Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Assalammualaykum all readers, Alhamdullilah... Semarang sudah hujan. Allahumma Shoyyiban Naafi'aan :). Seperti biasa, waktu rehat saya gunakan untuk membaca dan menulis. Tak ada diskusi karena Bapak sedang ke luar kota dan adik-adik sedang sibuk dengan pekerjaan mereka. Well, terkadang saya butuh teman diskusi untuk mengutarakan apa yang ada dalam hati dan pikiran saya. Terkadang saya merasa sendiri dan Allah lah sebaik-baik pendengar. Maklum, terlalu rajin membaca buku membuat curiosity saya semakin tinggi terhadap segala ilmu serta rasanya haus sekali dengan knowledge. Belakangan ini saya sedang membaca beberapa buku ber-genre Romance-Self Help or maybe Heart Motivation. Ga bikin baper sih, cuma hati rasanya tergerak untuk lebih santun dan bijaksana terhadap segala hal yang berhubungan dengan hati, Carefully :). 

Salah satu buku yang membuat saya berderai air mata dan tercengang tak percaya adalah buku Kurniawan Gunadi berjudul Lautan Langit. Sebenarnya buku ini biasa aja, hanya sang penulis berhasil dengan santun menerjemahkan segala perasaan melalui prosa nan indah. Saya begitu mencintai sastra sejak kecil, bernapas dengannya dan penikmat sejatinya. Sastra membuat hidup lebih bersahaja. Entah, ini cara saya untuk lebih berlembut hati. Bagaimana dengan ikhwah?.
"Tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan"
Di halaman pertama, saya begitu mendalami sebuah filosofi perjalanan. Benar memang, tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan. Kemanapun ia berada, dengan tujuan yang sama, kita akan dipertemukan dengan orang-orang yang satu visi. Jika terdapat perbedaan cara, maka itu bukan soal. Yang perlu kita yakini hanya just do it, lakukan dan buat segala perjalanan menjadi sebaik-baik perjalanan. Bukankah setiap dari kita memang sedang melakukan perjalanan? lebih tepatnya perjalanan hati menuju kepadaNya. Sebaik-baik dari kita adalah yang mencapai tujuan dengan proses terbaik.
"Lautan dan langit itu sama-sama luas, sama-sama tak bertepi. Keduanya tidak bisa kita ukur dengan satuan. Lautan dan langit itu sama-sama terlihat biru, padahal kita sama-sama tahu bahwa sebenarnya keduanya jernih, bening, tanpa satu warna pun ada di dalam dirinya."
Yup, saya adalah orang yang suka sekali memandang langit. Langit laksana kanvas yang besar, yang bisa kita lukis dengan apapun. Kita tak pernah tau kemana tepinya. Yang kita tau, keduanya begitu mempesona, antara lautan dan langit. Lautan karena bias cahaya memang terlihat biru, seperti itulah kita memaknai kehidupan. Maka yang terbaik adalah yang menikmati setiap kejernihan dan kebeningan keduanya. Tanpa mempermasalahkan kemana tepinya, kapan berlabuh?. Yang kita perlukan hanya trust your heart!.
"Bisakah kesabaran kita seluas lautan? Bisakah hati kita sejernih langit? Kalau pun suatu saat kita melihatnya berubah warna karena terpaan sinar matahari, bisakah warna itu memberikan keteduhan dan kenyamanan bagi siapa pun yang memandangnya? Sebagaimana hati kita, bisakah warna yang lahir darinya adalah warna kebaikan yang tulus, ikhlas, dan bisa dirasakan oleh hati orang lain?. 
Hidup kita tentu tidak lepas dari berbagai permasalahan. Maka, kita akan sama-sama meluaskan ruang penerimaan di hati kita agar senantiasa lapang. Selalu memberikan ruang untuk belajar, ruang kesabaran, ruang keikhlasan, dan ruang yang penuh dengan prasangka baik."
Buku ini terbagi menjadi tiga segmen dalam bentuk nuansa pagi siang sore, namun diberikan prolog sepertiga malam oleh penulisnya yang berisi tentang pemaknaan hidup dan hati, tak lupa di dalamnya juga terdapat berbagai cerita cinta yang dirasa begitu bermakna, cinta yang berharga antara ayah dan anak-anaknya,  cinta antara laki-laki baik dengan perempuan baik yang tersimpan dalam diam, harapan yang berbalut doa, terungkap dalam bentuk akad, yang berakhir dalam kesempurnaan agama. Ada juga cerita tentang keresahan tentang jodoh, namun di dalamnya bukan cerita yang mendayu dayu dalam kegalauan, namun keoptimisan bahwa dia akan datang bukan hanya mengetuk pintu hati, namun juga pintu rumah, dan mengetuk kepada pemilik hatinya.

Buku ini recommended sekali untuk dibaca, agar hati lebih lembut dalam menyikapi segala hal yang berkaitan dengan hati. Ada yang sudah membacanya? Yuk diskusi bareng :).
Luasnya hati tidak pernah bisa kita saksikan wujudnya. Setiap orang yang kita temui tengah bergelut dengan dunianya sendiri. Dunia yang tentu saja sebagaimana dunia yang kita pijak hari ini, memiliki lautan dan langit. Tempat yang luas untuk menampung segala keresahan dan ruang yang luas untuk dimaknai. Tempat itu adalah hati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sibling Rivalry

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Laut tak pernah meninggalkan pantainya :)