Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

PUISI: R.I.N.D.U

Ya Rabb, aku seperti menemukan Oase dii gurun hatiku yang gersang dan tandus, aku seperti menemukan sepercik embun yang menjernihkan hatiku, aku seperti menemukan bunga yang merekah indah, Ya Rabb, aku menemukannya pada senyum ibuku, tawa adikku, dan keriangan keluargaku... Ya Rabb, aku sungguh merindukan semua itu... mungkin setiap detik helaan napas dan detak jantungku merindukan hal itu... aku rela menjadi kaktus berduri yang dapat menggores hati dan jiwaku, aku rela menjadi buih di tengah lautan yang terombang-ambing oleh ombak, aku rela menjadi debu di langit yang luas, aku pun rela menjadi lemah dan tak berdaya... namun kumohon dengan sangat ya Rabbku... aku ingin kembali ke masa-masa yang lalu, ketika tawa adalah bahasaku sehari-hari, ketika cinta menjadi sebuah realita yang tak pernah berakhir... Ya Rabb, aku tak punya siapa-siapa kecuali Engkau di hatiku, ketika suatu saat nanti semua orang membenciku dan menghujatku, q yakin, Engkaulah satu-satunya yang membela dan men

Mercusuar Peradaban [Part 2] : Cahaya di atas Cahaya

... Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat per­umpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu. (QS. 24:35) Assalammualaykum ikhwah, Alhamdullilah finally bisa melanjutkan kembali tulisan saya mengenai Peradaban Islam. Setelah pada part 1 saya menjawab tantangan, pada tulisan kali ini penulis mencoba untuk merangkum keajaiban islam yang peradabannya ada di belahan bumi sebelah barat, Eropa. Sungguh menakjubkan ketika saya mengetahui bahwa ada banyak CahayaNya di langit Eropa dan bahwa setiap cahayaNya itu pula membangun rasa penasaran saya mengenai sejarah islam di benua kaya peradaban itu. Buku 99 cahaya di Langit Eropa karya Hanum Salsabiela dan Rangga Almahendra adalah buku bergenre novel peradaban islami pertama yang saya baca di awal tahun 2013. Entah sudah berapa banyak derai air mata yang mengalir membaca buku yang luar biasa ini. Saya berpikir pada saat

Satu Jam Bersama Bapak

"Islam itu sangat indah, Ken, bahkan menghargai seni dengan begitu sempurna".  Assalammualaykum ikhwah, apakabar? Ga kerasa ya countdown 55 hari lagi bulan Ramadhan? Balighna Ya Ramadhan... Semoga Allah berikan kesempatan untuk mengecup manisnya bulan Maghfirah. Well, sebenernya mau share sedikit nih tentang diskusi saya dengan Bapak yang cukup menggelitik malam ini. Actually , ga mudeng juga sebenernya. Terkadang, berdiskusi panjang lebar dengan budayawan perlu konsentrasi tingkat tinggi. Selain kecerdasan yang diperlukan, juga pemahaman dan pengertian. Karena kalo cepat menyimpulkan sesuatu, makna kata yang disampaikan justru tak berbekas, hanya angin lalu saja. Dan malam ini, ada beberapa hal yang menarik yang saya diskusikan dengan Bapak. Belakangan ini bapak jadi trending topic wartawan senior beberapa media masa, entah sudah berapa banyak wartawan yang menelepon Bapak untuk wawancara khusus terkait kasus yang sedang marak dibicarakan (Top Secret). Heran sih

Ma'annajah Dek :)

Gambar
Barakallah Dek Bre .. Mba Niken bersyukur Allah berikan kesempatan bersaudara kandung dengan lelaki sholeh seperti adek .. Barakallah Dek Bre .. Sebentar lagi adek akan menjadi generasi harapan , yang mengabdikan diri untuk agama , keluarga Dan Negara .. Barakallah Dek Bre .. Istiqomahlah pada prinsip dan keyakinanmu , menjadikan Allah yang pertama Dan utama di dalam hatimu .. Jam menunjukkan pukul 23.00 WIB. Sebagai seorang Kakak yang bangga terhadap adiknya, hari ini Mba Niken sengaja tidak tidur cepat. Mba lihat, Jadwal keberangkatan kereta Kertajaya jurusan Jakarta tertera 01.40 di ticket Yang Dek Bre masukkan dalam dompet warna hitam kesayangan. Sebentar lagi, gumamku dalam hati. Setelah dinyatakan diterima sebagai PNS sebuah departemen pemerintahan, Dek Bre mempersiapkan diri untuk bekerja. Membeli keperluan Dan kebutuhan yang dibutuhkan sesuai prasyarat departemen, mencukur rambut, menyemir sepatu, packing baju dan persiapan lainnya. De

Satu langkah Berjuta Harapan (@Kamandaka's Train)

Gambar
Assalammualaykum ikhwah, rindu rasanya menggebu dalam kalbu. Sudah lama ya rasanya ga nulis? Sudah berapa hari ya?. Well , ada banyak moment yang ingin penulis share . Saking banyaknya sampai ga tau harus mulai darimana ya? Maybe dari perjalanan saya menuju kota kelahiran Bapak, Tegal Laka-Laka. Dari perjalanan ini saya menemukan banyak harapan, dimana dalam setiap perjalanan, along the journey kita akan menemukan episode-episode kehidupan yang sayang jika dilewatkan.  Perjalanan dengan menggunakan kereta adalah perjalanan paling saya sukai. Sejak kecil jika bepergian ke luar kota, saya lebih memilih untuk naik kereta daripada pesawat. Kenapa? Karena kereta adalah alat transportasi paling menyenangkan sedunia. Melihat hamparan sawah yang menghijau, melewati laut yang membiru, belum lagi pemandangan takjub lainnya. Suara kereta yang mendesis ketika roda-roda bergesekan di rel, atau suara kereta berangkat ketika di stasiun. Semuanya menjadi satu kesatuan yang selalu saya rindukan.

Share Tulisan Bapak Mengenai Taman Budaya Raden Saleh

Menyoal Taman Budaya Raden Saleh Teater Arena yang Hilang PADA 1990 Bambang Sadono menulis di Suara Merdeka: TBRS Idenya Eko Tunas. Setiap mengingat kolom itu, ada perasaan kehilangan pada diri saya. Pada 1981, saya mengantar rombongan Teater RSPD Tegal untuk pentas di Pekan Raya Promosi Pembangunan (PRPP) Semarang. Saat itu PRPP diselenggarakan di THR Tegalwareng, lokasi sebelum TBRS dibangun. Ternyata Teater RSPD pentas di satu arena yang membuat saya takjub. Yakni di bagian belakang area THR Tegalwareng. Satu arena yang cukup luas, layak untuk pementasan kolosal. Untuk sampai di dataran arena itu, kami mesti melewati dua lorong berundak bawah tanah. Para penonton duduk di trap-trap  beton sekeliling teater arena yang dahsyat itu!           Dari rasa takjub itulah, pada 1983 saya menulis di Suara Merdeka: Semarang sudah saatnya Punya Taman Budaya. Dalam tulisan saya itu saya menunjuk tempat yang tepat di lokasi THR Tegalwareng, dengan penyebutan nama Taman Budayanya: