Muhasabah Diri (Part 2)

"Aku Tak Sebaik Yang Kau Ucapkan Tapi Aku Juga Tak Seburuk Yang Terlintas Di Hatimu" -Ali Bin Abi Thalib-

Manusia cenderung melihat kebaikan hanya dari Zahir saja (tampak luar saja), padahal soal hati dan niat cuma Allah yang tau. Tidak selalu orang yang berpakaian terbuka itu buruk, tidak selalu pula orang yang suka merokok, bertato di sekujur tubuh, penyuka musik punk rock, penyuka barang-barang antik, pengoleksi mobil-mobil mewah itu buruk. Tidak selalu orang yang bekerja serabutan itu buruk, tidak selalu. Tidak selalu orang begadang hingga malam menjelang pagi itu buruk. Tidak selalu. Barangkali hidayah belum hadir, barangkali ia tak pernah mengecup manisnya islam yang sebenarnya. Barangkali ia tak punya siapa-siapa sebagai teman menghibur sepi dan lara, barangkali mereka membutuhkan uluran tangan, pertolongan dan perhatian kita.

Jangan sering mengoreksi orang lain, jika diri sendiri saja banyak kesalahan. Jangan terlalu mudah menilai seseorang, karena yang memiliki hak menilai hanya Allah. Kita hanya diminta bermuamalah dengan baik, berkomunikasi dengan baik dan saling menyayangi dengan baik. 
Jangan merasa paling baik, paling benar dan paling tinggi diantara yang lain. Karena hati cuma Allah yang tau, teruslah berbuat baik karena Allah menyukai kebaikan. Terus menjadi baik, berproses menjadi baik, karena Allah mencintai kebaikan. Allah pun tak pernah melihat rupa maupun harta, Allah melihat hati dan amal umatNya. 

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian” (HR. Muslim, Ibnu Majah, Ahmad, Baihaqi)

Berbuat adil lah kepada seluruh manusia, seperti halnya Rasullulah SAW yang tak pernah marah meskipun diludahi dan dilempari kotoran dalam perjuangan dakwahnya. Rasullulah hanya marah ketika ajaran agama dilanggar. "...Demi Allah, beliau tidak pernah marah karena urusan pribadi, tapi jika ajaran Allah dilanggar maka beliau menjadi marah karena Allah (lillah)." (HR. Bukhari).

Kita kadang merasa lebih benar, lebih baik, lebih tinggi, dan lebih suci dibanding mereka yang kita nasehati. Hanya mengingatkan kembali kepada diri ini: jika kau merasa besar, periksa hatimu. Mungkin ia sedang bengkak. Jika kau merasa suci, periksa jiwamu. Mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani. Jika kau merasa tinggi, periksa batinmu. Mungkin ia sedang melayang kehilangan pajakan. Jika kau merasa wangi, priksa ikhlasmu, mungkin itu asap dari amal shalihmu yang hangus dibakar riya. --Salim A. Fillah

Maka, lebih baik bermuhasabah diri bukan? Yuk saling menjaga lisan, saling menjaga hati, saling menjaga ukhuwah.

Februari, 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia