Indikator Cinta

Jika rajin tahajjud lalu masalah terurai, kemampuan tahajjud itu lebih perlu disyukuri. Mesra dengan Allah adalah nikmat tak ternilai -Salim A. Fillah-
Seseorang pernah bertanya pada saya: "Apa indikator seorang hamba sedang amat dicintai dan mencintai Allah?". Pertanyaan yang sulit dijawab bukan? Tentu setiap hambaNya memiliki indikator yang berbeda. Ada yang mengatakan ketika ujian dan cobaan datang, ada juga yang mengatakan ketika sedang larut dalam bermunajah kepadaNya, menghabiskan air mata pertaubatan untuk mendapat maghfirahNya.

Tidak ada kata dan romantisme terindah ketika mencintai Allah sebagai kesempurnaan jiwa. Tidak ada pula yang lebih membahagiakan ketika dicintai Allah dengan teramat sangat. MenghadirkanNya dalam setiap desah napas kehidupan, menjumpaiNya dalam setiap sujud ketika sajadah tergelar.

"Bagaimana denganmu Ken? Apa indikatormu?", pertanyaan ini terus mengusik qalbu. Mungkin karena hati sedang tidak baik dan mungkin terbersit noktah hitam sehingga pertanyaan itu teramat sulit dijawab. Kemudian hati bertanya pada nurani dengan lirih dan sedikit memaksa, "Apakah kau mencintai Allah, Ken? Dirimu saja bukan milikmu, apa dan siapa sebenarnya yang kau cintai?".

Belakangan ini seluruh taujih merujuk pada hikmah dengan frame yang sama. Hampir seluruh muwajjih menyampaikan hakikat mencintai Allah. Adakah riya' yang bersemayam? Adakah kesombongan yang meradang? Sungguh kenapa begitu sulit menjawab pertanyaan itu. Mungkin hati sedang tidak bersih, terlalu banyak kisah yang terjadi belakangan ini. Terlalu banyak hikmah yang membuat air mata tak berhenti.

Hingga akhirnya, saya menemukan indikator itu. Indikator seorang hamba sedang amat cinta pada RabbNya dan sangat dekat denganNya adalah Ketika istiqomah bersujud kepadaNya dalam sepertiga malam terakhir. Maka yang terjadi, jika Allah tidak membangunkanmu di sepertiga malam terakhir maka ada amalmu yang tidak disukaiNya. Ada aktivitasmu yang tidak diridhoiNya. Mungkin engkau melukai hati saudaramu sehingga ia tak kunjung memaafkanmu. Astagfirullah..

Ternyata berukhuwah juga bagian dari tetap pada cintaNya. Tugas kita sebagai seorang hamba tetap pada cintaNya saja. Maka perasaan apapun yang dirasa biarkan ia mengalir sesuai ijinNya. Maka setiap kesedihan maupun kebahagiaan yang dirasa untukNya saja. Agar tidak ada celah-celah kecil bernama luka hati. Hati ini milikMu Ya Rabb.. Hamba kembalikan segala rasa ini padaMu.

Jika mencintaiMu tidak membuat lara hati maka cintai aku Ya Rabb..

istiqomahkan cintaku hanya padaMu saja..
istiqomahkan dan bangunkan aku di sepertiga malamMu agar aku mengerti bahwa Engkau sedang mencintaiku dan aku sedang mencintaiMu..

hamba hanyalah makhluk kecil dari segala ciptaanMu yang Maha Dahsyat..
hamba hanya manusia berlumur dosa yang penuh air mata..
hamba belum punya cukup bekal untuk menghadapMu Ya Rabb..
ilmuku pincang dan amalku sedikit..


Maka, ijinkan hamba untuk tetap pada cintaMu saja.. 

beri hamba kepahaman bahwa seluruhnya adalah karena cintaMu..
terimah kasih telah begitu luar biasa mencintaiku Ya Rabb..


Faghfirlii Ya Allah.. Faghfirlii.. Lindungi kami semua dari kerasnya hati, riya'nya jiwa dan sikap yang melukai. Jadikan kami hambaMu yang berlembut hati.

Aamiin.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia