Breaking The Limit

“Setiap kita akan senantiasa diuji oleh Allah SWT pada titik terlemah kita" [Alm Ustadz Rahmat Abdullah]
Assalammualaikum readers, menulis di kala hujan membasahi bumi itu romantis. Adakalanya mata iri kepada hati. Karena yang menangkap radar sepersekian detik terhadap segala jenis rasa lebih dahulu adalah hati. Jika ada rekan kalian yang pernah mengatakan bahwa "Aku lemah, aku tak berdaya, aku merasa terpojok, aku selalu kalah" dan segala jenis kalimat insecure lainnya, maka jawablah dengan lembut "Engkau Kuat dan Pintar, siapakah musuh terbesar dari segala jenis keterbatasan? Hanya dirimu sendiri, bukan orang lain! Bukankah Allah tidak pernah memberi cobaan diluar batas kemampuan manusia? Kamu mampu dan kamu bisa".


Terkadang kita terlalu berprsangka buruk pada diri sendiri. Menganggap diri tidak mampu melakukan amanah, menganggap diri tidak berdaya melawan segala tantangan. Hey, taukah engkau? itu menurut siapa? Taukah engkau betapa Allah memberimu banyak sekali anugerah, bahkan Ia mengatur sedemikian rupa kehidupan manusia. Tidak ada satu hal pun terlewat.

“Andai kamu tahu bagaimana Allah mengatur urusan hidupmu, pasti hati kamu akan meleleh karena cinta kepadaNya” [Ibnul Qoyyim Al Jauziyah]
Apa yang sebenarnya dikhawatirkan? Terkadang kita hanya merasa tidak mampu berjuang, padahal berjuang itu manis rasanya. Mungkin kita akan bertemu dengan pahitnya caci makian, terjalnya cobaan dan segala jenis rintangan. Tapi taukah, mutiara tidak akan pernah indah dilihat banyak pasang mata jika tidak dikikir dan disepuh dengan emas berkilauan. Bukankah pelangi hanya bisa dilihat selepas hujan? Bahwa keindahan dan kebahagiaan akan terasa manis jika kita berhasil meruntuhkan ketidakberdayaan. Jangan menyerah dan jangan putus asa. Allah tidak mungkin memberi cobaan jika kita tidak mampu.


Bahkan pohon yang tinggi dan lebat pun alangkah banyak cobaannya, dari angin yang sangat kencang, ranting yang lepas, dedaunan yang jatuh dan buah lepas dari tangkainya. Belum lagi banyak orang melemparinya dengan batu. Jadilah pohon yang baik, walaupun manusia melemparinya dengan seribu batu, pohon tetap memberi buah terbaiknya.


Tugas kita hanya berikhtiar, menjadi sebaik-sebaik umat, bermanfaat bagi sesama. Bukan pengakuan dan penghargaan manusia yang kita butuhkan, bukan juga dedikasi dan loyalitas untuk dianggap paling berdayaguna. Tapi seberapa baik dan pantaskah kita mendapat RidhoNya. Sia-sia jika yang kita butuhkan hanya sekedar materi, pangkat, jabatan dan sebagainya apalagi jika hati dan pikiran kita hanya sebuah ilusi tak berbingkai keimanan.Semuanya terasa hambar, tak ada kelezatan iman dan takwa disana.

Barangkali kita ini terlalu rapuh dimata Allah. Untuk sesuatu yang sudah jelas baik, kita masih berpikir berkali-kali. Bagaimana jika begini bagaimana jika begitu, menimbang-nimbang untung rugi. Padahal Allah janjikan banyak rahmat dan kebaikan jika kita yakin padaNya.
"Apabila kamu menghitung nikmat-nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan bisa menghitungnya." (QS. An-Nahl:18).

Breaking The Limit! Jangan merasa tidak mampu jika belum mencoba, jangan merasa diri paling menderita sedunia jika tak berani keluar dari masalah. Bersinarlah dengan terang dan jadilah pribadi yang bermanfaat. Kelak, kita akan bertemu di surgaNya. Sebagai umat yang senantiasa mensyukuri nikmatNya. Semangat berkarya dan jadilah perantara kebaikan bagi banyak orang. Tujuan kita hanya satu: Cinta Allah bukan?.


Semoga menginspirasi jiwa-jiwa yang kosong dan hati-hati yang terserak karena beban amanah yang sangat banyak. Kamu beruntung, karena Allah berikan ujian itu pada orang yang hanya dicintaiNya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Sibling Rivalry

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Laut tak pernah meninggalkan pantainya :)