Kelak, Bagaimana Aku Akan Dikenang?

"Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS, Al-Munafiqun, 63:11)
Demi Allah yang jiwaku ada ditanganNya,

Ada perasaan sesak tatkala mendapat kabar bahwa rekan kerja saya wafat. Innalillahi wainnailaihi rooji'un. Semoga Allah lapangkan kuburnya dan Allah tempatkan disisi terbaik. Almarhum Pak Fauzi, rekan kerja saya, pegiat sosial, pejuang  kemanusiaan, juru dakwah pulang keharibaan Illahi pagi ini karena sakit. Meski raga kita tidak bertemu, kelak insya Allah kita dipersaudarakan Allah di surgaNya.

Tidak menyangka bahwa Allah sungguh sangat baik, mengingatkan kematian kepada saya. Saya seperti ditegur oleh Allah, bahwa tidak selamanya manusia hidup di dunia, apa yang hendak kita cari lagi selain ridho dan maghfirahNya? Perjalanan Jogja-Semarang hari ini seperti menampar batin saya dalam-dalam, seperti ada banyak pertanyaan yang menarik dalam pikiran: "Apa yang kau cari Ken? Apakah seluruh hal yang kamu lakukan karena Allah? Benar-benar karena Allah?".

Manusia akan dikenang selayaknya kebermanfaatan yang ia lakukan di dunia, "Sudahkah hidupku bermanfaat? Sudahkah yang kulakukan baik dan benar? Pernahkah aku menyakiti dan melukai orang lain?" Kelak, bagaimana aku akan dikenang?. Apakah Allah akan meridhoi segenap rasa yang pernah tumpah ruah untuk dakwah ini? Apakah Allah meridhoi setiap amal dan jejak kemanusiaan yang pernah dilakukan? Pertanyaan ini mengusik dalam sanubari. Subhanallah, inikah cara Allah mengingatkan pada saya bahwa kematian tidak mengenal apapun, dengan bagaimanapun atau siapapun, sudahkah bekal kita cukup?.
"Katakanlah: Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu ke luar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati. (QS Ali Imran, 3:154)
Peristiwa jatuhnya Crane di Mekkah, penindasan di Palestina, Suriah, Rohingya, bahkan perjuangan para ibu-ibu penderita kanker di Rumah Singgah Pasien mengingatkan saya betapa sungguh kematian amat dekat dengan kita. Pernahkah kita memohon kepada Allah bagaimana akhir hidup kita? Dengan cara bagaimana? Sekiranya Allah meridhoi, wafatkanlah kami dalam keadaan teramat sangat cinta padaMu Ya Rabb, dalam keadaan iman yang membuncah dalam dada, dalam keadaan khusnul khatimah, dalam keadaan mencintai dakwah yang teramat sangat, dalam keadaan bekal yang cukup untuk menghadapMu dan dalam keadaan bahagia karena bertemu denganMu Ya Rabb. Akankah Allah memberikan karunia kepada kita kematian yang indah layaknya syuhada yang tersenyum bertemu denganNya?. Sudahkah bekal kita cukup sementara dosa-dosa kita seperti debu-debu yang beterbangan, tak kasat mata namun menggunung. Astagfirullah, Faghfirlii Ya Allah... 

Cara terbaik untuk menghadapi kematian adalah mempersiapkannya sebaik mungkin. Berikhtiar sebaik mungkin untuk menghadapinya. Hidup ini ibarat kita sedang berlatih untuk hidup sesungguhnya di akhirat kelak. Rasanya sedih jika mengingat betapa bekal kita menghadapnya sedikit sekali namun dosa-dosa kita banyak tak terbendung. Ya Allah, masihkah ada kesempatan untuk kami memperbaiki segala noktah hitam di hati, segala amal yang kosong, segala waktu yang terbuang sia-sia, segala dosa yang pernah kami perbuat. Faghfirlii Ya Rabbi...
Orang mukmin yang paling cerdas adalah orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling bagus persiapannya untuk menghadapi kematian. Mereka semua adalah orang-orang cerdas” (HR. At-Tirmidzi)
Terima kasih atas seluruh hikmah yang Engkau berikan kepada kami yang masih bernapas tanpa tersengal, berjalan tanpa rintangan ini. Perkenankan kami untuk terus mengingat kematian dan mempersiapkan kematian dengan sebaik-sebaiknya. Semoga Engkau mewafatkan kami dalam keadaan khusnul khatimah seperti syahidnya para syuhada yang wafat dalam keadaan sangat mencintaiMu, Ya Rabb. Ampuni kami yang lalai, ampuni kami yang penuh dosa ini. Faghfirlii Ya Rabb. Ijinkan kami mengecup manisnya telaga kausar dan berkumpul dengan para syuhada di akhirat kelak. Aamiin.
“Perbanyaklah mengingat penghancur segala kelezatan (dunia). Yakni kematian.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i)
Kelak, kami ingin menjumpaiMu dengan bahagia, bertemu dengan umatMu yang sangat mencintaiMu, merasakan manisnya telaga kausar yang melegakan dan merasakan indahnya surga yang Engkau janjikan. Aamiin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Surat cinta untuk bapak :')

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Ketidakmungkinan Itu Tidak Ada

Kita Tidak Bisa Memilih, Tapi Bisa Memutuskan