Tegar Seperti Karang dan Mutiara [Bangunlah Daerahmu!]

Tegarlah seperti karang yang rela dihempas ombak sedahsyat apapun namun keindahannya dinanti banyak pasang mata...
Tegarlah seperti mutiara yang rela sakit dikikir untuk menjadi yang berharga bagi mereka yang mendambakannya...
Tak perlu setegar Baja yang kuat Dan keras jika tak berarti apa-apa...

Assalammualaykum readers, weekend yang mendung ya? Semoga setiap detik yang dilalui bersama keluarga menjadi moment berharga. Kali ini penulis ingin berbagi melalui kisah inspiratif. Semoga menginspirasi yaa :).
Kisah ini based on the true story :). Ada seorang pemuda yang hidup di tengah-tengah keluarga tak berkecukupan. Hidup merana, setiap hari yang dilakukan adalah berdiam diri di rumah. Ibunya meninggal ketika melahirkan adiknya. Dan si pemuda tinggal bersama kakeknya karena ayahnya menikah lagi.

Dia hidup bersama segenap mimpi Dan harapan. Berdiam diri di dalam rumah seperti tak punya nyali sama sekali. Kakeknya hanya memperbolehkannya keluar untuk sekolah Dan belajar. Segala yang berkaitan dengan pendidikan sungguh diutamakan. Selain itu lebih baik di dalam rumah. Membaca buku atau mendengarkan sang kakek bercerita.

Ia tumbuh menjadi pemuda yang penakut, anti sosial dan tak mampu "srawung" kepada masyarakat luas. Si pemuda hanya menjadi pemimpi ulung. Memiliki mimpi untuk berkelana Dan berpetualang kemana saja berada. Namun sekali lagi itu hanya tatapan kosong. Pesimis dan tak mungkin terwujud. Yang ia tau, belajar Dan belajar.

Sampai pada suatu ketika sang kakek bertanya mengenai cita-citanya. Sang kakek berharap si pemuda akan menjadi penerus usaha sang kakek, seorang juragan tambak paling termasyur di kotanya. Lantas si pemuda bergejolak batinnya. Karena bagaimanapun sang kakek-lah yang membesarkannya, menyekolahkannya hingga lulus kuliah.

Demi sang kakek yang juga tokoh masyarakat di daerahnya, si pemuda meneruskan usaha sang kakek. Namun ia tak pernah goyah dan masih memendam impiannya. Berpetualang Dan berkelana, melihat dunia yang lebih luas. Tidak hanya hidup di kotanya.

Setelah sang kakek wafat, bisnis tambak semakin berkibar. Bisnis tersebut hingga memiliki beberapa tambak-tambak besar di daerah lain. Si pemuda lantas berpikir mengenai mimpinya, berpetualang. Hingga akhirnya ia keluar dari kotanya.

Ia lantas merantau ke ibukota, meninggalkan segala kedamain di daerahnya. Asuhan kakeknya menjadikan dirinya pribadi yang penakut. Hingga saat tiba di ibukota ia dirampok oleh sekelompok preman pasar. Seluruh hartanya raib tak tersisa. Hanya menyisakan baju yang melekat ditubuhnya.

Terlunta-lunta di ibukota membuatnya sedikit goyah. Apakah berpetualang perlu pengorbanan seperti ini? Untuk menjadi berani saja tak mampu. Pada akhirnya ia kembali ke daerahnya dengan gontai.

Tak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu, tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah, pribadi yang penakut dan tak berani mewujudkan mimpi. Ia kembali ke daerahnya. Ulet dengan pekerjaannya menjadi pengusaha tambak.

Suatu hari, seorang pengusaha dari belahan dunia lain, Amerika mengajaknya untuk bekerjasama. Kerjasama tambak internasional. Hari itu ia tersadar ketika sang pengusaha Amerika itu berkata bahwa tidak banyak pemuda yang mau menjadi petani tambak, sesekali menebar benih di lautan untuk menjaring ikan. Kearifan lokal yang perlu dibanggakan untuk negeri ini. Asset berharga bagi bangsa ini, memiliki pengusaha muda yang hebat. Tak perlulah kau berkelana jauh jika disini saja kau mampu berkarya. Tak perlulah kau bepetualang jauh jika disini kau justru membuat mereka petani dan nelayan kecil mampu menyambung hidupnya. Jangan takutlah terhadap masa depanmu karena sesungguhnya engkaulah pejuang sejati.

Seketika itu pemuda itu tersadar Dan bertekad membangun daerahnya. Tak perlu berkelana atau berpetualang ke ibukota yang hiruk pikuknya memekakkan telinga. Bangunlah daerahmu agar menjadi daerah yang makmur.

Sang pemuda kini menjadi pengusaha yang termasyur. Banyak berderma dan bermanfaat bagi banyak masyarakat. Sesekali ia berlibur bersama keluarga ke daerah-daerah di Indonesia. Mempelajari kearifan lokal budaya Indonesia.

Tegarlah seperti karang dan mutiara. Kelak dia akan menjadi sesuatu yang berharga. Tak perlu setegar Baja yang menempamu menjadi keras Dan kuat jika ia tak berarti apa-apa. Cukup menjadi yang bermanfaat bagi sesama maka ia akan menjadi ladang amalmu yang mulia.

Komentar

ekosmax mengatakan…
Filosofinya mengena, ceritanya inspiratif bgt, menggugah semangat. Akan lbih nyata semangatnya jk bsa sling bercerita dg tokoh dlm cerita...
ekosmax mengatakan…
Filosofinya mengena, ceritanya inspiratif bgt, menggugah semangat. Akan lbih nyata semangatnya jk bsa sling bercerita dg tokoh dlm cerita...
Ken Ulinnuha mengatakan…
tokoh dalam cerita sungguh menginspirasi, saya hanya menuliskan kisahnya dalam bahasa tulisan...

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Mengapa Takut Pada Lara?