Rasa Kemanusiaan Yang Terdampar

“Kemanusiaan itu tak mengenal batas negara dan agama. Ia tumbuh dari keajaiban nuranimu tanpa sekat, tanpa musim" ― Helvy Tiana Rosa
Tiba-tiba tangis saya pecah ketika melihat artikel di laman website dakwatuna.com, seorang balita ditemukan tak bernyawa terdampar di bibir pantai Turki. Balita bernama Aylan Kurdi tersebut sebenarnya hendak pergi ke Jerman bersama keluarganya, Ayahnya Abdullah Al Kurdi, Ibunya Rehana dan kakaknya Ghalib Al Kurdi. Namun perahu yang dia tumpangi terbalik di tengah lautan setelah 30 menit mencoba menyeberangi Laut Tengah menuju Eropa dari pantai Turki. Ya Allah.. begitu dahsyatnya perang mempengaruhi manusia. Konflik berkepanjangan di Suriah banyak membuat warga negaranya terkantung-kantung tak berdaya. Hingga mereka berusaha untuk berimigrasi ke belahan bumi lain, seperti Eropa. Namun banyak diantara mereka yang berjuang mencari perlindungan justru terdampar dalam keadaan meninggal dunia, menghadap kepadaNya. Dan dunia seperti tak bertindak segera.

Kemudian saya teringat bagaimana jika yang terdampar itu bukan seorang balita bernama Aylan Kurdi, yang ayahnya Abdullah hanya seorang tukang pangkas rambut, hidup di perbatasan Turki-Suriah, sering diteror dan berusaha untuk pindah ke negara lain untuk sebuah kata: Aman!. Bagaimana jika yang tak bernyawa terdampar itu bukan manusia, seperti ikan paus atau ikan hiu misalnya? Maka seluruh penduduk berbondong-bondong menyaksikan, seluruh lapisan masyarakat membicarakan bahkan seluruh pejabat di negeri mereka berusaha mengambil kebijakan. Itu saja ikan, bagaimana dengan manusia? Yang sudah jelas mereka adalah korban dari konflik berkepanjangan? Yang sudah jelas membutuhkan bantuan masyarakat dunia demi sebuah kata: Aman!. Tidakkah hati nurani kita berteriak? lalu kenapa dengan dunia? Seperti tidak ada solusi. Kenapa tidak segera mengambil kebijakan untuk segera menyudahi perang dan konflik?. 

Akibat konflik di Suriah, warga negara mereka terkantung-kantung hidupnya. Tidur di rel, mencari makanan sisa dari sampah. Siapa yang bisa tahan hidup di tengah konflik dan perang yang penuh teror mengerikan? Siapa yang bisa hidup tenang, beribadah dengan khusuk bahkan makan dengan lahap dalam suasana yang mencekam?. Saya rasa tidak ada manusia yang bisa. Dimana rasa kemanusiaan itu berada? Ketika seorang balita tak bernyawa terdampar di pantai dan dunia masih saja diam, bahkan kekejaman perang masih saja membuat dunia mengunci rapat nurani mereka. Ya Allah... Dimana rasa kemanusiaan itu? Apakah benar-benar terdampar?.

Ya Allah... seorang balita tewas terdampar
dalam air mata kepahitan
dalam serpihan pasir pantai yang dingin
seluruh dunia tercekat
dalam balutan ilusi dan logika
tak terbuka nurani
tak bergerak jemari

Ya Allah... seorang balita tewas terdampar
hendak menjemput takdir yang gemilang
namun Engkau menakdirkan terombang-ambing dalam lautan
dalam air mata kedukaan
dalam ranah jiwa yang terluka
teror dan diskriminasi bak ombak yang semakin berderu
tak ada yang berbicara

Ya Allah.. apa yang seharusnya kami lakukan
dalam kemanusiaan yang katanya bertumbuh
dari keajaiban nurani, tanpa sekat dan tanpa musim
namun mereka masih berkucur duka
pada sisa-sisa kemanusiaan yang merana

Ya Allah... jika doa bisa mengubah takdir
maka takdirkan mereka berada di tempat paling mulia
bersama syuhada yang berbahagia
maka kami yang sedang berjuang disini
menjadikan hikmahMu sebagai rasa 
rasa kemanusiaan yang bertumbuh

Ya Allah... sekiranya Engkau berkenan
maka sudahilah dan redakanlah segala macam konflik
yang menguras air mata
yang setiap peluhnya adalah darah seorang syuhada

Referensi:
http://www.dakwatuna.com/2015/09/04/74067/foto-sedih-begitu-mendalam-hanya-ini-yang-mampu-diucapkan-ayah-balita-ilan-al-kurdi/#axzz3l9sp655o
http://wartakota.tribunnews.com/2015/09/03/kisah-bocah-tiga-tahun-aylan-kurdi-yang-bikin-seisi-dunia-menangis?page=2
http://dunia.tempo.co/read/news/2015/09/06/115698233/ini-kalimat-terakhir-aylan-kurdi-balita-suriah-sebelum-tewas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Ramadhan is loading...

Tak Ada Beban Tanpa Pundak