Sakinah Mengalahkan Kemapanan

"Ken, Bapakmu Budayawan to?

"Kok tau?" 
"Iya, aku mau ngambil penelitian tentang budaya, ketemu Bapakmu bisa?"
***

Diskusi beberapa bulan yang lalu dengan rekan kerja terjawab sudah, bahwa yang dikatakannya memang benar adanya. Ia benar-benar mengambil penelitian tentang budaya. Bahwa impiannya sudah sangat dekat.

Barangkali, kita semua memiliki mimpi. Termasuk saya, menjadi pengajar dan peneliti. Mengabdi pada masyarakat dengan ilmu yang berkah dan bermanfaat. Barangkali sama dengan mimpi ikhwah sekalian. Baru-baru ini Bapak mengatakan "Kamu ga pengen jadi dosen Ken? Bapak pikir kamu lebih cocok jadi dosen." Apa yang dikatakan Bapak sungguh membuat saya berpikir, jika ada kesempatan tentu saya akan mensyukurinya. Namun Allah tau yang terbaik bukan? Allah menempatkan saya di tempat terbaik saat ini. Saya masih sangat mencintai pekerjaan saya saat ini. Cita-cita atau mimpi yang sejak kuliah itu tetap menjadi mimpi nomor wahid saya. Suatu saat jika ada kesempatan dan Allah meridhoi, saya yakin mimpi itu akan terwujud. Entah melalui skenario yang bagaimana.

Bu Grace, salah satu dosen favorite saya ketika masih kuliah telah menyelesaikan ujian tertutup doktoralnya. Alhamdullilah, bersyukur rasanya bisa mendengar beliau lancar mengerjakan disertasinya. Saya yang paling excited sekali ketika beliau mengatakan hal itu. Maybe karena saya tau detail cerita dan perjuangan beliau hingga mencapai titik ini. Beliau selalu memberi semangat pada saya, masih ada kesempatan untuk mencari beasiswa dan masih banyak kesempatan untuk mewujudkan mimpi. "Biarkan Allah menjadi sutradara terbaik dalam setiap episode kehidupanmu, Ken!".

Rasanya bahagia ketika mendengar banyak semangat dan motivasi dari banyak rekan. Namun, untuk saat ini saya sedang fokus pada pekerjaan saya. Menikmati setiap detiknya di kantor dan merasakan bagaimana sakinahnya bekerja. Bekerja tidak hanya berfokus pada salary atau kemapanan saja. Ada banyak hikmah dan keberkahan dalam pekerjaan yang baik, lingkungan pekerjaan yang baik dan juga rekan kerja yang baik. Dan tidak semua orang mendapat anugerah seperti itu.

Banyak diantara teman saya bercerita bahwa mereka mengajukan resign karena tidak nyaman dengan pekerjaan, tidak bisa beribadah dengan tenang dan pulang larut malam. Mereka melakukan pekerjaan monoton, tak ada semangat dan tak ada keberkahan. Mereka bercerita bahwasanya faktor salary atau kemapanan tidak menjamin kebahagiaan. Sakinah hati lah yang sebenarnya menjadi faktor utama. Barangkali itu yang membuat saya sangat mencintai pekerjaan saya saat ini.

Tidak ada yang lebih indah dari ridho dan cintaNya bukan? Setiap manusia pasti ingin setiap aktivitas hidupnya diberkahi, bermanfaat bagi umat dan mendapat pahalaNya, bisa menjadi bekal amal jariyah kelak. Jika Allah sudah menjadikan setiap aktivitas kita sakinah seperti itu, ada lagikah yang tidak cukup? Saya rasa, dicintai dan mencintaiNya, menjadikanNya alasan pertama dan utama dalam setiap aktivitas termasuk pekerjaan sudah teramat sangat bahagia bukan?.

Fabiayyi Alaa Irabbikuma Tukadziban :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia