TANGISAN KERINDUAN BERDAKWAH
Teruntuk
seluruh AKTIVIS, KADER DAKWAH YANG PERLAHAN menjauh…
Dakwah
adalah cinta, begitulah perasaan pertama kali yang muncul ketika berkenalan
dengan aktivitas berdakwah. Dakwah adalah never ending happiness, membuncah dalam
dada, mengalirkan sakinah di hati, terkadang sesak karena rindu yang teramat
dalam pada barisan harmonisasi dakwah. Dakwah tidak bisa pudar atau hilang
karena tersimpan begitu dalam di dasar jiwa. Letaknya sangat dalam sehingga tak
mungkin lagi dapat dicari karena terpatri dengan mutlak.
Dakwah adalah cinta yang
membahagiakan. Seperti kebahagiaan awan ketika bertemu hujan, kebahagiaan
tanaman ketika disiram, dan kebahagiaan laut ketika bertemu ombak. Rasanya
mungkin tak pernah bisa terlukiskan. Suatu ketika, dulu masa-masa paling sibuk
berdakwah, kami memiliki visi dan misi, mengaturnya sedemikian rupa sehingga
untuk menghasilkan materi dakwah yang hangat, bahasan dakwah yang mengena dan
rencana yang mengahsilkan. Aktivis dakwah ketika kuliah atau sekolah adalah
aktivis yang idealis, menjunjung tinggi
syariat, tidak goyah dengan godaan, rajin beribadah, bertilawah dan
menyeru kebaikan juga mencegah kemungkaran.
Perlahan, mereka para aktivis dakwah
menjadikan dakwah sebagai napas kehidupan, tujuan hidup, dan prinsip dalam
setiap helaan napas. Masih sangat segar ingatan sebuah sajak yang dilantunkan
Izzatul Islam dalam munsyid berjudul “Sang Murrobi”:
Selayaknya bagi jiwa-jiwa yang mengazamkan
dirinya di jalan ini
Menjadikan dakwah sebagai laku utama
DIALAH VISI, DIALAH MISI, DIALAH OBSESI,
Dialah yang menggelayuti di setiap hela napas,
Dialah yang mengantarkan jiwa ini pada Ridho dan
Maghfirah TuhanNya
Sungguh sangat membahagiakan
ketika mencintai Allah dengan aktif berdakwah. Mencintai Allah dengan berjanji
untuk always until end berdakwah menegakkan panji-panji Allah. Berdakwah memang
bisa sendirian, saling memberi nasehat untuk sholat, untuk rajin dhuha, rajin
puasa senin kamis atau rajin bersedekah. Tapi, lebih kompleks lagi bahwa ada
banyak ilmu islam yang belum tersentuh obyek dakwah, permasalahan akhlak,
permasalahan akidah, permasalahan cara bermuamalah yang tidak semua mengetahui
dengan berdakwah sendiri. Kita perlu ilmu, perlu kajian mendalam dan perlu
mendalami materi dengan practice, learning by doing karena sejatinya berdakwah
akan lebih mengena di hati objek dakwah jika kita berdakwah dengan teladan dan
hati yang bersih. Mungkin, ilmu semua itu bisa kita dapatkan di buku-buku
islam, e-book atau artikel di internet. Tapi perlu kita ketahui bahwa setiap
orang memiliki tafsir sendiri terhadap bahan kajian islam. Untuk itu kita
memerlukan guru, ustadz, murrobi yang mengajarkan kita, memutabaah setiap
aktivitas pekanan, memurojaah setiap hapalan qur’an kita. Karena sejatinya
kesuksesan berdakwah adalah berjamaah.
Sangat
disayangkan bahwa aktivis dakwah yang dulu sangat idealis menegakkan syariat,
bersemangat menegakkan keadilan, kini perlahan menjauh dalam aktivitas yang
sangat membahagiaakan jiwa ini. Menjauh dengan berbagai alasan klasik yang
terkadang membuat kami yang masih berjuang di jalan ini menangis dan sesak di
dada. Ada apa dan kenapa? Apakah materi yang melimpah bisa melupakan kewajiban
kita sebagai muslim untuk amar ma’ruf nahi mungkar, berhenti dalam aktivitas
dakwah dan amanah berdakwah? Apakah mereka malu bahwa idelaismenya seperti
dikebiri oleh dirinya sendiri karena egoisme sepihak? Atau karena kekecewaan
terhadap dakwah. Padahal Allah tidak pernah mengecewakan. Allah membuka jalan
lebar tanpa persimpangan untuk memudahkan kita bertahan di jalan dakwah ini.
Jalan dakwah yang tak terjal, halus hingga ujungnya adalah Surga Allah yang
mulia.
Setiap
ilmu, setiap yang kita ketahui jika bersumber dari Al Quran dan Hadist adalah
hidayah yang tiada duanya. Hidayah dari Allah ketika kita mengetahui bahwa
begitu kompleks kehidupan ini sehingga setiap permasalahn kehidupan dapat
disolusikan dengan tepat oleh Allah. Kenapa harus menjauh dari hidayah Allah?
Sungguh RUGI TERAMAT SANGAT jika kita menjauh, menghindari atau bahkan ada yang
berlari dari hidayah Allah yang sempat tertanam dalam hati.
Saudaraku,
kalian adalah jundi Allah. Kalian adalah aktivis dakwah yang dicintai Allah.
Berputar baliklah, jangan pernah acuhkan hidayah Allah, menangislah karena
kerinduan kalian pada dakwah. Menangis karena mencintai Allah, dan tegaklah
pada barisan dakwah ini. Barisan yang diridhoi Allah. Bersatu dalam cinta dan
harmoni.
Kami rindu pada semangat dakwah yang pernah berkobar dalam
diri kalian… L
Komentar