Cinta Di Ujung Senja

“Pada akhirnya senja hanya semakin menjauh. Namun ia tak pernah sanggup melenyapkan cinta yang paling diam dari pandangan mata, apalagi hati. Lalu aku hanya menunggunya saat magrib tiba.” 
Perkara cinta memang tidak selayaknya kita batasi hanya dari mata turun ke hati atau dari lisan kemudian bermuara menjadi sikap. Bukan. Tidakkah cinta tidak mengenal batas? Ia bergelayut mesra masuk ke dalam ruang-ruang hati. Berdesir indah dalam nurani, seperti senja yang merindukan langit tatkala matahari hendak meninggalkan bumi. Begitu megah mendefinisikan cinta yang merona dalam wajah-wajah sunyi, serupa warna jingga cahaya matahari di sore hari. 

Barangkali hati lebih dulu mengetahui rasa daripada mata, kadang aku iri dengan hati ia lebih cepat menangkap sinyal bahagia ketimbang mata yang seringkali menimbang terlampau lama. Begitukah cinta bermertamofosa menjadi bait-bait rindu meski perjumpaan tidak selamanya. Satu hal yang sungguh menghanyutkan hati, bahwa cinta itu sesungguhnya menumbuhkan semangat, menjadikan jiwa semakin menggelora berbuat kebaikan dan semakin mantap beramal nyata.

Sungguh, cinta datang dari dalam jiwa yang merdeka. Bukan sebatas kenyamanan, persamaan derajat, strata sosial atau jabatan. Lebih luas lagi, cinta hadir sejatinya karena keimanan yang mengakar kuat. Jika Engkau mencintai Allah yang pertama dan utama dalam hatimu maka segalanya serupa anai yang tak berarti apa-apa. Karena cinta Allah menghujam dan mengakar begitu dalam. Maka cinta itu bercahaya layaknya senja menyapa sang malam.

“Cintailah Allah, niscaya Allah akan hadiahkan seseorang yang mencintaiNya untukmu” -Ibnul Qayyim Al Jauziyah
Tidak ada satupun keraguan yang bersemayam dalam sanubari tatkala cinta Allah ditempatkan paling tinggi dalam hati. Tidak ada kekhawatiran dalam hidup ketika Allah menjadi yang paling pertama. Tidakkah engkau tau bahwa Allah sungguh sangat mencintaimu? Tidakkah engkau tau bahwa Allah sangat sempurna mengatur hidupmu? Tidakkah engkau tau bahwa Allah sangat mengharapkan yang terbaik untukmu? Jika benar engkau paham benar arti cinta, maka sungguh tidak ada alasan untuk berhenti berkarya karenaNya.
Andai engkau tahu bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hatimu akan meleleh karena cinta kepadaNya” - Ibnul Qoyyim Al Jauziyah.
Jika cinta sebab karenaNya, maka ia akan abadi di dalam jiwa
Muhasabah, November 2017 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Sibling Rivalry

Sabar Seluas Samudra

Laut tak pernah meninggalkan pantainya :)