Catatan Hati Seorang Humanitarian

I have dedicated my life to being a humanitarian worker. I do not worry about my life when i do my job. I just believe in helping others. God will help our life and humanity will create peace in This world.

Humanitarian. Sejak kecil tak pernah terbersit dalam pikiran dan hati untuk menjadi pekerja sosial, mendedikasikan diri sebagai pekerja kemanusiaan, menebar kepedulian, membantu sesama. Tak pernah terbayangkan sebelumnya untuk menjadi humanitarian worker, bekerja untuk orang lain, bekerja untuk umat. Sampai pada suatu ketika Allah amanahkan tugas dunia akhirat ini...

Bagi kebanyakan orang, berkarir dengan pekerjaan mapan dan super parlente adalah kebanggaan. Punya rumah mewah, mobil pribadi, gadget termahal, hangout di cafe, holiday ke luar negeri. Maybe itu tujuan mereka bekerja mencari nafkah. kebanyakan orang berlomba-lomba memasukkan lamaran pekerjaan ke perusahaan bonafit yang menjanjikan banyak fasilitas kesejahteraan. Selepas kuliah mereka akan banyak membuat CV dan lamaran yang ditujukan kepada perusahaan impian mereka. Menunggu panggilan dengan setia, mencoba lagi jika tidak diterima begitu seterusnya. Hingga title sebagai eksmud (eksekutif muda) didapatkan. Saya rasa, kebanyakan orang ingin hidupnya sejahtera dan bahagia seperti itu. berlimpah materi bahkan kemewahan. Siapa coba yang tidak mau?.

Well, apa yang lebih indah dari sebuah kata bernama 'bahagia'? Bahagia seperti tak ada habisnya jika dibahas. Ada banyak keindahan mengalir disana, ada banyak kenyamanan, ketenangan disana. Hingga kata baik pun semuanya terangkum menjadi satu kata yaitu bahagia. Apa sebenarnya definisi bahagia? Ada orang yang mengartikan bahwa bahagia itu punya uang banyak dan bisa beli apa saja. Ada juga yang mengartikan punya keluarga harmonis nan kaya raya, ada juga yang mengartikan bisa keliling dunia kemana saja. 

Bahagia berbanding lurus dengan kesuksesan. lalu apa sebenarnya makna dari kesuksesan? Apakah menjadi direktur bagian dari kesuksesan? Sukses itu ketika apa yang kita raih, apa yang kita dapat juga bisa dirasakan orang lain. Menjadi milliyuner jika bukan sebagai philanthropist seperti sayur tanpa garam. Tak ada artinya. Hidupnya hanya untuk diri sendiri, memikirkan kesejahteraan diri sendiri. Bergelimang harta juga buat apa, jika disekitar kita banyak yang mengemis dan menderita bukan? Apakah kita akan menutup mata dan telinga ketika orang lain banyak menanggung derita? tidakkah hati nurani berteriak?. 

Seseorang pernah bertanya pada saya mengenai arti bahagia dan sukses ini lalu dihubungkan dengan cita-cita saya nomor wahid, to be lecturer, Apa tidak sayang jika melepaskan kesempatan untuk pekerjaan yang tidak banyak orang mau terjun ke dalamnya?. Lalu saya menjelaskan, bahwa humanitarian worker juga salah satu profesi yang membanggakan. Ini seperti asuransi saya kepada Allah. Saya katakan kepadanya bahwa tidak banyak orang yang mau mewakafkan dirinya untuk kepentingan umat. Tidak melihat salary sebagai satu-satunya alasan, tapi sebagai bonus dan keberkahan dari Allah. Setiap orang pasti ingin hidupnya sejahtera, tapi apakah kesejahteraan materi menjamin kebahagiaan dan sakinah di hati? Siapa yang bisa menjamin?. Saya tetap pada mimpi saya to be lecturer, but now i proud to be humanitarian. Kelak saya yakin, cita-cita saya nomor wahid itu akan dikabulkan, kapan nya saya serahkan padaNya.

Bahkan orang tua saya juga mengatakan, apa tidak letih bekerja untuk membangun kesejahteraan orang lain? Pagi hingga sore bahkan lembur untuk kepentingan orang lain, sampai rumah masih saja mengajar juga agar anak-anak disekitar rumah senang belajar, kapan kamu memikirkan dirimu nak?. Pertanyaan itu pada awalnya sering bapak dan ibu saya tanyakan, tapi pada akhirnya mereka memahami. Setelah mengetahui bahwa pekerjaan ini adalah tabungan amal saya kelak di akhirat, bahkan mengajar anak-anak selepas bekerja juga sebagai tabungan amal. Melihat mereka tumbuh menjadi anak yang semangat belajar dan berprestasi, patuh dengan orang tua dan cinta pada RabbNya. Bukankah ini yang disebut bahagia dan sukses? Menjadi perantara kebaikan banyak orang, menjadi perantara hidayah banyak orang. Karena bahagia itu ketika melihat kebahagiaan orang lain. Sebaik-baik manusia yang bermanfaat bagi orang lain kan? :).

Succeed your life, ada banyak cara melakukannya, ada yang punya azam untuk menjadi orang kaya cuma biar bisa beli barang-barang mahal, mobil keluaran termahal, rumah super mewah atau segala hal yang berbau materi. Ada juga yang bekerja pagi siang hingga malam untuk mewujudkan mimpinya memiliki barang-barang kesukaan, hidup metropolitan dengan life style megapolitan. Tapi tidak banyak diantara kita yang solidarity togetherness, hidup untuk kepentingan umat, hidup untuk bermanfaat bagi sesama. Tidak banyak, namun akan selalu ada di antara kita :) mereka yang mencintai kehidupan sejahtera, tidak hanya bagi dirinya sendiri namun juga masyarakat... karena sejatinya kebahagiaan adalah ketika disekitar kita juga bahagia, sejahtera sejatinya adalah tidak hanya diri kita dan keluarga kita yang sejahtera, tapi juga bangsa ini yg sejahtera.

So, bagaimana dengan kita? Sudahkah bermanfaat bagi sesama? :) Proud to be humanitarian :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Senandung Ukhuwah

Mengapa Takut Pada Lara?

Memantaskan diri itu kece :)