Ibu Bangga Padamu, Nak

Alhamdullilah, entah berapa banyak kisah keluarga kami yang bisa ku utarakan bahkan ku tulis dengan indah. Ada banyak duka terselip di sana, dan tentu ku sembunyikan rapat-rapat. Aku lebih bahagia menceritakan bagian manisnya, bukan untuk terlihat jumawa di hadapan khalayak. Ini adalah bentuk rasa syukurku memiliki orang tua dan adik-adik hebat seperti keluargaku. Dan seperti biasa, hidup itu saling menginspirasi bukan?.

Teringat cerita sahabat masa kecilku, Diana. Sungguh, dia adalah wanita paling tangguh sedunia yang pernah kutemui. Kisah hidupnya membuatku belajar banyak mengenai arti sebuah keluarga. Membangunnya dengan bahagia tidaklah mudah. Sungguh, mungkin aku tidak akan bisa sekuat dia. Yang berhasil menyelesaikan studi masternya di Amerika dengan beragam cobaan hidup. Dia salah satu sahabat favoritku, tak pernah bosan aku mendengar ceritanya. Dia sangat menginspirasiku. Sungguh, aku ingin sekali membuat novel khusus mengenai kisah hidupnya. Semoga.

Hari ini Ibu mengungkapkan kebanggaannya padaku, ternyata orang seperti aku yang hanya seorang Amil menjadi alasan kebahagiaan kedua orang tuaku. Hanya dari cerita seorang pasien penderita kanker di Rumah Singgah Pasien tempatku bekerja. Aku ini siapa? Hanya perantara saja. Anak mana yang tidak bahagia ketika orang tuanya bangga. Ibu dan Bapak adalah orang tua paling demokratis sedunia. Entah, doa apa yang mereka panjatkan sehingga aku dan adik-adikku menjadi seperti sekarang ini. Love you endlessly, Mom.

"Ibu bangga padamu Nak", ini kalimat sederhana tapi efeknya luar biasa mendalam. Dalam tulisanku dulu yang berjudul "Belajar Menjadi Ibu Yang Baik", aku pernah memiliki harapan besar soal menjadi seorang Ibu. Aku ingin seperti Ibuku, menjadi Ibu juara satu sedunia untuk anak-anakku kelak. Yang setiap peluhnya adalah doa. Yang setiap senyumnya adalah bahagia. Tidak peduli bagaimana orang lain menilai, aku hanya ingin menjadi orang tua yang baik.

Aku teringat kembali dengan kisah rekan kerjaku yang keluarganya juga cukup unik. Ayahnya mungkin memaksanya untuk menjadi "Sukses" seperti persepsi beliau. Berbeda sekali dengan orang tuaku yang melihat kesuksesan dari seberapa besar kebermanfaatan kita terhadap orang lain bukan kepada materi atau penghasilan yang diraih. Tapi, dengan keluarga, watak, dan karakternya yang unik dia bisa meraih gelar master.  Rasanya pengen bikin novel tentang keluarganya juga. Semoga.

Setiap keluarga punya kebanggaannya masing-masing. Bagaimanapun kondisi keluarga kita, kita patut mensyukurinya. Jadilah kebanggaan untuk orang tua kita. Sekalipun orang tua kita tidak menghargai setiap jerih payah kita. Buatlah mereka bangga. Jika tidak di dunia, maka di akhirat. Jika tidak diutarakan karena malu, maka biarlah tersimpan dalam doa. Kelak jika kita semua berkeluarga, jadilah orang tua yang bangga dan berani mengutarakan kebanggaan kita kepada anak-anak. Karena ternyata efek bahagianya luar biasa.

Hmm, sebenarnya ada banyak kisah kebanggaan dari cerita sahabat-sahabat ku mengenai orang tua mereka. Kedua cerita di atas adalah favoritku, karena keduanya sudah lulus master sedangkan aku belum. Allah Maha Adil bukan?.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sibling Rivalry

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Laut tak pernah meninggalkan pantainya :)