The Foundation of Everything

The Foundation of Everything is a Good Family :)
Absolutely yes!. Bahwa seseorang bisa berkarakter darimana dan bagaimana keluarganya mendidik. Good family bisa melahirkan anak-anak yang baik pula, begitu sebaliknya Bad Family mungkin saja bisa melahirkan anak-anak yang kurang baik. Especially secara psikologi, bahwa anak yang tumbuh dari keluarga pengekang ia akan belajar untuk mengekang, anak yang tumbuh dari keluarga penyayang ia akan belajar untuk menjadi penyayang. Maybe inilah alasan Bapak dan Ibu mendidik saya menjadi anak yang peduli, tegas namun lembut hatinya. Seperti yang selalu Bapak ajarkan sewaktu kecil untuk membuat orang lain bahagia dengan apa yang kita miliki, pun seperti yang Ibu sering katakan bahwa tegas itu penting agar kita memiliki prinsip, namun berlembut hatilah, dengan kelembutan hati kita akan belajar berempati.

Keluarga adalah napas bagi saya, sejak kecil hampir setiap hari saya tidak pernah melewatkan moment bersama keluarga. Walau hanya duduk menonton TV bersama, ngobrol biasa atau bahkan minum teh bersama. Hal-hal yang sederhana ini justru akan dikenang. Bau cat minyak Bapak untuk melukis, suara mesin tik hingga larut malam, bau masakan ibu yang khas, ejekan kecil adik-adik, pertengkaran kecil tapi romantis dengan adik-adik karena hal sepele, nyanyian pengantar tidur Bapak yang khas, bau kucing-kucing keluarga kami yang nakal, suara kucing di pagi hari, hingga kejar-kejaran di dalam rumah. Segalanya seperti melekat dalam jiwa, sungguh bersama mereka tak pernah merasa sedih, bersama keluarga saya menemukan arti mencintai dan dicintai.

Bapak dan Ibu begitu sempurna mendidik kami, tak pernah sekalipun kami merasa sedih di dalam rumah. Hingga saya sadar bahwa kami anak-anak mereka sudah beranjak dewasa. Adik-adik sudah bekerja dan rumah rasanya sepi sekali. Tak ada teman diskusi lagi mengenai buku-buku apa yang kami baca, mengenai lukisan Bapak yang terbaru, atau masakan Ibu yang sangat enak. Saya merasa ada yang kosong tanpa adik-adik di sisi. Seperti ada kebahagiaan yang pudar. Begini ya rasanya sudah terbiasa bersama. 

Menjadi anak pertama dari 5 bersaudara itu Alhamdullilah wasyukurillah. Saya belajar menjadi kakak yang baik untuk mereka, keempat adik saya yang berbeda karakternya. Karena suatu saat jika kami sudah berkeluarga, saya ingin dikenang menjadi kakak yang super perhatian dan baik hatinya. Hehe :). Saya ingin memberikan kesan terbaik untuk hidup adik-adik. Bahwa menjadi kakak harus begini, penuh perhatian dan kasih sayang. Pernah rekan kerja saya mengatakan, "Mba, kamu tu sama adikmu romantis banget ya". Alhamdullilah, padahal kalo di rumah lebih romantis lho hehe :). Kami sudah terbiasa hidup bersama dan segala hal diceritakan, kami sering sharing dan berdiskusi. Maybe ini yang membuat kami begitu dekat.

Make your family as a good family, mungkin ini adalah ilmu turun temurun. Kelak ketika saya memiliki keluarga, saya berharap bisa mencintai suami saya seperti Ibu begitu mencintai Bapak. Semoga ketika saya memiliki anak, seperti Bapak dan Ibu mendidik kami anak-anaknya. Tidak pernah menuntut tapi mengarahkan, tidak pernah keras namun tegas, juga tidak pernah melarang namun memberikan pilihan baik. Begitu luar biasa Bapak mendidik kami, sehingga kami semua mencintai seni, tidak hanya penikmatnya namun pelaku seni. Begitu santunnya Ibu mendidik kami, sehingga kami semua memiliki kelembutan hati, tegas tapi tidak menggurui.

Kata orang kebanyakan keluarga seniman begini, terlalu romantis di dalam. Masa iya? hehe :). Terkadang kami memang bebas mengutarakan perasaan sayang di dalam rumah. Yang bikin kami jadi tambah saling menyayangi ketika kami memelihara kucing. Memungut mereka dari jalanan dan memelihara mereka dengan baik. Ibu selalu mengatakan bahwa kelak masing-masing anak Ibu akan dipertemukan Allah dengan pendamping hidup yang sama visi misi hidupnya dengan keluarga kami. Nah, untuk yang satu ini Allah sedang persiapkan. Hopefully :).

Jazakumullah my beloved family, Love you all cause Allah very much. Semoga kelak kita dipertemukan di surgaNya. Bahagia di dunia juga di akhirat. Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Samudra

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Sibling Rivalry

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?