Perjalanan Hati MenujuNya

"Setiap dari kita sesungguhnya sedang melakukan perjalanan, perjalanan mengemudi hati menujuNya"

-Ken Ulinnuha-
Berbekal keberanian dan tekad sekuat baja, saya berkunjung dari satu rumah ke rumah, silaturahim untuk sebuah tugas negara. Ini semacam perjalanan yang membutuhkan keyakinan. Bertamu, bertatap muka, mengajak untuk berjuang bersama, dalam ranah nurani. Closing-Alhamdullilah :). Perjalanan hati kalau saya bilang, bertemu hampir seluruh jenis lapisan masyarakat, belajar memahami dan menjadi pendengar yang baik. Day to day... sehingga rasanya perjalanan ini seperti kebiasaan yang sudah digariskanNya. 

Perjalanan setiap manusia telah digariskanNya, kemanapun, dimanapun, dengan tujuan apapun, seluruhnya berbingkai ujian. Tidak ada yang semulus jalan bebas hambatan, selalu ada saja jalan terjal maupun jebakan persimpangan. Terlalu sering membaca buku-buku literasi bergenre travelling membuat saya seperti membayangkan sebuah perjalanan. Dari buku Hanum Salsabila Rais dan Rangga Almahendra, 99 Cahaya di Langit Eropa, Berjalan di Atas Cahaya, Bulan Terbelah di Langit Amerika hingga buku semi reportase karangan Agustinus Wibowo, Selimut Debu, Garis Batas dan Titik Nol. Saya seperti menemukan setiap inci kehidupan dari mata seorang author. Menyelami setiap perjalanan spritual, membayangkan setiap detail cerita yang digambarkan hingga berazzam untuk kelak bisa benar-benar melakukan perjalanan dengan kaki sendiri.

Di sepanjang perjalanan hidup, setiap manusia menemukan kepingan-kepingan mozaiknya sendiri. Apakah setiap kepingan akan dirangkai menjadi satu kesatuan gambar yang indah atau hanya tergeletak tak bernilai. Kebanyakan dari kita ini sebenarnya adalah seorang traveller, hanya saja berbeda-beda tujuannya. Ada yang serius melakukan perjalanan ke Belahan Bumi Eropa untuk sebuah cita-cita terpendam, meneruskan master atau program doktoral. Beriktiar sekuat tenaga mengirimkan beribu surel berisi proposal penelitian untuk ditujukan ke kampus impian, atau belajar sepanjang usia untuk mendapat beasiswa kesana. Berkelana menemukan jejak-jejak Islam di Eropa. Saya belajar sebuah perjalanan ini dari Hanum Rais dan Rangga Almahendra. Yang sungguh membuat saya sangat memohon kepada Allah untuk suatu saat bisa melakukan perjalanan spiritual seperti mereka. Barangkali, seperti Hanum, menemani suaminya Rangga Almahendra menggapai cita-citanya. Wallahu Alam. 

Ada yang serius melakukan perjalanan ke Asia Tengah karena cita-cita ingin menjadi tourist. Terjebak kehidupan Arabian, merasakan panasnya Mongolia, dinginnya Tibet, bermasalah dengan polisi setempat, mempelajari kemanusiaan secara nyata. Breaking the limit! mendobrak dan mengalahkan ketakutannya sendiri, berdebat dengan batin sendiri mengenai definisi keyakinan. Lalu kembali ke titik nol, kepada keluarga dan cerita-cerita masa kecilnya. Semua berbalut reportase yang mengagumkan. Saya belajar perjalanan ini dari seorang Agustinus Wibowo, travelling writer sekaligus fotografer kemanusiaan paling mahir se-Indonesia yang pernah saya kenal.

Setiap dari kita sesungguhnya sedang melakukan perjalanan bukan?. Setiap dari kita sedang berjalan, sedang mengemudi. Dan orang terbaik dari setiap perjalanan hidup seluruh manusia di dunia adalah orang yang berhasil mengemudi hati menujuNya. Setiap langkah kaki, setiap detak jantung, setiap cahaya yang masuk ke mata, setiap dessahan napas, setiap perjalanan yang sedang kita lakukan adalah menujuNya. Barangkali tidak semua yang sadar sedang demikian, namun pemenang dari setiap perjalanan adalah mereka yang kembali ke titik nol, keberadaan awal mereka tercipta, titik dimana seluruh dunia akan kembali kepadaNya. 

Dan pertanyaannya, sudahkah setiap perjalanan kita benar-benar menuju kepadaNya???.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia