Hikmah Perjalanan (Sebuah Perjalanan Hati)

Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu... (QS. Al Hujurat: 7).

Bagaimana jika kalian sedang melakukan perjalanan malam Jakarta-Semarang dengan menggunakan kereta?. Mungkin sebagian orang akan menganggapnya biasa, bahkan perjalanan malam adalah perjalanan yang mengasyikkan bagi mereka. Mereka bisa tidur dengan pulas hingga tujuan. Berbeda dengan saya, saya tidak begitu suka dengan perjalanan malam. Rasanya mata tidak pernah bisa menutup sepicing pun untuk beristirahat. Suara rel begitu jelas dalam telinga, mesin kereta pun berderu merdu. Angin yang berhembus dari mana saja bisa saya rasakan. Bahkan saya melihat dengan detail bagaimana wajah-wajah manusia diterjemahkan dalam satu frame yang sama, terlelap dalam mimpi-mimpi mereka.

Saya memilih untuk melihat keluar jendela, walau tidak jelas, lampu-lampu temaram rasanya juga hambar. Tidak ada bintang gemerlap atau bulan purnama yang bisa saya saksikan. Hanya lampu-lampu pinggir jalan atau tiang-tiang listrik sekelebat. Perjalanan malam selalu menelisik lebih dalam memori-memori saya. Memori masa kecil yang membahagiakan hingga cerita-cerita hangat dalam keluarga atau tertawa bersama rekan kerja. Seolah gambar-gambar kenangan itu tersusun rapi dalam pikiran. Entah kenapa perjalanan malam begitu melankolis menurut saya. Saya mungkin satu-satunya yang tidak tidur malam itu, bersama seorang pemuda diujung gerbong yang masih khusuk membaca Al Quran.

Ada magnet yang menghentak nadi saya kemudian menjalar hingga ke relung hati, mengalir hingga jantung. Saya takjub dengan pemuda pembawa Qur'an itu. Kemudian membuat saya ingin juga membersamainya membuka kalamNya. QS. Al Hujurat: 7, begitu pas sekali. Bagaimana bisa saya yang tidak suka perjalanan malam tiba-tiba menjadi sangat melankolis. Sepertinya Allah sedang teramat cinta, sehingga saya merasa begitu dicintaiNya. Ini semacam frekuensi hati, ia begitu padu dengan perasaan.

Seseorang yang dekat dengan Allah dan cinta dengan Al Quran selalu spesial. Dia seperti taman hati yang penuh dengan bunga-bunga indah yang semerbak baunya. Ia seperti oase yang menyegarkan dan melegakan. Ia seperti cinta yang menguatkan. Siapakah yang dengan santun bersahaja mencintaiNya dengan sepenuh jiwa? Siapakah yang dengan airmata cintanya membersihkan seluruh ketidakberdayaan?. Siapakah dia yang begitu mencintaiMu tanpa syarat?. Terkadang mencintaiMu seperti candu Ya Rabb, hanya saja belum ada yang dengan berani mengatakan: "Mari bersama-sama mencintai Allah".

Semoga setiap dari kita sedang berusaha menjadikanNya yang pertama dan utama di dalam hati. Dan mencintaiNya dengan sebenar cinta.

Selamat mencintai Illahi, semoga engkau temukan keindahan hati :).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Samudra

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Mengapa Takut Pada Lara?