Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2018

Islam Itu Cinta

Semakin dekat seorang hamba kepada Allah, semakin banyak sejuk yang dia tebarkan.  Dan, kau tau... Islam itu cinta. Serupa cinta matahari pada buminya yang tak pernah lelah bercahaya atau lebih dahsyat daripada itu. Seperti cinta Ibu terhadap anaknya yang rela berpeluh keringat dan darah demi ananda tercinta. Bahwa islam begitu megah menggelayut mesra dalam sanubari terdalam. Kau tau, aku seyakin itu. Iya, demi Allah yang jiwaku di tanganNya, aku yakin bahwa setiap detik yang kulewati dalam hidup adalah Rahmat terbaik dariNya. “Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu." (QS. Al-Hujurat: 7) Maka dekat dengan Allah itu membahagiakan, tak perlu risau dengan getirnya kehidupan atau penderitaan tak berkeseduhan. Asal ada Allah, segalanya seperti debu di bawah telapak kaki manusia. La Tahzan, Jangan Bersedih. Allah Bersama kita bukan?. Dan sekali lagi, Islam itu cinta. Kau tau, seorang buta bernama Ibn bi

Selaksa Cinta di Gunung Kidul

Terkadang, mata iri kepada hati karena hati lebih cepat menangkap rasa daripada mata yang terlampau lama menimbang. Dan rasa itu kutemukan di Gunung Kidul, Jogjakarta. "Bu, aku pengen stay di Jogja 3-4 hari. Aku pengen nyelesain tulisan. Kalaupun tidak selesai, aku butuh tempat yang tenang untuk menulis. Aku pengen ke Gunung Kidul, ke tempat dimana langit begitu indah. Dan manusia mencintai alam begitu dalam." Aku meminta ijin kepada Ibu, hendak berkunjung ke salah satu rekan di Gunung Kidul. Aku tau, tidak mudah mencapai desa yang sangat pelosok dengan angkutan umum. Naik bus berkali-kali, menunggu angkot masuk ke desa. Namun, ibuku selalu mendukung setiap mimpi-mimpiku, aspiring to be a good writer. Dan alam, terdengar sayup-sayup mesra memanggilku. Disinilah aku, di sebuah desa yang sangat jauh dari keangkuhan kota. Desa Paliyan, Gunung Kidul Jogjakarta. Aku berkenalan dengan penduduk sekitar, menyapa mereka dengan penuh bahagia. Aku takjub, Mbah Dok, pemilik r

Muhasabah Diri (Part 2)

"Aku Tak Sebaik Yang Kau Ucapkan Tapi Aku Juga Tak Seburuk Yang Terlintas Di Hatimu" -Ali Bin Abi Thalib- Manusia cenderung melihat kebaikan hanya dari Zahir saja (tampak luar saja), padahal soal hati dan niat cuma Allah yang tau. Tidak selalu orang yang berpakaian terbuka itu buruk, tidak selalu pula orang yang suka merokok, bertato di sekujur tubuh, penyuka musik punk rock, penyuka barang-barang antik, pengoleksi mobil-mobil mewah itu buruk. Tidak selalu orang yang bekerja serabutan itu buruk, tidak selalu. Tidak selalu orang begadang hingga malam menjelang pagi itu buruk. Tidak selalu. Barangkali hidayah belum hadir, barangkali ia tak pernah mengecup manisnya islam yang sebenarnya. Barangkali ia tak punya siapa-siapa sebagai teman menghibur sepi dan lara, barangkali mereka membutuhkan uluran tangan, pertolongan dan perhatian kita. Jangan sering mengoreksi orang lain, jika diri sendiri saja banyak kesalahan. Jangan terlalu mudah menilai seseorang, karena yang mem

Berhijab Syar'i? Aduuuuh Aku Belum Siap!

"Duh Ken, ga ribet apa pake hijab segede gambreng? Klewer-klewer gitu? Kamu tu kemana-kemana pake rok terus, olahraga jugak? duhhhhh kayak ibu-ibu deh, ga panas apa gerah gituuuu? Kamu kan masih muda, ga mau modis gituuu, pake celana joger pants pake pashmina yang cantik, dandan dong Ken.... Kamu polosan ajaaaa sih.... Kamu ga takut susah dapet kerjaan, susah dapet jodoh?" Dudududududu.... Kurang lebih begitu yang temen-temen tanyakan soal hijab. Well, enggak papa sih, itu berarti pada kepo dan sayang sama akuuh #tsahhh 😜 Jadi gini men temen... Hijab itu bukan hanya pakaian untuk menutupi aurat saja tapi juga pakaian taqwa, salah satu bukti kecintaan kita pada Allah. Soal kerjaan dan jodoh, Hmmm... Bukankah jika kita berpakaian sesuai syariat Allah, Allah akan tempatkan kita dan pilihkan kita pekerjaan terbaik dan jodoh yang sholih? #ehemmm, siapa yang gak mauuuu?. Nah, ada ayatnya juga loh di Qur'an yang mewajibkan untuk berhijab: QS. Al Ahzab 59 dan QS. An Nur 3

Untuk Bapak [Part 5]

“Ayah adalah yang teristimewa di dunia sebab dari keringatnya ia memberi tapak untuk melangkah.” My father gave me the greatest gift anyone could give another person, he believed in me. Bapak begitu percaya bahwa setiap anak-anaknya akan tumbuh menjadi orang baik yang mencintai Allah dan RasulNya. Dan Bapak, beliau orang tua terbaik yang pernah kumiliki dalam hidup. Aku tidak pernah sekalipun melihat Bapak mengeluh, beliau selalu sederhana memandang persoalan hidup. Walaupun terkadang aku tidak tau apa yang sedang beliau pikirkan dan rasakan. Aku hanya bisa menerka saja. Gerimis tidak berhenti, aku sengaja tidak memakai jas hujan. Aku biarkan derai-derai hujan menerpa wajahku, kupejamkan mata dan kuresapi tiap bulir yang menetes dari langit. Aku, anak paling bahagia. Bapak selalu ingin mengantarku kerja, menjemputku, mengantarkanku kemanapun kumau. Bapak selalu berkata: "Kamu belum punya suami, jadi Bapak yang akan antar. Kamu ga boleh naik kendaraan sendiri, harus

Pernikahan Visioner

Membangun keluarga dakwah tidaklah mudah, belajarlah dari kisah Rasullulah SAW dan Khadijah atau Ali dengan Fatimah. Keduanya memiliki visi yang sama: Mencintai Allah. Lalu, untuk singlelillah ❤️ Mengapa memiliki visi yang sama itu sangat penting? Visioner. Visioner pandangan jauh ke depan. Apa maksudnya pernikahan visioner? Maksudnya dapat diartikan memiliki visi untuk membawa pernikahan itu sampai ke akhirat, yaitu akan dihimpunkan oleh Allah SWT bersama keturunan dan keluarga mereka berkumpul kembali di surga. Sesuai dengan firman Allah di beberapa ayat dalam Al Qur’an : Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. (QS At Thur:21) “Dan orang yang sabar karena mengharap keridhoan Tuhannya, melaksanakan sholat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami be

Doa Adalah Cara Mencintai Paling Rahasia

“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. (QS. Ali Imran: 31). Pssst, jangan baper! Ini bukan urusan cinta mencinta kids jaman now kok 😒 ini soal cara mencintai Rasullulah terhadap umatnya, ya siapa lagi kalo bukan kita, ummatnya yang kadang suka lupa melantunkan sholawat untuk murrobi kita sepanjang masa, Rasullulah SAW. Ini cara mencintai yang awesome dan megah banget, ga se-receh kita-kita manusia yang suka gegalauan enggak jelas. Ini murni cinta yang terajut lewat bait-bait lantunan doa, saking megahnya kita sampe ga sadar kalau udah bikin Rasullulah sedih, sampe diakhir hayatnya Rasullulah ga berhenti memanggil kita, Ummati...Ummati...Ummati... 💔😭 . Pernah ga sih ngebayangin, besok di akhirat, Rasullulah SAW satu-satunya manusia (paling mulia) yang merjuangin kita banget? Beliau manusia tersibuk, disaat orang tua kita, keluarga

Aku Pengen Berubah!

"Ken, aku pengen hijrah, aku pengen berubah... tolong aku..."  Tiba-tiba ada pesan masuk di whatsapp, aku terperanjak. Kawan lama yang sudah sangat lama sekali tidak bersua tiba-tiba menghubungiku. Dia teman yang baik, dulu kami sering bercengkrama layaknya sahabat karib. Namun ia menghilang, sibuk dengan dunianya. Berkarir lebih tepatnya, memilih untuk mengejar cita-cita, sukses menjadi pekerja di ibu kota. Kami kemudian jarang bersua, mungkin karena kesibukkan yang memaksa dia tidak bersosialisasi di dunia nyata maupun bersosial media. "Hai, Assalammualaikum sayang... kangen banget... Gimana? Ada yang bisa tak bantu?" , aku membalasnya dengan binar-binar bahagia sekaligus kerinduan yang membuncah dalam dada. Aku tau, ada sesuatu yang hendak ia ceritakan padaku. Balasanku tidak dijawab, hanya di read saja. Sepekan, dua pekan, hingga satu bulan. Aku bersabar. Mungkin dia sangat sibuk hingga tak sempat membalas message-ku. Hmm. mungkin hanya doa yang b

Percayalah, Aku Setia Pada Mimpiku!

Bahkan, mimpi yang tidak diperjuangkan ia serupa angan-angan... Aku tau, aku harus berdamai dengan waktu, dengan takdirNya Yang Maha Sempurna dan dengan segala hal yang pernah terjadi dalam proses berkarya. Aku bermimpi menuliskan buku pertamaku, menerbitkannya, menjadi salah satu timbangan amal kebaikan yang bisa kupersembahkan kepada Allah. Aku berharap kelak buku ini menginspirasi banyak keluarga untuk membangun keluarga mereka dengan cinta dan kasih sayang. Aku ingin menjadi penulis, sangat ingin. Kelak ketika aku tiada, aku ingin dikenang sebagai penulis dengan karya yang menginspirasi, meskipun karyaku tidak seberapa. Kelak ketika hari akhir tiba dan manusia dikumpulkan di Yaumul Hisab, aku ingin tulisanku bisa menjadi pemberat timbangan amal. Karena hanya ini yang bisa kupersembahkan kepada Allahku tercinta. Namun, 2 tahun lebih kisah yang kutulis tidak juga kunjung selesai. Aku sedih karena ketidakberdayaanku pada ujianNya. Aku terlalu banyak berpikir, terjeb

Kebaikan Yang Sederhana

…… dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. [al-Baqarah/2:195].   Berbuat baiklah, karena Allah menyukai kebaikan, meskipun itu sederhana. Sekedar tersenyum penuh ketulusan kepada tetangga kita, mencabut tanaman yang layu di pinggir jalan, memberikan tempat duduk untuk para tua renta di dalam bus, sekedar membeli barang dagangan yang dijajakan para pedagang kaki lima, membeli jajanan yang di jajakan para tua renta. Kebaikan yang sederhana itu megah jika kita tulus melakukannya. Terkadang untuk berbuat baik, kita terlalu banyak menimbang, berpikir dan berspekulasi, padahal jika kita luruskan niat saja... Insya Allah kebaikan itu akan datang dengan sendirinya. Misalnya saja ketika kita bertemu dengan pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya, walau cuma pecel uleg, gethuk atau mungkin kopi sachet. Belilah, dan lebihkan uangnya, jadikan lebihan itu sedekah. Apalagi jika ternyata yang jual adalah kakek atau nenek tua renta, sapa mere