Menikmati Rasa Dengan Puisi

Assalammualaykum ikhwah fillah, Alhamdullilah Happy Saturday.. Romantis ya menikmati gerimis di pagi hari bersama segala doa yang dilantunkan? Begitu juga dengan pagi saya bersama keluarga, begitu romantis. Ditemani secangkir teh dan mendoan hangat buatan ibu. Seakan kebahagiaan itu tak lekang oleh waktu, ia masuk ke dalam rasa bernama Cinta :).

Pagi ini Bapak tiba-tiba mengajak kami berdiskusi tentang puisi, masuk ke dalam frase-frase imajinasi. Bapak memang pintar membuat kami anak-anaknya takjub terhadap sastra dan seni. Benar-benar masuk ke dalam darah dan menancap dalam hati.

"Puisi itu cinta, ia tidak sekedar ekspresi tapi impresi. Impresi itu inner, Ken. Keluarnya dari hati. Contohnya aja Niken, Niken itu dalam diamnya ketika sedang membaca atau menulis lebih impresif, seperti magnet. Puisi seperti itu, ditulis dengan impresi, melalui hati. Kita tidak mungkin menerjemahkan bahasa puisi ke dalam sekedar logika atau kata-kata. Puisi lebih dari itu, seperti Niken ketika sedang membaca, impresi nya membuat magnet bagi orang yang mengagumimu, Nak".

Eemm, Bapak always bikin anak-anaknya speechless. Sampai-sampai adik-adik saya membully saya kenapa tak kunjung menemukan si 'impresi'. Well, guyonan keluarga tak pernah berhenti. Bapak kemudian melanjutkan mengenai siapa saja pujangga puisi di Indonesia yang membekas dalam dada. Rendra, pemilik bengkel teater sahabat Mbah Wur, Ayah Bapak yang ketika Bapak kuliah bertempat tinggal disana. Chairil Anwar, Taufik Ismail yang sangat kental dengan ruh 'islam' dan perjuangan. "Kamu harus baca karya mereka, Ken".

Kemudian saya bertanya pada Bapak. "Bagaimana menemukan impresi dengan 'rasa' bernama cinta Pak?". Dan Bapak menjawab: "Bukan ditemukan Ken, tapi dirasakan. Cinta itu dirasakan, bukan ditemukan. Puisi itu lahir karena cinta bukan sekedar kata, perbuatan atau sekedar menemukan".

Soal impresi memang tidak habis dibahas. Apa bedanya ekspresi dan impresi coba? Keduanya berhubungan erat dengan akhlak. Namun Bapak menjelaskan, "Ekspresi itu datang karena sikap yang seharusnya atau sebaiknya berlaku dalam masyarakat. Bahagia ya tertawa atau sedih ya menangis. Kalau impresi, dia olah rasa. Dalam diam dia berpikir, dalam diam dia bahagia dan dalam diam dia menangis. Itu pake cinta, pake hati. Dan biasanya seniman atau orang-orang pecinta seni seperti Bapak yang tau bedanya. Niken punya impresi, tapi cuma mereka yang menyayangimu yang tau Nak, connect kata kuncinya. Coba tanyakan kepada mereka yang mencintaimu tapi bukan keluarga. Tanyakan apa perasaan pertama yang mereka rasakan ketika berteman dengan Niken? Jika jawabannya macem-macem itu ekspresi, jika jawabannya satu dan itu membekas, itu baru impresi."

Jawaban Bapak membuat saya berpikir, ternyata seniman itu pakai olah rasa ya :). Pakai hati, pantas saja impresi mereka dalam sekali. Subhanallah Ya Rabb :).

Dengan puisi aku bertanya
tentang impresi olah rasa
bagaimana cinta bisa diterjemahkan
dalam ruang bernama logika


Love Family,
Your Daughter, Niken

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia