Merekah Cinta, Merenda RidhoNya

"Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah."(QS. Al Baqarah: 165).
Siapa yang paling kalian cintai? yang pertama dan utama dalam hati? yang menjadi alasan dari semua alasan, yang menjadi rujukan pertama dalam setiap episode kehidupan? Siapa? Apakah dirimu sendiri? Orangtua? atau keluarga? Atau bahkan pasangan hidup?. Pertanyaan ini tentu tidak mudah dijawab. laksana senyum simpul yang tak tau maknanya, sulit rasanya mengurai setiap perasaan cinta. Ia serupa buih di tengah lautan, tak nampak memang namun ada. Atau seperti cahaya mengkilat keemasan dari sinar matahari terang. Terasa cahaya itu hadir, namun tak tau dari arah mana datangnya.

Terkadang manusia menerjemahkan cinta hanya dari satu fragmen saja, berwarna jingga katanya. Padahal, bukankah cinta tak memiliki warna? Ia seperti sepia, lembut tapi mesra. Tidak mungkin bisa diterjemahkan hanya dari satu warna saja. Cinta hadir bukan dari mata atau hanya sekedar tawa. Atau hanya sekedar pertemuan, persamaan kegemaran atau sekedar kenyamanan. Bukan. Cinta hadir karena rasa, yang timbul dari dalam nuranimu. Tanpa paksa bahkan durja. Cinta itu menguatkan, menghadirkan sejuta makna. Dan cinta tdak mungkin melemahkan, ia seperti semangat membara. Menjadikan diri serupa baja yang berlapis kekuatan mengasihi semesta.

Cinta tidak hanya berlaku pada satu ruang saja. Dimensi cinta begitu luas. Tidak sekedar cinta antara sesama manusia, atau sekedar antar lelaki dan perempuan. Itu sungguh cinta yang kecil, belum bisa dikatakan megah dan berdaya. Cinta itu semestinya menjadikan diri menjadi lebih berkarya nyata, beramal segera untuk sebesar-besar kemanfaatan ummat, lingkungan sekitar bahkan seluruh alam semesta. Bingkai cinta itu adalah Allah Azza Wa Jalla. Yang menjadi alasan kita semua makhlukNya hidup di dunia. Mengumpulkan bekal terbaik kelak menghadapNya. Mampukah kita mencintai Allah selayaknya kekasih Allah, Muhammad SAW?. Sudahkah kita menjalankan setiap sunnahNya dengan bijaksana?.
Katakanlah: Jika memang kamu cinta kepada Allah, maka turutkanlah aku, niscaya cinta pula Allah kepada kamu dan akan diampuni Nya dosa-dosa kamu. Dan Al­lah adalah Maha pengampun lagi Penyayang." (QS Ali Imran:31).
Semestinya seluruh cinta itu hadir karena Allah. Allah yang paling dicintai, paling disayangi, yang pertama dan utama dalam hati. Tak ada tempat pertama selainNya bukan?. Namun, merekahnya cinta karena Allah selayaknya kuntum bunga tidak juga bisa mengaburkan segala kegelisahan. Manusia, sudah fitrahnya mengalami ragu dan bimbang. Terhadap segala takdir. Meskipun kita tau, setiap takdir pasti berhikmah. Alangkah beruntungnya mereka yang mencintai Allah dengan teramat sangat. Hingga setiap detik hidupnya selalu dilimpahi keberkahan.

Cinta setulus hati, cinta sedalam-dalamnya hati, kepada Allah, yang tak pernah sedetik pun meninggalkan kita walau kita berkali-kali meninggalkannya. Bahkan dalam setiap mozaik kehidupan, seluruh nya berasal dari Mahabbah, cintaNya. Apa hal yang paling manis dan membahagiakan selain mencintaiNya? Adakah yang lebih indah dari mendapat ridho dan cintaNya. Kalaupun ada, itu hanya fatamorgana. Klise dan tidak nyata. Serupa simbol-simbol belaka, tidak bisa dirasakan betul keindahan dan kelembutannya.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan, dan kebaikan bagi hati manusia kecuali (setelah) dia menjadikan Allah (sebagai) sembahannya satu-satunya, puncak dari tujuannya dan Zat yang paling dicintainya melebihi segala sesuatu (yang ada di dunia ini)”.
Lalu bagaimana dengan kita? Yang fakir ilmu dan tawanan dosa ini? Pantaskah diri ini mendapat rekahan cinta Allah yang begitu dahsyat? Sudahkah kita mencintai Allah dengan segenap jiwa?. Mari hiasi keimanan dan ketakwaan dengan menjadikan Allah yang pertama dan utama, paling paripurna.

"Ya Allah, aku memohon kepada-Mu untuk mencintai-Mu, mencintai siapa saja yang mencintai-Mu, serta mencintai perbuatan yang mengantarkan aku untuk mencintai-Mu."

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Sibling Rivalry

Laut tak pernah meninggalkan pantainya :)