Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui, (QS 30:30)

Seorang kawan bertanya dengan sedikit mengernyitkan dahi: "Ken, seserius itu kamu belajar Parenting dan Kerumahtanggaan? Why? Belum juga nikah, entar kalo uda nikah dan punya anak, teori2 itu hangus terbakar." Aku tersenyum simpul, "Dear, aku ga pernah tau siapa jodohku kelak dan bagaimana anak-anakku. Tapi di masa menunggu ini aku wajib mempersiapkan diri dengan ilmu. Kelak aku patuh terhadap suamiku, kelak aku akan dititipi anak, amanah dari Allah. Aku pengen jadi Istri dan Ibu yang baik."


Menikah itu ibadah terlama, seumur hidup. Maka mempersiapkannya dengan baik adalah kewajiban. Baru-baru ini aku tertarik dengan konsep Fitrah Based Education yang didawamkan oleh Ustadz Harry Santosa. Indeed, masing-masing dari kita memiliki fitrahnya masing-masing. Aku ingin menjadi Ibu terbaik untuk anak-anakku, menyiapkan generasi terbaik yang bermanfaat untuk Ummat seperti halnya Siti Hajar menyiapkan Ismail dan Khadijah menyiapkan Fatimah.


Ki Hajar Dewantara salah satu tokoh cendekiawan yang sangat mendukung Fitrah Based Education. “Sistem pendidikan dan pengajaran Indonesia harus disesuaikan dengan kepentingan rakyat, Nusa dan bangsa, kepentingan hidup kebudayaan dan hidup kemasyarakatan dalam arti seluas-luasnya. Maka harus diingat adanya perbedaan bakat dan keadaan hidup antara anak didik yang satu dengan yang lain (daerah pertanian, perdagangan, pelayaran, dan lain-lain). Maka perlu diadakan diferensiasi untuk memperbesar kemanfaatan bagi anak didik, maupun masyarakat dan negara” Ki Hajar Dewantoro (Fitrah Based Education, 105)

Lalu apa sebenarnya Fitrah BAsed Education (FBE) itu? FBE ini adalah pendidikan berdasarkan fitrah seorang anak sehingga potensi dan bakat alamiah anak dapat dikembangkan karena setiap anak memiliki bakat yang berbeda-beda. Sebuah fakta menarik perhatian bahwa pendidikan berbasis fitrah inilah yang dipakai anak-anak Indonesia dahulu sayangnya yang dikembangkan hingga sekarang adalah adopsi dari pendidikan barat. 

Ada berbagai konsep fitrah dari beberapa ulama yang kemudian diformulasikan kembali dalam buku Fitrah Based Education karya Ustadz Harry Santosa menjadi 8 klasifikasi fitrah manusia yaitu:

1. Fitrah Keimanan
2. Fitrah Belajar dan bernalar
3. Fitrah bakat
4. Fitrah perkembangan
5. Fitrah seksualitas dan cinta
6. Fitrah Estetika dan Bahasa
7. Fitrah Individual dan Sosial
8. Fitrah fisik dan Indera

Pendidikan tidak bisa lepas dari tujuan penciptaan, tidak bisa lepas dari tugas manusia di muka bumi. Tugas manusia adalah memberi manfaat kepada orang lain dan lingkungan. Dan pendidikan mewujudkan tugas manusia di muka bumi.

Tujuan hidup (the purpose of life) adalah untuk beribadah, menjadi khalifah, imaroh, imamah. Maksud Allah harus bertemu dengan apa yang kita lakukan di muka bumi. Yang harus kita lakukan di muka bumi sudah dijelaskan pula di Al Qur’an yaitu sebagai rahmatan lil ‘alamin, rahmat untuk semesta alam, sebagai pembawa kabar gembira gembira dna peringatan, serta menjadi umat terbaik dan umat pertengahan. Jadi tugas/peran pendidikan adalah mendidik anak-anak agar fitrahnya menjadi peran peradaban.

Landscape Pendidikan menurut Al Qur’an :

Potensi Fitrah : manusia, bumi, waktu, sistem hidup.Pendidikan Peradaban (Fitrah Based Education) : human based education, nature based education, life based education, value and wisdom based education. Peran Peradaban : individual(Rahmatan lil Alamin; Bashiro wa Nadziro), communal (Khoiru Ummah ; Ummatan Wasathon)

Fitrah Keimanan

Pengertian: Setiap anak lahir dalam keadaan telah terinstal potensi fitrah keimanan, setiap kita pernah bersaksi bahwa Allah sebagai Robb (kholiqon, roziqon, malikan). Tidak ada anak yang tidak cinta Tuhan dan Kebenaran kecuali disimpangkan dan dikubur oleh pendidikan yang salah dan gegabah. Ini meliputi moral, spiritual, keagamaan dstnya.

Setiap manusia yang diciptakan sudah beriman, sejak lahir sudah terinstal fitrah keimanan pada diri anak. Jadi lebih mudah membangun anak yang shaleh daripada anak yang tidak shaleh. Setiap bayi di dalam lahir sudah bersaksi atas Kekuasaan Allah. Riset-riset modern pun membuktikan bahwa bayi lahir itu sudah beriman. Riset tersebut ingin membuktikan bahwa bayi yang lahir itu masih kosong atau sudah terinstal.

Still Face Experiment dilakukan oleh Dr. Edward Tronick. Risetnya sangat sederhana yaitu ibu melihat anak dengan wajah ceria, lalu ibu mengubah mimik wajah menjadi menakutkan dan menyeramkan, maka anak akan merespon negatif jika stimulan yang diberikan negatif. Jadi bayi sudah dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk. Ini merupakan bagian dari fitrah keimanan dan moralitas.

Riset lain, Yale Universe Research dilakukan dnegan menggunakan sandiwara boneka untuk bayi 3-8 bulan. Dalam sandiwara boneka tersebut, bayi dipertontonkan boneka baik dan boneka jahat. Usai sandiwara, bayi diberikan pilihan souvenir boneka baik dan jahat, dan bayi memilih boneka yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa bayi bias menilai good and bad behaviour.

Lingkup Fitrah: Fitrah Keimanan meliputi fitrah beragama, fitrah bertuhan, fitrah kesucian, fitrah “malu” dan “harga diri”, fitrah moral dan spiritual, fitrah berakhlak, dan sebagainya sebagaimana dijelaskan dalam bagian klasifikasi fitrah.

Kaitan dengan Fitrah lainnya: Fitrah keimanan melingkupi semua fitrah lainnya, ini adalah aspek spiritual dan moral yang membimbing fitrah lainnya untuk konsisten menuju “the purpose of life”.

Fitrah keimanan ini berelasi dengan Sistem Hidup yaitu Agama yang suci dan keduanya akan mengkonstruksi akhlakul karimah atau Karakter Moral. Jadi mendidik anak itu tidak sulit, tugas kita tidak menjejali anak dengan macam-macam, bukan dengan menjejali anak dengan 7200 program. Kita cukup menemani mereka menjalani kehidupan, membangkitkan imaji-imaji positif, sumringah ketika mendengar adzan, suka cita untuk melaksanakan shalat, sehingga fitrah keimanannya menjadi bangkit.

Fitrah Belajar

Bayi lahir sudah membawa fitrah ini, jika ada anak yang tidak suka belajar maka fitrahnya menyimpang. Salah satu riset yang dilakukan Annie Murphy Paul, What We Learn before We’re Born. Bayi sudah belajar sejak dalam kandungan, bayi balajar melalui ibunya, merekam dan merespon berbagai hal yang dilakukan ibunya sebagai bekal saat sudah lahir nanti. Contohnya, ketika ibu hamil suka makan tomat dan wortel, maka bayi yang sudah lahir akan suka makan tomat dan wortel dengan gembira.

Namun sebenarnya, proses 9 bulan dari pembentukan dan pencetakan yang terjadi di dalam kandungan jauh lebih mendalam dan berdampak daripada itu. Banyak dari apa yang ditemui wanita hamil dalam kesehariannya, udara yang dia hirup, makanan dan minuman yang dia makan, bahan kimia yang terpapar, bahkan emosi yang dirasakannya, dalam hal tertentu dibagikan kepada janinnya. Hal itu menciptakan berbagai pengaruh yang unik dan istimewa seperti wanita itu sendiri. Janin menggabungkan hal-hal ini ke dalam tubuhnya sendiri, membuatnya mendarah daging. Dan seringkali janin itu melakukan lebih dan memperlakukan peran serta ibunya ini sebagai informasi, semacam “kartu pos biologis” dari dunia luar.

Fitrah Bakat

Pengertian: Setiap anak adalah unik, mereka masing masing memiliki sifat bawaan yang unik. Sifat bawaan unik ini terkait dengan personality karena sifatnya melekat dan menjadi karakter kinerja. Personality yang produktif ini disebut dengan bakat atau talents. Fitrah bakat adalah potensi yang sangat terkait dengan misi hidup spesifik atau peran peradaban spesifik seseorang di muka bumi. Karenanya sering disebut juga dengan panggilan hidup.

Lingkup Fitrah: Fitrah Belajar dan Bernalar meliputi fitrah keistimewaan fisik dan fitrah keistimewaan sifat.

Kaitan dengan Fitrah lainnya: Fitrah bakat ini berelasi dengan Fitrah Kehidupan di masa atau dizaman atau di masyarakat tertentu sebagai kehidupan yang anak kita ditakdirkan lahir. Fitrah kehidupan ini meliputi derivasinya seperti fitrah kearifan lokal, fitrah realitas sosial dan problematikanya, fitrah zaman dan semua aspek teknologi pada zaman tersebut. Fitrah bakat ini terkait dengan peran kepemimpinan yaitu peran Khalifah maupun Imama.

Usamah zaid dinikahkan saat umur 14 tahun. Pada umur 18 tahun beliau memimpin pasukan, sesuai dengan bakatnya. Rasulullaah memahami hal tersebut. Pengahfal quran ditunjuk Rasulullaah. Rasul sudah menetapkan para saahabat sesuai potensinya. Ada anak yang sudah menghafal quran dengan cepat. namum hal yang lebih penting adalah mencintai Allah, mencintai rasul, mencintai kebenaran.

Peran orang tua ketika anak berusia 0-7 tahun adalah sebagai fasilitator. Untuk anak usua 7-10 tahun peran orang tua adalah sebagai guide. Unutk anak usia 10-12 tahun peran orang tua sebagai coach. Dan ketika anak usia 15 tahun ke atas, orang tua sebagai partner, karena orang tua dan anak sudah setara.

Fitrah Perkembangan

Setiap manusia memiliki tahapan perkembangan hidup yang spesifik dan memerlukan pendidikan yang sesuai dengan tahapannya, karena perkembangan fisik dan psikologis anak bertahap mengikuti pertambahan usianya. Misalnya, Allah tidak memerintah ajarkan shalat sejak dini, tetapi ajarkan shalat jika mencapai usia 7 tahun. Pembiasaan boleh dilakukan tapi tetap harus didorong oleh dorongan penghayatan aqidah berupa cinta kepada Allah dari dalam diri anak-anak.

Fitrah Seksualitas

Pendidikan seks sesungguhnya bukan hanya terkait penyampaian informasi terkait alat kelamin, cara atau posisi.

Pendidikan seks adalah upaya untuk mengarahkan, membimbing seseorang untuk mengerti tentang arti dan fungsi kehidupan seks-nya sehingga dapat berelasi dengan sehat untuk membangun tanggung jawab seksual dan sosialnya (Suraji, 2008)

Pendidikan seks itu ternyata sudah bisa dimulai dari kandungan dan buaian. Salah satunya dengan pemberian nama sesuai gender-nya, memakaikan pakaian sesuai gender-nya.

Ini agar anak tidak bias mengidentifikasi dirinya. Mari kita simak teori psikoanalisis perkembangan kehidupan seksual manusia menurut Sigmund Freud.
  1. Fase Oral (0-1 tahun) kepuasan fisik dan emosional berpusat hanya di mulut. Makanan adalah kebutuhan yg paling penting utk fisik dan emosional-nya.
  2. Fase Anal (1-3 tahun) sensasi perasaannya berpusat di daerah anal. Saat yg tepat anak belajar potty training.
  3. Fase Phalic (3-6 tahun) alat kelamin jadi penting, mereka suka memainkannya. Mengidentifikasi jenis kelamin menjadi penting. Anak perlu jelas dan benar tentang perbedaan laki-laki dan perempuan. Bagaiamana mereka bersikap, berpakaian dan berperan.
  4. Fase Latency (7-10 tahun) kebutuhan seksual anak tidak terlihat lagi. Mereka fokus pada kebutuhan fisik dan intelektual yang disalurkan lewat olah raga dan sekolah. Anak sudah bisa membedakan dengan jelas dirinya laki-laki atau perempuan dan bermain bersama teman sesama laki-laki atau perempuan.
  5. Fase Genital (10-15 tahun) anak sudah menyukai lawan jenis. Ada kebutuhan untuk untuk mengasihi dan mencintai lawan jenis.

Konsep diri anak dibentuk sejak dini, sejak dari buaian akan membantu anak menguatkan konsep dirinya. Konsep diri adalah image diri bagaimana anak melihat dirinya dan bagaimana dirinya ingin dilihat orang lain. Tahap pembentukan konsep diri pada anak terkait fitrah seksualitasnya.
  1. Usia 20 bulan: anak menunjukkan rasa ingin tahu dengan bereksplorasi dgn alat kelaminnya. Menyentuh dan memegang berkali-kali tapi tak ada fantasi seperti orang dewasa. Orang tua tak perlu bersikap keras, ingatkan dan bimbing utk tidak melakukannya lagi.
  2. Usia 24 bulan: pada tahap ini anak mampu membedakan jenis kelamin dan dapat membedakan alat kelamin. Anak laki-laki seperti Ayah, anak perempuan seperti ibu. Orang tua dapat mempergunakan fase ini untuk mengenalkan jenis organ tubuh termasuk alat kelamin beserta fungsinya. Menamakan dgn nama biologis lebih baik agar anak tidak bingung di kemudian hari.
  3. Usia 3-6 tahun: tahap ini disebut tahap phalic, anak merasa nikmat saat alat genitalnya disentuh. Orang tua bisa mengalihkan dengan membuat kesibukan yang menyenangkan seperti mengajaknya bermain, membacakan buku, berolah raga bersama dan lainnya. Pada tahap ini anak juga mulai banyak pertanyaan tentang fungsi seks, seperti dede bayi lahir darimana? Orang tua perlu menjawab dengan benar. Dengan begitu anak paham dan sadar tentang tubuhnya. Bahwa tubuhnya berharga tak boleh dipegang kecuali yang dibolehkan.
  4. Usia 6-8 tahun: di tahap usia ini, akal anak mulai matang sudah bisa dijelaskan tentang perkembangan alat reproduksi dengan gambar, buku cerita atau vcd yang sesuai dengan usianya. Orang tua perlu menjelaskan pada anak tentang perlunya menjaga diri dan berani mengatakan tidak apabila ada orang yang masuk ke daerah privasinya.
Dengan memahami konsep diri anak terkait Fitrah seksualitasnya maka orang tua dapat bersikap dan memberikan stimulasi yang tepat pada anaknya. Islam juga sudah mengajarkan konsep diri anak terkait dengan fitrah seksualitas sejak awal, sejak dalam kandungan.
  1. Pemberian nama yang baik sesuai gender-nya
  2. Mengajarkan toilet training pada anak; mengajarkan adab di kamar mandi. Usia 1 tahun sudah bisa diajarkan toilet training yang benar.
  3. Mengkhitan dan mengajarkan thaharah, menjaga kebersihan alat kelaminnya. Menjaga kebersihan untuk kesehatan, buang hajat di tempatnya, dan mengajarkan tentang najis. Agar terbentuk sikap anak yg mandiri, hati-hati dan disiplin.
  4. Menanamkan rasa malu pada anak; walau masih kecil jangan biasakan anak mandi atau berganti pakaian di depan orang lain. Membiasakan anak menutup auratnya.
  5. Melarang anak laki-laki menyerupai anak perempuan; Rasulullah melaknat laki-laki yang berlagak wanita dan wanita berlagak laki-laki (HR Bukhari) Rasulullah juga melarang laki-laki berpakaian sutera dan memakai emas. Sedang perempuan dibolehkan.
  6. Pengajaran pendidikan sex lewat sholat; shaf laki-laki dan shaf perempuan. Menutup aurat bagi laki-laki dan perempuan. Laki-laki dari pusar ke lutut, perempuan seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
  7. Memisahkan tempat tidur anak dan melarang anak tidur tengkurap; anak usia 10 tahun sudah semestinya tidur terpisah tidak di satu kasur. Tidur telungkup dapat menimbulkan pergesekan yg tercela, membangkitkan birahi dan menggugah naluri seksual.
  8. Mengenalkan waktu berkunjung ke kamar orang tua (meminta izin dalam 3 waktu)
  9. Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan; menjadi fitrah manusia, Allah Swt menciptakan mata untuk melihat termasuk lawan jenis. Namun nafsu tak boleh dibiarkan bebas. Menundukkan mata membawa kesakinah-an; ketenangan. Jauhkan anak dari gambar pornografi, pornoaksi
  10. Meminta anak perempuan untuk berhijab saat mereka baligh. Berhijab selain sebagai bentuk ibadah dan menjadi hamba Allah. Hijab juga berfungsi untuk melindungi tubuh wanita yang seluruhnya aurat dan menarik bagi lawan jenisnya.
Pendidikan seks menjadi sebuah keperluan untuk membimbing, mengarahkan seseorang agar mengerti fungsi seksual untuk diri dan kehidupan sosialnya. Pendidikan seks melibatkan ilmu kesehatan, higienis, agama, sosial dan moral.

Fitrah Bahasa dan Estetika
Banyak pakar menyarankan agar “bahasa ibu” (mother tongue) telah tumbuh paripurna sebelum usia 7 tahun. Mereka juga mengingatkan agar tidak mengajarkan bahasa kedua sebelum bahasa ibu nya utuh paripurna.

Apa indikator bahasa ibu utuh paripurna? Ada pakar yang membuat indikator bahwa anak di usia 3 tahun setidaknya telah menguasai 9000 kosa kata “bahasa ibu” nya.. Pakar lain menyatakan bahwa bahasa ibu telah tumbuh baik apabila ananda telah mampu mengekspresikan perasaan dan gagasan dengan utuh sebelum usia 7 tahun.

Jika kita tengok Siroh Nabi SAW, bahwa ada 7 hal pendidikan yang Beliau alami ketika berusia di bawah 7 tahun, saat tinggal di Bani Sa'diah, diantaranya adalah “Bahasa Ibu” yang masih murni. Di samping itu kita juga mengenal bahwa bangsa Arab amat piawai dalam menggubah Syair dan Kisah yang bersastra indah.

Karenanya, walau Rasulullah SAW buta huruf, tidak serta merta beliau bertutur buruk, bahkan kita mengenal beliau adalah penutur yang sangat indah, sangat halus dan luarbiasa santun. Sensifitas Beliau dalam berbahasa membuatnya mudah menerima keindahan bahasa Al Quran dan memudahkannya menyampaikan dan menyerap perasaan dan gagasannya dalam menyeru manusia. Kita paham betul bahwa narasi narasi besar peradaban Beliau terus terngiang dan menggerakan jiwa manusia hingga berabad lamanya sampai akhir zaman.

Maka bukan kebetulan, jika selama berabad abad dalam berbagai bangsa, menyampaikan dan merekam kearifan dalam syair yang bersastra indah merupakan keniscayaan. Mendidik keindahan bertutur, bercerita dan bernarasi adalah bagian penting pendidikan peradaban. Begitu pula para pakar pendidikan, selain bahasa ibu yang harus tumbuh utuh paripurna sebelum usia 7 tahun, juga menganjurkan memberikan anak anak kita pada masa itu bacaan bacaan atau kisah kisah yang bersastra baik dan indah.

Berbahasa yang baik bukan sekedar berkomunikasi, tetapi kehalusan dan kesantunan budi. kemampuan menggerakan dengan narasi besar dan kemampuan mendamaikan serta mengharmonikan kehidupan. Ketahuilah bahwa setiap anak sejak lahir sudah membawa fitrah, diantaranya adalah Fitrah Bahasa dan Estetika. Maka penguatan kedua fitrah ini adalah dengan bahasa ibu dan bacaan atau kisah bersastra baik dan indah.

Kita umumnya tergesa meloncat kepada mengajar bahasa kedua dengan alasan ingin melihat anak tampak hebat atau demi “kompetisi global”. Juga kita seringkali abai terhadap mengenalkan keindahan sastra dan meloncat kepada kemampuan membaca dan menghafal lebih dulu. Padahal pintu masuk terbaik mendidik anak mencintai Tuhannya dan Kitabnya adalah melalui pengenalan keindahan sastra di dalam ayat ayat Kitabullah dan keindahan ciptaanNya pada ayat ayat Semesta.

Kita barangkali lupa mengenalkan keindahan sastra di dalam alQuran baik keindahan kisahnya maupun bahasanya sebelum mengenalkan hurufnya. Barangkali, inilah penyebab mengapa banyak diantara kita tidak punya kemampuan menyerap mana yang indah bermakna dan mana yang palsu tak bermakna.

Tak perlu anak bisa membaca dulu untuk mengenalkan keindahan sastra dan keindahan kebenaran di dalam alQuran bukan? Anak yang terkesan dengan keindahan alQuran akan mencintainya dan mendalaminya sepanjang hidupnya. Dan bagi orangtua sesungguhnya juga tak perlu memahami bahasa Arab dahulu, hanya diperlukan kemauan untuk mengakses berbagai macam paparan para Ulama terpercaya di dunia maya yang membedah keindahan bahasa alQuran. Lalu mengkontekskannya dalam menyampaikan kepada ananda.

Mari kita kokohkan fitrah estetika dan bahasa ananda, dengan bahasa ibu yang utuh paripurna dan bacaan bersastra baik dan indah. Mereka yang fitrah estetika dan bahasanya tidak tumbuh indah di masa anak, kelak berpeluang menyukai pornografi, berita dusta dan menebar kebencian.

Fitrah fisik dan indera.

Anak sebaiknya banyak bereskplorasi di alam nyata bukan virtual, banyak di luar ruangan daripada di dalam ruangan. Motorik sensor nya harus dipenuhi kebutuhannya dengan menyentuh, meraba, merasa, dll secara langsung di alam. 

Fitrah bakat dan kepemimpinan

Anak mulai diamati sifat2 dominannya, ego sentrisnya dipuaskan dan diakui, mulai diberi tanggungjawab kepemimpinan (executive functioning) dengan memelihara hewan atau tumbuhan sederhana.


Fitrah sosial dan kehidupan

Anak dibacakan kisah kepahlawanan, kearifan lokal yang baik dstnya.

-Bersambung-

Komentar

rroossyyiidd mengatakan…
Terimakasih sudah berbagi ilmunya, sangat bermanfaat..

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sibling Rivalry

Laut tak pernah meninggalkan pantainya :)

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework