Mengapa Takut Pada Lara?

Tidak mudah memang melupakan seseorang yang sudah terlanjur masuk dalam hati kita terdalam, tidak mudah melupakan segala kenangan yang setiap detiknya tergambar begitu nyata dalam pikiran, tidak mudah mengikhlaskan seseorang yang hampir saja menjadi belahan hidup kita namun takdir berkata tidak, tidak mudah menerima kehilangan dan perpisahan, sangat tidak mudah memang.

Aku tidak bisa menahan air mata tatkala bertemu dengan sahabat yang begitu luar biasa kisah cintanya. Mencintai satu orang seumur hidupnya, meski raga tidak lagi bersama. Masya Allah, aku teringat lirik lagu payung teduh berjudul Di Atas Meja...
Mengapa takut pada lara
Sementara semua rasa bisa kita cipta
Akan selalu ada tenang
Disela-sela gelisah yang menunggu reda

Ternyata manusia itu sangat lembut hatinya, perkara hati saja bisa begitu rahasia, bersemayam begitu lama tanpa terkatakan, terus menerus dicinta. Aku tidak mau se-melankoli itu. Tidak mau saja, karena kuingin hatiku dimiliki oleh Sang Pemilik Cinta, Allah Azza Wa Jalla. Karena dengan mencintai Allah aku tidak takut pada lara. Allah Maha Mencintai, tidak ada cinta paling paripurna ketimbang mencintai dan dicintai olehNya.
“Andai kamu tahu bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hati kamu akan meleleh karena cinta kepadaNya”-Ibnul Qayyim Al Jauziyah

Lalu mengapa mesti takut pada lara? Bukankah setiap lara pasti ada obatnya? Mendekat pada Illahi, mendekap mesra pada kuasaNya dalam rintihan doa. Termasuk ketika mencintai manusia, tidaklah baik jika terlalu mendamba manusia. Manusia juga ciptaan Allah bukan?. Maka, cintai manusia sekenanya saja. Agar ketika lara, tidak terlalu merana. LAlu ikhlaskan, lepaskan, kita berhak bahagia bukan?.

Semarang, Januari 2018
Jangan takut pada lara

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sabar Seluas Samudra

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia