Solo Traveller

Traveling, it leaves you speechless, then turns you into a storyteller (Ibnu Battutah)
What do you think about solo traveller? Wonderfully dreams? Or maybe just a dream? Saya rasa semua orang suka jalan-jalan. Just capture your moment or maybe jadi inspirator banyak orang. Kebanyakan baca travel book bikin saya impressive mengenai solo traveller.
Mungkinkah seorang muslimah punya impian mengunjungi belahan dunia lain? Alone, cuma bawa impian? Jawabannya: Indeed, mungkin banget. Ga usa jauh-jauh deh, minimal pergi ke tempat-tempat yang sebelumnya belum pernah kita datangi. Menabung, bersiap untuk menjelajahi belahan dunia lain. Satu-satunya alasan adalah karena mencintaiNya.

Bisakah sebuah impian menjadi kenyataan tanpa dasar iman? Absolutely Yes, but just illusion. Karena impian yang menjadi kenyataan akan tetap menjadi ilusi tanpa keimanan. Maybe hampir kebanyakan orang memiliki waktu tersendiri dan dana yang khusus untuk mengunjungi tempat-tempat impian mereka, mempersiapkannya jauh-jauh hari, pergi bersama mereka yang dicintai dan mengupload seluruh jepretan dalam akun Instagram, terlihat prestige dan kece.

Barangkali tidak bagi saya, menjadi solo traveller itu menyenangkan. Terkadang saya lebih suka mengunjungi tempat-tempat yang ingin saya kunjungi sendiri, berjalan kaki, naik bus rapid trans atau angkutan umum. Saya juga heran kenapa, mungkin karena belum ada yang menemani. Terkadang jadwal saya berbenturan dengan yang lain, biasanya saya mengajak Ibu atau adik.

Selepas melingkar di hari Sabtu dan Ahad ada space waktu 1-2 jam jeda ke lingkaran berikutnya, dari jeda waktu itu biasanya saya lebih suka berjalan kaki ke kota lama, sekedar jalan saja. Menikmati setiap eksotisme wajah tempo dulu. Atau saya naik angkot ke arah banjir kanal, menyusuri jembatan sampai ke rel kereta api, naik becak sampai Pantai, atau naik BRT ke Bandara, berhenti sejenak menunggu senja sambil melihat lalu lalang pesawat.

Selain itu, saya mampir ke toko buku, membeli buku terbaru dan membacanya sepanjang perjalanan pulang ke rumah. Melihat berbagai cara pandang dan karakter manusia metropolitan di dalam bus atau angkutan umum itu ada baiknya, ada yang sibuk  dengan gadgetnya, ada yang tertidur saking lelahnya, ada yang diam menatap luar jendela sangat serius, ada juga yang mengobrol asik dengan penumpang lainnya. Sungguh, hal ini menyenangkan bagi saya. Perjalanan pulang sekitar 1-1,5 jam memiliki banyak sekali cerita baru yang menarik setiap pekannya.

Hidup itu sejatinya seperti menempuh perjalanan, lebih tepatnya perjalanan hati menuju kepadaNya. Pergi kemana saja, hati kita sepatutnya terikat padaNya. Ketika senja berbalut mesra dengan deburan ombak di pantai, kita panjatkan doa terindah. Ketika hujan tumpah ruah dari langit kita lantunkan doa penuh kekhusukkan. Ketika melihat tempat-tempat indah kita sabdakan "Masya Allah". Sungguh, seluruhnya adalah milik Allah.

Saya ingin menjadi tamu Allah kelak ketika haji & umroh, bukan sebagai Solo Traveller, tapi sebagai umatNya yang sungguh menantikan ridhoNya. Saya ingin menginjakkan kaki di negara tertua peradabannya, United Kingdom, pergi ke Oxford University, melihat peradaban islam lahir dari sana atau ke Cordoba, Spain. Itu juga bukan sebagai Solo Traveller. Saya ingin mengunjungi kota-kota di belahan dunia lain bersama mereka yang saya cintai.

Kesendirian saat ini, sebagai Solo Traveller hanyalah bait-bait puisi yang belum menemukan rimanya. Karena dengan sendiri sebelum ada yang menemani, saya mendekap mesra sang Illahi.

Ada yang hobi Solo Traveller? Yuk diskusi bareng ukhti.. Tukeran pengalaman & share segala jenis rasa selama perjalanan :-).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Mengapa Takut Pada Lara?