Kita Tidak Bisa Memilih, Tapi Bisa Memutuskan

Kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari keluarga yang seperti apa. Apakah dari keluarga dengan Islam yang sangat kuat sehingga membentuk anak-anak menjadi Akhlakul Karimah, rajin beribadah, pintar mengaji, aktif di masjid atau dari keluarga yang biasa-biasa saja. Bahkan tidak pernah melaksanakan sholat berjamaah di rumah, orang tua tidak bisa mengaji, dari kecil penuh penderitaan. Kita tidak bisa memilih.

Kita tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari keluarga yang bagaimana. Apakah penuh cinta dan kasih sayang sedari kecil, semuanya serba ada, berkecukupan atau justru dilahirkan dari keluarga yang amat sangat miskin, orang tua bekerja serabutan, kekerasan rumah tangga sudah menjadi biasa bahkan cinta dan kasih sayang orang tua tidak pernah dirasakan.

Kita memang tidak bisa memilih untuk dilahirkan dari keluarga seperti apa, bagaimana atau yang mana. Namun kita bisa memutuskan, kelak kita ingin menjadi orang tua yang bagaimana, keluarga yang seperti apa dan anak-anak yang akan tumbuh dengan akhlak bagaimana. Kita bisa memutuskan. Dari sekarang, sejak saat ini, kita bisa memutuskan.

Terkadang, masa lalu membuat detik berjalan terlampau lama. Merenungi barisan-barisan takdir dan luka di masa lalu memang tidak cukup mudah. Ada goresan yang menyayat hati, ada semacam traumatis yang mendalam. Bagaimana jika aku begini, bagaimana jika aku begitu. Tak jarang, kebanyakan dari kita mengulang luka itu dan menganggap nya sebagai takdir yang tidak bisa diubah.

Kita bisa merubahnya, memotong tali rantai hal-hal yang suram menjadi hal-hal yang cemerlang. Dengan memutuskan untuk menjadi lebih baik lagi. Ada banyak cara dalam memutuskan untuk berubah, salah satunya adalah mengekang ego diri. Berusaha untuk melalui seluruh hal yang pernah terjadi dalam hidup sebagai hikmah dari Sang Maha Kuasa, Allah SWT.

Demi masa depan yang lebih baik, demi keluarga yang lebih baik, demi anak-anak yang lebih baik, demi peradaban yang lebih baik. Berikhtiar lah untuk menjadi lebih baik dari hari kemarin. Ketika orang-orang mengatakan tidak mungkin, yakinlah bahwa Kun Fayakun, segalanya mungkin jika Allah berkehendak. Kalau bukan kita yang memutuskan, lalu siapa lagi?

@kenulinnuha
Maret, 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Mengapa Takut Pada Lara?