Hati Yang Mencintai KalamNya [Sebuah Perenungan Part 2]

“Seandainya hati kita bersih berkesucian, takkan pernah ia kenyang dan bosan kepada Al-Quran.”

Ada seseorang yang begitu mengagumkan, tutur katanya lembut, bahasanya santun, tak pernah tertawa terbahak-bahak, begitu mencintai Al-Quran dengan teramat sangat. Malam itu ia hidupkan dengan membaca surat cintaNya, penuh penghayatan penuh keheningan. Air matanya tak terbendung laksana sungai yang mengalir dengan derasnya. Hapalannya pun sangat baik ia jaga, murojaah setiap kali ia berada dalam perjalanan. Sungguh, jika saya bertemu lagi dengannya, itu adalah takdir yang meneduhkan.

Ketika perjalanan menuju Semarang, dalam perjalanan dengan ke melankolisan, saya melihat ada orang yang dengan santun membuka mushafnya, membacanya dengan penuh penghayatan. Sorot matanya penuh kasih, terlihat hati nya lembut dan kuat imannya. Tentu hal ini membuat saya sungguh penasaran, siapa dia? Tidak berdandan layaknya ulama atau pemuka agama, tidak juga seperti ustadz apalagi kiai. Ia sangat biasa, bisa dibilang seperti anak muda kebanyakan. Saya hanya melihat mushafnya, berwarna coklat tua dengan gantungan. Saya hanya melihatnya lalu menolehkan pandangan. Masya Allah, ucap saya dalam hati, siapa dia? Saya hanya bergumam dalam hati.

Jarak tempat duduk saya dengannya cukup jauh, mungkin 5-7 langkah lebar. Ia terlihat berbicara dengan seseorang di sebelahnya, tutur katanya sangat lembut, juga tidak tertawa denga riang. Hanya tersenyum saja. Masya Allah... ia lanjutkan kembali bacaannya. Sambil sesekali menutup mushafnya. Oh, ternyata ia sedang murojaah. Entah surat apa, yang saya lihat ia mengulang-ulangnya. 

Kita semua tentu menyadari, bahwa setiap episode kehidupan adalah takdirNya. Baik ketika sedang bekerja, menuntut ilmu, maupun dalam perjalanan. Allah telah mengingatkan saya dari seorang pemuda yang mencintai Al qur'an dengan teramat sangat. Mungkin dalam gerbong kereta itu hanya saya yang tidak bisa tidur dan seorang pemuda yang hanyut dalam kalamNya. Hati saya seperti tergerak membuka kalamNya. Saya buka surat Al Hujurat ayat 7, ayat favorit saya. 
"......... Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan, dan menjadikan (iman) itu indah dalam hatimu,..." (QS Al Hujurat:7)
Masya Allah, beginikah cara Allah menyampaikan? Dengan hikmah orang lain, dengan menunjukkan betapa Allah begitu dekat, lebih dekat dari urat nadi kita? Beginikah cara Allah menjadikan iman terasa lezat dan begitu indah dalam hati? Beginikah cara Allah mengajarkan kepada umatNya arti lebih dari sekedar mencintai?. Allah seperti memecut hati saya dengan keras, sudah berapa waktu yang kau berikan untuk Al Quran? Sudah berapa lama kau membuka mushafmu? Berapa jam setiap hari? Sudah berapa surat hapalanmu? Jangan-jangan kau hanya membawa dan tak kau baca? jangan-jangan kau hanya seperti mencintainya padahal sebenarnya tidak?. Astagfirullah, Allah benar-benar memecut hati saya bertubi-tubi. 

Saya kembali teringat pada Ramadhan kemarin, betapa banyak sekali Allah berikan hikmah tak berkeseduhan, tentang arti peduli terhadap sesama, tentang menahan kesabaran juga ketaatan, tentang keyakinan mendalam tentang sebuah kepastian. Allah begitu menjaga dan menutup rapat semua aib kita dengan penuh pengampunan. Allah berikan kesempatan pada kita untuk mengecup manisnya bulan penuh keberkahan. 

Seseorang penah mengatakan pada saya, bahwa Al Quran bisa menjadi sahabat terbaik dalam setiap aktivitas. Kamu harus mencintainya dengan teramat sangat, maka kelembutan hatimu akan terpancar. Maka jika Al Quran sudah menjadi pedoman maka segala problematika Insya Allah dapat terpecahkan. Al Quran kelak bisa menjadi syafaat di hari akhir. Bacalah dengan tartil, amalkanlah dengan bijak dan ajarkanlah dengan kesantunan. Masya Allah, saya benar-benar terpecut dan tertampar. Apa yang sudah kau lakukan selama ini?. Sudahkah bekalmu cukup?. Tidak kah kau tau bahwa dengan membacanya saja bisa menjadi pelipur lara?.
"Jika kamu ingin berkomunikasi dengan Allah, maka bacalah Al Quran, kalamNya begitu indah bukan?" 
Semoga Allah berikan keistiqomahan pada tiap jiwa-jiwa yang mencintaiNya dengan setulus-tulusnya, dengan pengharapan maghfirahNya, dengan ketundukan yang penuh ketaatan. Semoga Allah berikan rahmat pada setiap insan yang mencintai kalamNya, menyampaikan hikmahNya dan mengajarkannya dengan penuh keridhoan. 

Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia