Pada Takdir Kita Percaya

terkadang seseorang bisa hadir tanpa diminta
keberadaannya seperti kilat yang bisa saja menyambar
Allah selalu punya alasan untuk mempertemukan hamba-hambaNya
hanya pada takdir kita dapat percaya

terkadang cita-cita juga harapan hadir tanpa dipersiapkan
keberadaannya seperti angin yang berhembus 
Allah selalu punya alasan untuk mewujudkan harapan hamba-hambaNya
hanya pada takdir kita dapat percaya

Hari ini saya memutuskan untuk dirumah saja. Menemani ibu yang asyik sekali bercerita. Hujan gerimis rasanya tak mau berhenti. Alam memberi tanda bahwa takdir bisa saja berubah. Saya menatap jendela dan membaui hujan yang khas sekali. Mungkin sudah banyak tetesan air mata, tapi tidak terasa. Hujan mengaburkan isakannya. Kepada Allah segalanya diserahkan.

Biarkan Allah meneruskan skenarioNya dan biarkan kepasrahan membingkainya dengan indah. Tidak yakin mungkin hanya perasaan kecil pada sebuah takdir. Maka istikharah adalah jalan terbaik dari sebuah pertanyaan Apa, Siapa, Bagaimana dan Mengapa. Biarkan tetesan air mata beranak sungai asal Allah berikan petunjuk jawaban.

Pasrah pada keadaan sebenarnya bukan keputusan, kenapa tidak berani mempertahankan prinsip? Kenapa tidak berjuang mewujudkan cita-cita? Apa menangis bisa menyelesaikan semuanya? Tanyakanlah pada nurani, apa yang sudah engkau perjuangkan pada cita-cita yang sudah teramat sangat lama bertahan pada pojok hati?. Bisakah bangkit meminta, mengiba dan bersimpuh di hadapanNya?.

terkadang keadaan memaksa kita untuk tetap bertahan
menunda segala hal yang sudah diperjuangkan
apakah doa Bapak Ibu bisa mengalahkan segala ketidakberdayaan?
jawabannya ada pada takdirNya
hanya pada takdir kita dapat percaya

terkadang hati meminta untuk bersabar
dan kesabaran adalah sebaik-baik pengharapan
fashbir shabran jaamiila :).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Samudra

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Mengapa Takut Pada Lara?