Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2016

Keputusan Penting

I Aku memutuskan untuk berhenti Seperti komidi putar yang berhenti Seperti ketika lampu merah menyala Seperti kapal diujung dermaga Seperti pesawat yang mendarat Lampu-lampu seakan gulita Kabur dan tak terlihat II Bukan karena menyerah Menyerah adalah kekalahan yang mengenaskan Bukan karena tak ingin Ketidakinginan adalah kemalasan yang membosankan Terkadang manusia diciptakan untuk bersabar Terkadang manusia diciptakan untuk memilih Mana yang lebih baik Mana yang mendekatkan padaNya III Aku memutuskan untuk menyelesaikannya Seperti pembuat roti yang selesai menaruh garnis Seperti pelukis yang meletakkan kuasnya Seperti dokter yang selesai dengan diagnosanya Lagi, Lampu-lampu tidak berkelip kembali Bahkan jantung tidak berdegup kencang lagi Aku telah mengambil keputusan penting Prinsip tidak terkalahkan Bahkan dengan nurani November 2016 @kenulinnuha

M.A.H.A.B.B.A.T.U.L.L.A.H

I hati milik Allah, kau lantunkan subuh itu berdecak kagum meraba dinginnya embun hati milik Allah, kau ucapkan subuh itu dalam setiap ayat-ayat berpadu kalamNya terasa hangat dalam jiwa kalamNya terasa sejuk menghiasi nada setiap huruf alif, ba, ta, tsa bernilai sepuluh setiap ayat Allah, Muhammad, bernilai tak terhingga bergetar bibir ini tergugu sendu bergetar batin ini mengeja satu per satu II aku cinta pada Quran, kau lantunkan pagi itu menghapalnya seperti melihat bunga-bunga bermekaran wangi, indah dan tak pernah bosan aku cinta pada Rasullulah, kau azzamkan pagi itu shalawat kepadanya seperti detak yang tak terhenti terus berdetak, berdering hingga memacu lebih cepat aku cinta pada Allah, kau tancapkan dalam-dalam pagi itu sholatku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah tercekat lidah itu seperti bertandu tangis yang mengharu pagi itu hanya satu Aku sungguh mencintai Allahku November 2016

T.E.R.P.A.N.A

I lebih mudah mencari kayu di hutan daripada mencari jarum dalam tumpukan jerami lebih mudah menggapai debu-debu di langit kamar daripada menggapai lautan mimpi aku kira langit lebih luas daripada bumi aku kira lautan lebih dalam daripada parit di dekat rumah II aku seperti terpana pada setiap lembar daun yang jatuh dari rantingnya bergelayut manja pada dahan di sampingnya sejenak bertasbih lirih berzikir tidak juga terhenti walau badai menghujam aku seperti terpana pada setiap awan yang bergerak perlahan seperti melukis diri dengan senyum riang sejenak menengadahkan diri rela beradu dengan petir yang menyambar tidak juga terhenti walau titik-titik air membanjiri III aku mencari bahagia dalam setiap pena yang kutulis dengan air mata cinta yang kubaca dengan getir jiwa aku terpaku pada sajak-sajak kemarin sore yang pernah disulam dengan hati bahagia walau benang tak juga terangkai walau jarum tertancap dalam tabir yang sama senja kala itu menyapa bahwa h

E.M.P.A.T.I

I yang hilang dari masyarakat kita saat ini adalah empati, kepedulian yang saling menghargai, menempatkan diri menjadi pribadi yang penuh dedikasi. yang hilang dari masyarakat kita saat ini adalah empati, bukan menuntut agar engkau memahami aku, mengedepankan ego, atau paling superior sendiri. II yang hilang dari masyarakat kita saat ini adalah empati, bergerak bukan diam, beraksi bukan memaki, dan memiliki solusi bukan pendiksi. yang hilang dari masyarakat kita saat ini adalah empati, empati rasanya hilang dan tak berarti mulai berganti dengan materi atau justru hedonisme pribadi III apakah budaya saling menolong telah terkikis? apakah napas bahu membahu telah tersapu habis? apakah peduli sudah menjadi apatis? yang kita butuhkan sebenarnya adalah empati.. ia hadir dalam setiap nurani fitrah sejati Ia hadir dalam setiap darah pewaris negeri. November 2016

Senja Bersama Ayah

Mataku tetap terpejam, semilir angin mendekap mesra pada ruang-ruang kalbu. Tak terasa bulir-bulir air menetes di pipiku. Semakin deras semakin sesak rasanya. Aku membuka mata perlahan, ah... Sunset yang indah. Karya Illahi di depan mata ini tidak seharusnya kutangisi. Aku harus mencari bahagiaku yang lain. *** Sudah satu tahun peristiwa paling menyedihkan itu hadir dalam benak Tiara, gadis sederhana yang sejak kecil hanya hidup berdua bersama Ayahnya. Ketika Allah panggil ia yang amat dicintainya, pelipur lara, oase di kala hati sedang tandus bahkan pelangi bagi hatinya. Sang Ayah. Tepat satu tahun lalu, kala itu hujan turun amat deras dan seseorang mengetuk pintu rumahnya dengan amat keras hingga membuatnya tergesa-gesa membukakan pintu. Ternyata Pakdhe Dinar, kakak pertama Ayah yang tinggal satu kota dengan keluarganya. Tiara melirik mata Pakdhe Dinar yang basah dan merah serta wajahnya yang pucat. Pakdhe Dinar lalu mendekapnya dengan penuh kasih sayang. Tiara hanya menggeleng

Zakat is The Solution: Catatan Seorang Amilin

Jika filantropi islam di Indonesia kuat diikuti dengan kesadaran masyarakatnya wajib berzakat (seperti layaknya amnesti pajak yang hegemoninya seantero bangsa) insya Allah ekonomi Indonesia akan lebih makmur, mengingat Indonesia adalah negara mayoritas muslim terbesar nomor satu di dunia. Berdasarkan Undang-Undang Zakat No 23 Tahun 2011 bahwa Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Wajib zakat ini adalah perorangan maupun Badan Usaha yang pendapatannya telah mencapai nishob yaitu setara dengan 653 kg beras (dengan asumsi harga beras Rp 10.000,-). Berdasarkan PDB tahun 2010 potensi zakat di Indonesia sebesar Rp. 217 Triliun. Dengan metode esktrapolasi, potensi zakat tahun 2015 sebesar Rp. 280 triliun dan realisasinya diperkirakan Rp. 4 triliun atau kurang dari 1,4% dari potensinya. Penduduk Indonesia menurut perkiraan BPS tahun 2015 sebesar 255,5 juta jiwa da