannya adalah keluarga juga sahabat dekat. Pss

Mempersiapkan Hidup Setelah Kematian

"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS, Al-Munafiqun, 63:11) Assalammualaykum Ikhwah, Apakabar hari ini? Sungguh dunia sedang berduka saat ini. Sebuah Crane jatuh menimpa jamaah haji di Masjidil Haram, Makkah. Dari beberapa korban yang wafat, dua diantaranya adalah warga negara Indonesia. Masya Allah, sungguh kematian yang indah, menghadap kepadaNya dalam keadaan sedang beribadah hingga Allah memanggilnya disaat iman sedang membuncah dalam dada. Belum lagi konflik di Suriah yang berkepanjangan sehingga memaksa warganya mengungsi untuk mencari perlindungan. Sungguh tahun yang penuh kedukaan. Semoga seluruh korban yang wafat atas jatuhnya Crane di Masjidil Haram mendapat kemuliaan surgaNya, mati syahid di jalanNya, diampuni seluruh dosa-dosanya. Seperti halnya warga Suriah yang wafat ketika hendak mengungsi, tenggelam di tengah samudra, kelaparan yang me

R.I.N.D.U

Terkadang memiliki kenangan yang terlalu banyak dengan keluarga itu begitu mengharukan. Rasanya sudah terbiasa bersama, berbagi, bercanda bahkan bertengkar kemudiaan berpisah itu seperti ada sebelah hati yang kosong, dibiarkan tak berisi. Entah kenapa rumah terasa sepi sekali tanpa adek-adek. Seperti ada keceriaan yang hilang. Seperti ada kebahagiaan yang memudar. Biasanya asyik berdiskusi, saling melempar ejekan, memuji satu sama lain atau tertawa riang. Begini rasanya jadi kakak dari 4 adik. Jika salah satu atau beberapa pergi untuk merantau, rumah sepi sekali. Hanya bermain dengan kucing-kucing kesayangan kami dan ngobrol dengan bapak ibu. Mungkin karena sudah lama sekali saya tidak berdiskusi panjang lebar dengan Dek Bre. Membedah buku, isu2 terkini atau solusi dari sebuah permasalahan umat. Kadang-kadang menonton tayangan di TV sambil makan cemilan, saling melempar cemilan dan cubitan-cubitan kecil. Diskusi hingga malam tentang dakwah, dosen-dosen di kampus, tugas kuliah

Rasa Kemanusiaan Yang Terdampar

“Kemanusiaan itu tak mengenal batas negara dan agama. Ia tumbuh dari keajaiban nuranimu tanpa sekat, tanpa musim" ― Helvy Tiana Rosa Tiba-tiba tangis saya pecah ketika melihat artikel di laman website dakwatuna.com, seorang balita ditemukan tak bernyawa terdampar di bibir pantai Turki. Balita bernama Aylan Kurdi tersebut sebenarnya hendak pergi ke Jerman bersama keluarganya, Ayahnya Abdullah Al Kurdi, Ibunya Rehana dan kakaknya Ghalib Al Kurdi. Namun perahu yang dia tumpangi terbalik di tengah lautan setelah 30 menit mencoba menyeberangi Laut Tengah menuju Eropa dari pantai Turki. Ya Allah.. begitu dahsyatnya perang mempengaruhi manusia. Konflik berkepanjangan di Suriah banyak membuat warga negaranya terkantung-kantung tak berdaya. Hingga mereka berusaha untuk berimigrasi ke belahan bumi lain, seperti Eropa. Namun banyak diantara mereka yang berjuang mencari perlindungan justru terdampar dalam keadaan meninggal dunia, menghadap kepadaNya. Dan dunia seperti tak bertindak seger

You Must Read!

Ini sebenarnya gegara adik saya Bre Ikrajendra yang demen banget baca buku sejarah, all about history memang ga ada yang bisa ngalahin dia dalam keluarga kami. Dek Bre hampir hapal di luar kepala sejarah bangsa Indonesia berikut detail basic nya, juga sejarah dunia dan especially islam history . Saya sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan genre history apalagi yang sifatnya shock effect . Saya lebih suka travelling book, novel , atau self help , beda jauh dengan kesukaan adik saya yang anti mainstream itu. Pernah suatu hari, saya diskusi tentang Salahuddin Al Ayyubi dengan dek Bre. Dan benar saja, saya kalah telak. Juga pernah suatu malam saya berdebat mengenai sejarah tokoh Tan Malaka. Saya benar-benar ciut, ibarat main catur, saya sudah skak mat. Mungkin karena saya sedikit sekali membaca buku sejarah.  Terkadang saya iri dengan dek Bre, dia bisa menuntaskan membaca buku dalam 2 hari tanpa meninggalkan kewajibannya sebagai hambaNya juga abdi negara Indonesia. Dan tanpa

Yakin

Aku seperti yakin terhadap sesuatu keyakinan yang berpadu dalam kalbu ia seperti beradu dalam hati bergejolak bagai perasaan yang tak terlukiskan Aku seperti yakin terhadap sesuatu seperti sedang berlari sampai ke finish mengerti dengan pasti arah tujuan walau tak tau kapan dan bagaimana waktu berjalan Aku seperti yakin terhadap sesuatu menari-nari dalam pikiran terus berlari dan mengajak memutar walau tak tau bagaimana bisa berhenti Aku seperti yakin terhadap sesuatu seperti sudah digariskan seperti sudah menjadi ketetapan tanpa keraguan  Aku seperti yakin terhadap sesuatu ia tiba dalam waktu yang tak pernah disangka ia hadir dalam pekan yang sungguh tidak diharapkan justru ia ada ketika tak dianggap ada Aku seperti yakin terhadap sesuatu tak tergoyahkan badai  tak terusik suara-suara parau berdiri tegak laksana pilar yang teguh bersiap dengan apapun Ternyata... yakin seperti itu... secara santun menancapkan perasaan tulus tak terbendung Semarang,