Jangan Kecanduan Agama?

Belakangan ini, kata radikal sering sekali terdengar. Kebanyakan orang yang tidak paham benar arti radikal, it means radikalisme seolah-olah menyatakan bahwa radikalisme berkaitan erat dengan suatu agama. You know what, secara historis radikalisme itu apa? Radikalisme adalah sebuah kelompok atau gerakan politik yang kendur dengan tujuan mencapai kemerdekaan atau pembaruan electoral yang mencakup mereka yang berusaha mencapai republikanisme, penghapusan gelar, redistribusi hak milik dan kebebasan pers, dan dihubungkan dengan perkembangan liberalisme.

Sesungguhnya radikalisme sangat erat kaitannya dengan liberalisme, kebebasan mutlak tanpa batasan. Padahal, kita tau agama bukanlah kebebasan. Agama adalah keyakinan yang tumbuh dalam nurani, mengakar kuat dalam jiwa dan sumber ketenangan batin. Tidak ada satupun agama mengajarkan kekerasan, saling menjatuhkan apalagi adu domba. Tidak ada. Agama always peaceful. Dan tidak ada istilah agama candu, kecanduan agama dan sebagainya. Agama murni dari hati, agama murni diterima tanpa paksaan.

Jika ada yang menyatakan: "Jangan kecanduan agama", "Jangan mengikuti agama radikal", hei! itu bukan agama. Agama tidak ada sangkut pautnya dengan hal-hal negatif. Tidak ada. Sekali lagi, tidak ada. Bukan candu, namun syumul, menyeluruh memahami agama. Orang-orang yang tidak membaca Quran, mempelajari hadist, mana mungkin akan paham benar larangan meminum khamr, memakan babi atau memilih pemimpin non muslim. Tentu menjelaskan panjang lebar kepada mereka yang tidak pernah sedikitpun memahami Quran dan hadist percuma, mereka pasti akan menolak atau bahkan tidak mendengar. Jadi, doakan, sampaikan dengan lembut, sampaikan dengan benar. Jika mereka tetap saja tidak menerima, biarlah Allah yang memutuskan.

Jika ada sekawanan orang yang menyatakan: "Politik, Ekonomi, Sosial dll ga ada kaitannya dengan agama". Hei! itu pikiran sekuler. You know what sekuler apa? Seklurisme adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan negara harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Padahal sudah jelas Sila pertama dalam pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Tentu agama adalah bagian dari kehidupan. Tidak bisa dipisahkan dengan apapun. Bukankah adanya kita, negara, peradaban bahkan sistem kehidupan adalah karenaNya, Sang Maha Esa? Lalu mengapa negara, politik, sosial, ekonomi harus dipisahkan dengan agama? Hei! Kita ini milik siapa?.

Maka, jika ada yang begitu sombong menyatakan: "Jangan bawa-bawa agama". Hei! kamu itu milikNya kan? Lalu mengapa menolak fitrah itu? Hmmm, barangkali wajar bahwa orang yang menyatakan hal tersebut tentunya tidak paham benar bahwa agama mengatur segala sendi kehidupan.

Wallahu Alam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Belajar Dari Daun

Sabar Seluas Samudra

TANGISAN KERINDUAN BERDAKWAH