Siapa Dia?

Entah, ini kebetulan atau bukan. Yang pasti, Allah tidak pernah sedetik pun merencanakan hidup hambaNya tanpa skenario yang indah. Ibarat cerita, setiap bab memiliki lika-liku nya tersendiri. Belakangan ini menulis adalah sahabat terbaik selepas melaksanakan seluruh aktivitas, just write, apapun yang ada dalam pikiran, hati dan bergejolak dalam jiwa saya tulis dalam blog ini. Benar yang dikatakan Bapak, kamu punya duniamu sendiri, Ken! Maka tulislah, kelak semua ini akan menjadi kenangan bagimu dan inspirasi bagi orang lain. Maka, ada sebuah cerita yang entah ini namanya apa, bukan kebetulan, hanya saja seperti sudah tertulis dalam Lauhul MahfuzNya, bahkan tiap detiknya.

Tiba-tiba, handphone saya berbunyi, instagram notifications!. Karena seringnya ketika di rumah tidak memegang handphone, maka saya letakkan kembali handphone saya. Esok hari, saya mengecek, ternyata ada permintaan follow dalam akun instagram saya. Dalam hati, siapa ini, ga kenal berarti ignore saja. Entah, tiba-tiba saya penasaran sekali melihat biodata dalam akun instagramnya. Oh seorang penulis, wah dengaren banget ya ada penulis indie yang tau saya. Padahal kenal aja ga, barangkali punya blog juga. Dan benar saja, dia punya blog. Dan hampir persis seperti saya, family story blog :). Tulisan tentang keluarga seluruhnya. Namun baru sebentar membaca blognya, saya hampir-hampir tidak percaya.

Apa yang sebenarnya membuat saya tidak percaya? Seluruh tulisan dalam blognya seperti menjawab tulisan-tulisan saya di blog. Tulisan terakhir saya mengenai R.I.N.D.U (part 2) dia jawab dengan puisi berjudul sama, hanya saja bentuknya jawaban. Seperti dalam puisi saya di awal:


Bagaimana menerjemahkan perasaan bernama rindu?
yang pendarnya bahkan masuk melalui celah-celah hati..
yang riaknya bahkan menggelayuti dalam jiwa..
Bagaimana menerjemahkan perasaan bernama rindu?
dalam setiap bait-bait doa yang terus dilantunkan..
dalam setiap desah napas yang semakin berderu..
Bagaimana menerjemahkan perasaan bernama rindu?
akankah bertemu pada kisah terseru?.


Dia jawab dengan puisi:

Jika aku dapat menerjemahkan perasaan bernama rindu,
aku tidak perlu menulis puisi, 
aku tidak perlu merangkai kata,
aku tidak perlu mencipta syair
Sungguh engkau tidak perlu...
Sebab tak ada obat rindu selain...
Selain BERTEMU dalam kisah terseru...

Masya Allah, barangkali ini hanya puisi yang hampir sama, batin saya. Namun setelah saya baca seluruh tulisannya, hampir seluruhnya adalah jawaban dari tulisan-tulisan saya. Ini seperti mimpi yang tidak mungkin. Atau mungkin saya yang terlalu terbawa perasaan saja. Siapakah dia? Yang dengan santun menjawab setiap tulisan saya?. Siapa dia? Yang kini membuat saya begitu berterima kasih, bisa menjadi inspirasi menulisnya. 

Siapapun engkau, semoga kelak Allah beri jawaban terbaik sesuai skenarioNya, Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Samudra

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Sibling Rivalry

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?