Menulislah Ken, Maka Dunia Akan Memahamimu!

Assalammualaykum, mendung yang syahdu di hari Minggu ya ikhwah? Rasanya nikmat sekali berdiam diri sambil merenungi segala kesalahan diri kepada sang Maha Segala, Allah SWT. Setelah menghadiri beberapa taklimat, hari ini ada banyak sekali yang ingin penulis sampaikan. Mungkin karena tak mampu untuk mengutarakan, oleh sebab itu bahasa tulisan ini menjadi saksi bagaimana perasaan ini tersampaikan.

Well, belakangan ini ketika ada waktu rehat, saya lebih banyak membuka beberapa laman blog milik teman. Menunggu post terbaru, membaca dan mengambil hikmah dari tulisan mereka. Ada banyak rasa yang dapat saya tangkap dengan hati dan pikiran. Bahwa sejatinya tulisan itu bahasa paling jujur sedunia. Yang penuh tanda tanya akan arti dari tulisan yang dibuat. 

Bapak saya adalah seorang penulis yang hebat. Bapak sering memotivasi bahwa menulis bisa melegakan hati. "Bapaknya penulis tentu anaknya harus juga bisa menulis". Bapak mendapat project dari Pakdhe Atmo tan Sidik, salah satu budayawan Brebes untuk menulis tentang sejarah dan budaya kota Brebes. Tulisan bapak yang masih berbentuk draft coba saya baca dan analisa. Ternyata memang benar, tulisan bisa mempengaruhi persepsi pembaca. Terutama dalam kaitannya dengan sejarah dan budaya. Bapak menulis banyak tema yang berkaitan dengan seni dan budaya. Salah satu inspirasi saya dalam menulis. Tak heran jika banyak sekali karya beliau yang telah di bukukan.

Banyak judul puisi milik Bapak yang sudah dibukukan. Entah berapa banyak, yang pasti tak terhitung. Selain puisi, bapak juga menulis banyak naskah drama yang banyak dijadikan rujukan seluruh pelaku teater se Indonesia. Subhanallah... :). Bapak juga pernah menulis novel yang berjudul Wayang Kertas, novelnya memenangkan Sayembara Cipta Cerita Bersambung Suara Merdeka, tahun 1990. Baru-baru ini Bapak mendapat kesempatan untuk membukukan cerpennya. Kumpulan cerpen terbaik sepanjang masa yang diberi judul Tunas.

Dari Bapak, saya banyak belajar. Tidak hanya bersemangat untuk menulis namun juga berkarya. Walau jauh dari sempurna, namun setidaknya tulisan saya bisa dibaca oleh segenap pembaca. Saya teringat bagaimana dulu ketika masih SD, Bapak mendaftarkan saya untuk mengikuti Lomba Mengarang bertema "Aku dan Masa Depanku" yang diselenggarakan oleh salah satu stasiun televisi. Dengan dibimbing Bapak, aku belajar menulis. Walaupun pada saat itu tidak berharap untuk menang, hanya sebagai pemantik agar saya bisa dan mau menulis, Tak disangka ternyata karangan yang berjudul "Jika Aku menjadi Presiden" itu memenangkan lomba tersebut. Alhamdullilah... :).

Menulis memang bagian dari nafas kehidupan, karena dengan menulis orang tidak perlu bertanya "Siapa kamu" dan menunggu jawaban langsung dari saya. Namun cukup dengan membaca tulisan saya, orang tau saat ini apa yang sedang saya rasakan dan bagaimana karakter saya sesungguhnya. Saya bahagia bisa bercerita lebih banyak dengan bahasa tulisan. 

Ada seorang teman di jaman SMA yang mengatakan, "Tulisanmu bagus Ken! Lebih baik kamu masuk sastra saja", namun saya hanya tersenyum karena sejatinya cita-cita saya bukan menjadi seorang penulis seperti Bapak. Hanya sekedar hobi dan bukan untuk profesi. Dulu ketika SMA, saya pernah menerbitkan buku kumpulan cerpen yang diprint sendiri, difotocopy sendiri dan dibagikan sendiri ke teman-teman sekelas. Tulisannya juga tidak spesial, hanya kumpulan cerpen khas anak remaja.

Namun, ketika saya membaca buku karangan Hanum Rais dan Rangga Almahendra [ baca tulisan saya sebelumnya mengenai Belajar dari Hanum Rais dan Rangga Almahendra], juga buku karangan Asma Nadia dan suaminya Isa Alamsyah, saya mulai berpikir... "Subhanallah ya jika kita bisa menulis, menghasilkan karya yang dibaca banyak orang, menjadi inspirasi banyak orang bersama pendamping hidup kita, bersama mereka yang kita cintai". Seketika saya bersemangat kembali untuk menulis ;).

Ketika saya lulus kuliah, Bapak pernah mengatakan, "Mulailah aktif menulis lagi Ken, seperti ketika usiamu yang masih belia. Tidak harus tulisan fenomenal, tulislah apa yang ada di hati dan pikiran. Menulislah, maka dunia akan memahamimu". Dan aku menjawab dari dalam hati "Insya Allah Pak, Niken akan mulai aktif menulis lagi".


*didedikasikan untuk Bapak, penulis hebat yang mengajarkan banyak kebaikan untuk terus aktif menulis. Uhibbuka Fillah, love u Cz Allah Abi sayang ;).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sabar Seluas Samudra

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Mengapa Takut Pada Lara?

Tak Ada Beban Tanpa Pundak