Melembutkan Hati Dengan Memelihara Kucing

Memeilhara kucing bisa melatih kelembutan hati, kesabaran juga lebih ber-empati ;)

Assalammualaykum ikhwah fillah Rahimakumullah, bagaimana dengan satu pekan yang luar biasa ini? Semoga setiap detik yang dilalui penuh keberkahan ya?. cerita sedikit nih mengenai salah satu hobi saya yaitu memelihara kucing. Semoga berkenan untuk membaca ya :).

Sebenarnya kaget bercampur ga nyangka ketika teman-teman kantor juga banyak yang menyukai kucing. Pertama karena tidak semua orang suka kucing, kedua karena kucing sudah mainstream dengan penyakit toxoplasma. Padahal, memelihara kucing itu bisa melatih kelembutan hati. Entah pada awalnya bagaimana, saya dan keluarga tidak pernah terbesit dalam pikiran untuk memelihara hewan ciptaan Allah yang lucu dan menggemaskan ini. Jadi ceritanya, 10 tahun yang lalu ada seekor kucing yang masuk ke rumah, tentu bukan kucing persia atau anggora yaa. Seekor kucing kampung berwarna putih dengan bulatan hitam di kepala dan ekornya. Mungkin Allah ingin menyampaikan pesan bahwa kucing adalah binatang yang baik jika dipelihara. Maka kucing yang masuk ke dalam rumah tersebut akhirnya kami pelihara. 

Kucing yang kami beri nama Kuting itu kemudian tumbuh menjadi kucing yang lincah dan penuh semangat. Namun sayang, 2 bulan kemudian ia mati mengenaskan karena terkena racun tikus di rumah sebelah. Kami sekeluarga menangis terharu, menguburkannya di halaman belakang rumah. Beberapa hari kemudian datanglah seekor kucing bernama Selli, kucing blasteran Anggora-Kampung milik salah seorang pecinta kucing tetangga kami. Selli bebulu abu-abu kehitaman. Kami kemudian mengadopsinya untuk menjadi kucing kami. Memberinya makan setiap hari, memandikannya, mengajaknya jalan-jalan ke luar, bercanda gurau, terkadang berlarian bersama. Karena cantik dan berbulu lebat. rupanya banyak kucing kampung yang jatuh cinta padanya. Maka 3 bulan kemudian Si Selli melahirkan 5 bayi kucing yang sungguh menggemaskan. Hingga kami sering mengamati Selli memindahkan anak-anaknya dengan menggunakan giginya satu persatu ke tempat yang lebih aman berkali-kali. Maybe untuk menjaga agar anaknya aman dan nyaman. 

Selli bersama kami kurang dari satu tahun sampai ia mati mengenaskan juga sama seperti kucing kami sebelumnya. Terkena racun yang melemahkan badannya secara seketika. Proses sakaratul maut seekor kucing ini sungguh melatih kesabaran hati. Walaupun kami sudah membantunya untuk tetap hidup dengan memberikannya kopi sebagai penawar racun tetap saja Selli tak terselamatkan. Anak-anaknya pun juga tak bisa bertahan. Kecuali Cello, kucing yang bertahan sangat lama. Kucing kesayangan kami, kucing yang mengajari kami banyak hal tentang kelembutan hati. 

Ibu paling sayang dengan Cello, bahkan tidak hanya dengan Cello. Semua kucing yang mampir dan masuk ke dalam rumah tidak pernah diusir. Ibu mengajari kami untuk menyayangi mereka dengan baik. Memberikan mereka makanan dan minuman yang layak, walau hanya ikan asin atau ikan pindang. Setidaknya mereka bisa tetap bernapas. Selama 8 tahun bersama Cello banyak kisah yang kami lalui bersama. Semoga kisah ini menginspirasi ikhwah sekalian ya ;).

Cello pernah saya ceritakan detailnya di tulisan saya sebelumnya yang berjudul Kesayanganku, My Pussy Cat. Melalui Cello kami belajar arti berlembut hati. Dia baru saja mati 1 bulan yang lalu. Bersama kami selama 8 tahun menorehkan banyak cerita penuh kenangan. Dia satu-satunya kucing yang mati dalam keadaan tua renta tak berdaya. Mati ketika kami sedang tidak berada di sampingnya, mati dalam keadaan sudah kurus sekali, sudah tak berbulu juga tak cantik lagi, Kucing jantan yang manis, selalu membangunkan saya di sepertiga malam, selalu bergelayut manja ketika saya melantunkan ayat suciNya. Tatapannya tajam namun penuh kasih sayang. 

Pernah suatu ketika saya pergi keluar hendak membeli keperluan dapur, Cello tiba-tiba mengikuti saya dari jauh. Mengikuti saya sampai ke warung dan bergelayut manja ingin diperhatikan. Hingga tetangga berdecak kagum, "Pinter Banget Kucingmu, Ken" :). Kucing sebenarnya tau manusia mana yang mencintainya dan yang membencinya. Dia akan sangat cinta pada manusia yang mau memelihara mereka dengan kelembutan, kesabaran juga penuh kasih sayang. Kucing tidak akan pernah mau dekat dengan manusia yang hatinya tidak lembut, apalagi yang suka menyiksa mereka. 

Dengan memelihara kucing, saya dan keluarga banyak mengambil hikmah. Bersabar dengan tingkah mereka, berlembut hati pada mereka dengan memelihara mereka dengan penuh kisah sayang. Pada hari terakhir sebelum Cello mati, ia menghampiri kami. Bermain dengan kami sekeluarga, berlarian, bercanda seperti tidak tampak akan mati. Dia makan dengan sangat lahap. menghabiskan Snack Tuna kesukaannya. Seperti ingin memberikan kesan yang berkesan dan kenangan yang manis bersama kami. Tiba-tiba kami dengar dari tetangga Cello mati tak sadarkan diri. Dan tangis kami pun pecah.




Belajar Dari sahabat Rasullulah SAW yaitu Abu Hurairah bahwa memelihara & mencintai kucing adalah bagian dari mencintai penciptanya, Allah SWT.
Selamat tinggal Cello, 8 tahun membersamai, terima kasih telah banyak mengajarkan keluarga kami Arti berempati Dan berlembut hati. Arti bersabar juga mengasihi.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Sibling Rivalry

Laut tak pernah meninggalkan pantainya :)