Resume: The Life Changing Magic Of Tidying Up

“Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqas dari bapaknya, dari Rasulullah saw. : Sesungguhnya Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai kebersihan, Dia Mahamulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu” (HR. Tirmizi)”
Gengs, kamu pernah denger istilah Muslimah Obsesistuff gak? Yang suka berlebihan beli gamis, hijab, sepatu, tas atau cute stuff di Mall habis tu numpuk ga keurus di kamar?. Jangan kek gitu yess, kamu boleh beli barang tapi lebih baik beli yang dibutuhin aja, kalopun mau beli barang lebihinnya untuk sedekah aja. Maksudnya kamu beli gamis, tas, sepatu itu buat di kasihkan ke orang. Lebih keren gituuu :).

Awal mula baca buku ini aku kek orang dapet kado spesial gitu, Gueeee banget nih buku, well emang bener ya orang yang suka kerapian itu lebih bahagia. Dan buku karangan Marie Kondo ini berhasil bikin akuuu ketawa ketiwi sendiri ketika membacanya. Pasalnya buku ini membuat kita jadi KonMari. KonMari adalah seni beberes ala Jepang, dimana cara membereskan sesuatu, merapikan sesuatu, menata bahkan membuang sesuatu ada seninya. Membereskan rumah, membersihkan kamar mandi, menata buku, membuang hal-hal yang tidak penting seharusnya menjadi habitual action.

Nah, salah satu ciri orang bahagia ternyata bisa dilihat dari seberapa rapinya dia. Ga percaya? Baca aja bukunya, recommended untuk para the lazy people. Nah ini aku coba kasi resume nya yaa biar makin penasaran tingkat internasional :)

Ga rapi itu ga keren!

Oh iyess, aku jelasin dulu yaa siapa sih Marie Kondo ituh? Marie Kondo, dinobatkan sebagai salah satu 100 Most Influential People of 2015 oleh majalah Time. Namanya bahkan menjadi istilah tersendiri dalam khazanah rapi-rapi (“Have you kondoed your closet?”, “I need to kondonize my library.”). Sejak kecil, ia terobsesi dengan rapi-rapi. Ia merapikan kelas, merapikan rumah, merapikan barang-barang setiap anggota keluarganya. Dengan tekun ia mempelajari dan mencoba berbagai teknik decluttering serta metode penyimpanan di luar sana. Tiada ada hari terlewat tanpa berbenah atau memikirkan tentang berbenah. Saking intensnya beres-beres, ia pernah terbangun dengan badan kaku, tak sanggup turun dari tidur dan terpaksa menelepon ambulans. Marie Kondo menduga, ia mungkin satu-satunya pasien dengan rekam medis “kebanyakan berbenah”. Keren bingits gak sih gengs? Sakit gegara beberes? Masya Allah yesss :)

Nah gengs, kita mulai yess... Titik fokus dibuku ini adalah Mengikhlaskan but mengidentifikasi dan mempertahankan barang yang bikin bahagia. Bukan... maksudnya bukan mengikhlaskan dia... Tapi mengikhlaskan barang yang sebetulnya ga penting-penting amat alias dibuang atau dikasihkan orang (ini kalo masih bagus ngets yaa gengs!), mengidentifikasi barang-barang yang mestinya di simpan dan dipertahankan demi kebahagiaan, ceileeeeh :)

Buku ini akan menuntun kita untuk berbenah dengan urutan spesifik. Buku ini juga mengajarkan bagaimana cara menyimpan baju paling efektif dan cara memperlakukan kaus kaki kita dengan benar. Kek mana ya gengs? Caranya dilipet2 gituuu, terus di tata dalam sebuah storage, box atau kardus di dalam lemari. Buku ini akan memberikan inspirasi sekaligus keberanian untuk menghadapi setiap sudut tak tertata, baik itu di kamar, tempat kerja, atau seisi rumah. Eh iya gengs, bahkan di kamar mandi. Argggghhh, ga kebayang kan? Siaaaaap?

Berapa kali kita membeli sesuatu hanya untuk kemudian melupakannya beberapa hari kemudian? Duh melupakan, beraaaat ya gengs!. Berapa banyak tumpukan barang yang akhirnya berubah gaak keliatan di mata kita? Kita tahu barang-barang itu ada, tapi kita tidak lagi melihatnya. Kita bahkan tak tahu kita punya benda apa saja. Sering ga sih kita lupa naruh barang dimana padahal nyelempit gitu. Nah lho!

Marie Kondo juga mengingatkan bahwa menata barang agar “tampak rapi”, termasuk godaan untuk memperbesar kapasitas storage (Duh ga tahan gengs kalo suruh beli box imyut imyut gituuuh), seringkali adalah jebakan yang menunda kita berhadapan dengan masalah sesungguhnya.
“Menyimpan” adalah istilah yang menjebak. Piawai menyimpan sama saja dengan menimbun.
Pada akhirnya, barang yang kita miliki adalah cerminan pilihan-pilihan kita, termasuk ketidakmampuan kita mengatakan ‘tidak’, baik kepada orang lain maupun kepada impuls kita mengonsumsi. Iyess apa iyesss bingits?. Barang-barang itu sesungguhnya berpotensi mencerminkan siapa diri kita sebenarnya. The thing is, sometimes we don’t like what we see, and maybe that’s what we’ve been trying to avoid. But, what if there’s something under those unappealing piles? Something fresh, insightful, and perhaps enlightening? 

Speechless gitu gengs, waktu baca di bagian Marie Kondo beberes barang se detail itu sampe ke dapur yang pritil2 atau mainan anak yang buanyak itu bahkan beberes meja kerja biar tampak minimalis. Great Book over all.

Tambah penasaran kaan? Iyess memang akuu sengaja banget bikin kalian beli bukunya dan menerapkan yang ada di buku... Segera lah beliii! :)

Semoga bermanfaat!
@kenulinnuha

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Mengapa Takut Pada Lara?