Adalah hujan yang mengajarkan kesabaran. Bahwa langit yang maha luas juga bisa menumpahkan rasa. Patuh pada Sang Maha Esa, rintik-rintik hujan berdialog mesra. Tatkala awan menjadi kelam, ia tak lantas menjadi durja. Keyakinan pada semesta bahwa pelangi kelak menampakkan indahnya. Kita sedang mengukir asa, menjadikan segenap jiwa beradu seru menggapai cita-cita. Sungguh, sabda terindah adalah ketika dzikir dilantunkan merdu. Bersama segala cinta yang membuncah di dalam dada. Bersama cinta kepada Sang Maha Mengasihi. Rindu akan masa ketika dakwah menjadi laku utama. Bersabarlah seperti layaknya angin menunggu hujan dan hujan tak pernah getir menunggu pelangiNya. Adalah sabar yang menggenapkan keyakinan bahwa setiap takdir yang ditorehkanNya adalah bentuk dari kasih sayang dan cinta Allah Azza Wa Jalla. Bukan harta dan materi yang menjadi faktor asasi keberhasilan dan kebahagiaan hidup. Hanya kepercayaan dan cinta kepada Sang Maha Esa lah jawaban dari segala pertanyaan yang pernah ada.
Assalammualaykum all readers , Alhamdullilah... Semarang sudah hujan. Allahumma Shoyyiban Naafi'aan :). Seperti biasa, waktu rehat saya gunakan untuk membaca dan menulis. Tak ada diskusi karena Bapak sedang ke luar kota dan adik-adik sedang sibuk dengan pekerjaan mereka. Well , terkadang saya butuh teman diskusi untuk mengutarakan apa yang ada dalam hati dan pikiran saya. Terkadang saya merasa sendiri dan Allah lah sebaik-baik pendengar. Maklum, terlalu rajin membaca buku membuat curiosity saya semakin tinggi terhadap segala ilmu serta rasanya haus sekali dengan knowledge . Belakangan ini saya sedang membaca beberapa buku ber-genre Romance-Self Help or maybe Heart Motivation . Ga bikin baper sih, cuma hati rasanya tergerak untuk lebih santun dan bijaksana terhadap segala hal yang berhubungan dengan hati, Carefully :). Salah satu buku yang membuat saya berderai air mata dan tercengang tak percaya adalah buku Kurniawan Gunadi berjudul Lautan Langit. Sebenarnya buku ini bias
Tetaplah disini Di jalan dakwah ini, bersama kafilah dakwah ini seberat apapun perjalanan yang harus ditempuh sebesar apapun pengorbanan untuk menebusnya Tetaplah disini Jika bersama dakwah saja engkau serapuh itu, Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri? (KH. Rahmat Abdullah) Amanah tidak pernah salah langkah, amanah tidak pernah berada pada pundak yang salah. Amanah juga tak mungkin ditujukan pada mereka yang tak mampu. Allah punya cara terbaik melukiskan setiap episode kehidupan dan membingkainya dengan hikmah. Jalan dakwah ini memang masih panjang, penuh perjuangan walau harus terhenti dalam persimpangan. Namun tetap saja lurus kedepan. menatap tujuan yang bermuara padaNya. Allah menempatkan di tempat terbaik dan kondisi terbaik. walau perjuangan dakwah harus dilalui dengan air mata dan begitu luar biasa kuatnya bertahan. Allah yakin bahwa setiap perjuangan yang dilalui sejengkal saja menjadi pahala disisiNya. Aku yakin, seberat apapun perjalanan yang harus ditempuh, selam
Masa Pralatih usia 0-7 tahun Penekanan pada permainan imajinasi, banyak menstimulasi sensorik dan motorik anak. Hingga usia 7 tahun anak belum memiliki tanggungjawab moral. Peran orang tua cukup sebagai fasilitator yang mengawasi dan mendokumentasikan anaknya bermain bebas dan spontan. Jadi jangan pusing dan terpenjara dengan jadwal kaku hari ini harus main apa, besok main apa. Fitrah keimanan: Membangkitkan kesadaran Allah sebagai Robb dengan keteladanan, kisah inspiratif dan kepahlawanan, membangkitkan imaji positif terhadap Diri, Allah, Ibadah, Agama. Fitrah Belajar: Membangkitkan logika dasar dan nalar melalui bahasa ibu sehingga sempurna ekspresinya, belajar bersama alam, belajar bersama kehidupan, imaji positif tentang alam, kehidupan dan belajar, belajar dari mencoba. Fitrah Bakat: Membangkitkan kesadaran bakat melalui aktifitas dan wawasan, dan mendokumentasikan aktifitas anak. Masa Pra Aqilbaligh I usia 7-10 tahun Penekanan pada belajar tentang sistem
Tidak mudah memang melupakan seseorang yang sudah terlanjur masuk dalam hati kita terdalam, tidak mudah melupakan segala kenangan yang setiap detiknya tergambar begitu nyata dalam pikiran, tidak mudah mengikhlaskan seseorang yang hampir saja menjadi belahan hidup kita namun takdir berkata tidak, tidak mudah menerima kehilangan dan perpisahan, sangat tidak mudah memang. Aku tidak bisa menahan air mata tatkala bertemu dengan sahabat yang begitu luar biasa kisah cintanya. Mencintai satu orang seumur hidupnya, meski raga tidak lagi bersama. Masya Allah, aku teringat lirik lagu payung teduh berjudul Di Atas Meja... Mengapa takut pada lara Sementara semua rasa bisa kita cipta Akan selalu ada tenang Disela-sela gelisah yang menunggu reda Ternyata manusia itu sangat lembut hatinya, perkara hati saja bisa begitu rahasia, bersemayam begitu lama tanpa terkatakan, terus menerus dicinta. Aku tidak mau se-melankoli itu. Tidak mau saja, karena kuingin hatiku dimiliki oleh Sang Pem
Komentar