Fokus Pada CintaNya

Bagaimana jika kalian diminta untuk membangun sebuah bangunan yang kokoh di tengah hutan belantara, tak ada listrik, tak ada komunikasi, tak ada pemukiman. Kalian harus memikirkan agar sebuah bangunan itu tegap berdiri dengan diikuti terbangunnya bangunan kokoh lain, pembangkit listrik, air yang mengalir, serta public station yang dekat? Butuh waktu berapa lama? Butuh perencanaan? Jelas. Butuh kerjasama dengan pihak lain? Absolutely. 

Sama halnya dengan berdakwah. Ketika kalian ditempatkan Allah berada di tempat yang asing, sama sekali tidak kondusif, hedonis, berharta melimpah, menganut paham ilmu Dan sains adalah dewa, islamophobia, tidak suka menjadi aktivis Dan segudang tantangan lainnya. Akankah kalian mundur teratur kebelakang? Atau cuek saja, menganggap hal itu wajar sekarang? Padahal kita tau, masing-masing dari kita adalah agent of change. Tidak ada yang lebih indah dari anugerah bisa berdakwah.

Barangkali itu cara Allah menempa kalian menjadi pribadi tangguh yang mencintaiNya, menjadikan dakwah sebagai laku utama, menjadikan Islam sebagai jiwa raga. Bisakah melakukannya sendiri tanpa seorang teman mungkin? Bisa jadi, karena setiap perubahan baik pasti ada inspirator pertama yang memulainya. Berdiri di barisan terdepan sebagai nakhoda. Azzamkan diri untuk berjuang, menjadikan segala hal yang dikira tidak mungkin menjadi sangat mungkin.

Awali dengan berita baik, kabarkan kepada mereka tentang keindahan Islam yang sesungguhnya, dengan Seni seperti kesukaan mereka, dengan ilmu seperti yang mereka agungkan. Bukankah mengajak orang lain berbuat baik itu membutuhkan proses? Maka awali dengan hal-hal yang menyenangkan mereka. Warnai mereka dengan warna pilihan kita.

Setelah itu beri hadiah dengan menebar banyak kebaikan, perhatian, semangat, dedikasi dan persahabatan tanpa menggurui. Mulai ajak mereka kepada grand design kita, misalnya saja menonton film-film dari aktivis dakwah kita, mendendangkan lagu-lagu pilihan kita yang tentu saja tujuannya meningkatkan kecintaan kita pada Allah. Ajak sharing dan jawablah setiap pertanyaan mereka dengan santun dan bijaksana. 

Tentu akan banyak cobaan yang menerpa, namun Allah selalu membersamai kita dalam keadaan apapun. Jangan pernah menyerah dan jangan merasa tidak sanggup, lanjutkan sampai akhir. Dakwah tidak akan berakhir sampai raga terbenam dalam tanah. Cibiran, ejekan, dan segala hal yang sifatnya penilaian manusia maka sebaiknya tak perlu kita pikirkan. Fokus pada cintaNya, itu lebih menentramkan.

Maka, jika kelak kita berhasil, akan banyak jundi-jundi Allah bertebaran, seperti sebuah bangunan di tengah hutan yang kini telah menjadi pemukiman penuh barokah. Itu bukan hanya sebuah impian, namun realita yang patut kita perjuangkan. Insya Allah, kelak bukan nama atau kebaikan kita yang dipersembahkan kepada Allah namun cinta kepada Allah lah yang menjadi garda terdepan dalam kebahagiaan kita.

Maka, fokus saja pada cintaNya... Segala kesakitan tak akan dirasa :).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Mengapa Takut Pada Lara?