Masihkah Melawan Asap?

Kita memandang langit yang sama namun menghirup udara yang berbeda...Kita berpijak pada negara yang sama namun memiliki lingkungan yang berbeda...Masihkah melawan asap?.
Assalammualaykum ikhwah, darurat bencana bisa jadi belum secara resmi disampaikan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), namun alangkah malangnya warga Riau, Pekanbaru yang hidup tanpa langit membiru. Alangkah sedihnya mereka hidup tidak hanya di antara dua musim kemarau dan hujan, namun bertambah satu lagi musim yaitu musim asap. Bisakah asap tak menghampiri tanah pijak mereka? Saudara sebangsa setanah air yang saat ini sedang merana karena asap, tentu kisah mereka lebih dari sekedar bencana, namun sudah sampai ranah kemanusiaan.

Ini seperti layaknya genosida, membunuh lebih dari satu juta warga secara perlahan. Adakah solusi terbaik untuk mereka? Adakah ketegasan yang menentramkan untuk mereka?. Bisakah ini bencana terakhir?. Tentu, segala pertanyaan ini tak kunjung terjawab. Hingga suatu ketika, media secara frontal menerbitkan headline mereka buram berasap, suatu langkah cerdas seorang journalist yang patut diapresiasi. Bahkan sungguh rasanya hanya lembaga kemanusiaan yang begitu menggelora menolong mereka. Tidakkah seluruh manusia Indonesia bergerak?.

Bayangkan jika setiap hari, selama 100 hari penuh langit tak pernah membiru, segalanya buram tak bergairah. Setiap bangun pagi seperti layaknya mimpi berada dalam suatu daerah terisolasi. No electricity, No School, No Flight, No oxygen. Lalu dalam mata yang masih nanar pedih berkata dalam jiwa: "Ada apa ini? Segalanya menjadi muram?". Sepanjang hari memakai masker, sepanjang hari terbatuk-batuk, setiap hari menangis menahan napas yang tersengal.

Masihkah Melawan Asap?.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Samudra

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Sibling Rivalry

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?