Mendekati Langit Tetapi Tetap Membumi

"Kita yakin kita semua bisa, yang kita perlu sekarang cuma
kaki yang berjalan lebih jauh dari biasanya,
tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya,
mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya,
leher yang akan sering melihat keatas,
lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja,
hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya,
serta mulut yang akan selalu berdoa,"
{5cm}


*Didedikasikan untuk mereka, si pembawa carrier, sang pendaki gunung

Assalammualaykum ikhwah fillah, ada sebuah kebanggaan yang melebur menjadi keharuan ketika salah satu keluarga saya yaitu Dek Bre memiliki tekad tahun ini untuk menaklukkan Gunung Rinjani, gunung tertinggi nomor 2 setelah Semeru dengan ketinggian 3726 mdpl. Gunung tercantik dengan keindahan yang termasyur bagi mereka sang penjelajah alam. Berlokasi di Lombok, Nusa Tenggara Barat yang tidak hanya menjadi destinasi favorite para pendaki karena keindahan pemandangannya dari puncak namun juga danaunya yang sejuk, Danau Segara Anak.

Mendekati langit tetapi tetap membumi. Itulah prinsip para pendaki. Kata Dek Bre, mendekati langit lebih dekat dengan pencipta namun tetap berpijak di bumi, bersama segala mimpi dan harapan. Mimpi dan harapan untuk mencapai puncak dengan segala perjuangan ketika mendaki. Kedinginan hebat, kaki lecet, nafas tersengal hingga terbentur batu. Semuanya terbayar dengan keindahan melihat samudra di atas awan, sunrise di pagi hari dan sunset di petang hari.

Belajar dari para pendaki, mereka tak pernah mengeluh sekalipun membawa carrier yang beratnya lebih dari sekedar membawa 1 karung beras. Maka tak heran jika ada outlite tertentu yang menjual berbagai macam perlengkapan mendaki. Dari yang murah hingga berkelas karena merk-nya. Harga sepatu gunung yang ber merk saja dikisaran harga 500.000 - 1.000.000. Begitu juga dengan Carrier dan Jaket Gunung. Bagi mereka pemula dan amatir (seperti saya), sebaiknya bawalah perlengkapan standart mendaki. Tas Carrier/ransel, jaket gunung, jas hujan, baju ganti, topi/sarung tangan, kaos kaki, sepatu gunung, tenda, sleeping bag/matras dan yang paling penting logistik (makanan cukup). Bawa juga headlamp (kalo punya)/senter beserta baterai cadangan, survival kit, obat-obatan, tissue toilet, lilin, korek api dan pisau lipat serbaguna.

Bagi para pendaki akhwat, pakailah rok dengan bahan yang tidak "nyrimpet" dengan dobelan celana gunung berkantong (hindari rok yang jika basah tak cepat kering). Pakai hijab langsungan yang tak perlu peniti berbahan kaos agar lebih hangat. Biasanya para pendaki akhwat pemula ini perlu latihan dulu sebelum mendaki, latihan bisa dilakukan 1 bulan atau 2 pekan sebelum mendaki. Bisa lari, jogging atau naik sepeda untuk melatih kaki supaya ketika mendaki tidak kaget atau gampang lelah.

Memang benar bahwa mendaki gunung bukan hanya sebatas olahraga saja namun passion dan impian. Impian itu dilekatkan bersama segudang harapan yang filosofinya dalam. Maka benar saja bahwa hampir semua pendaki gunung memiliki perencanaan mendaki mereka jauh-jauh hari, mengumpulkan perlengkapan juga jauh-jauh hari. Jika perencanaannya saja sedemikian rupa maka pantas saja mereka bersemangat sekali ketika mendaki. Rela naik bis bahkan numpang truk terbuka untuk sampai ke desa pertama sebelum mendaki ke puncak (Ala backpacker). Dalam mendaki pun mereka anti mainstream sekali, kadang gengsi mengatakan "Break" saking semangatnya mau mencapai puncak. Ketika sudah sampai puncak pertama kali yang dilakukan adalah sujud syukur. Kenapa? Karena rasanya seperti lebih dekat dengan Pencipta, Allah SWT. Kemudian mendirikan bendera, foto bersama dan menangis karena tak menyangka bisa mencapai puncak. Bagi mereka yang sudah terbiasa seperti adik saya, sujud syukur dan berdoa adalah seindah-indahnya pengharapan.

Well, ada banyak gunung di Indonesia yang bisa dijadikan rujukan destinasi. Gunung Rinjani di Lombok Nusa Tenggara Barat salah satunya, Gunung Bromo atau Semeru. Namun bagi para pendaki pemula, Gunung Ungaran, Gunung Lawu, Gunung Gede bisa jadi rujukan. Karena ketiga gunung tersebut jalur pendakiannya tidak ekstrim, cukup landai dan pemandangannya indah.

Begitulah filosofi para pendaki, memperjuangkan harapan dengan terus mendaki. Mendekati langit tetapi tetap membumi.

It is not the mountain we conquer but ourselves.” ( Bukan gunung yang kita taklukkan, tetapi diri sendiri ) - Edmund Hillary dari Selandia Baru pendaki gunung Explorer Terkenal karena pertama kali yang berhasil mendaki Gunung Everest.

Wassalam. Hopefully menginspirasi!. Selamat Mendaki!.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sabar Seluas Samudra

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Mengapa Takut Pada Lara?

Tak Ada Beban Tanpa Pundak