#StrongFromHome; Belajar Jadi Suami & Istri, Selesai Dengan Diri Sendiri, Siap Berkolaborasi Dengan Pasangan Sejati

Siap menikah adalah siap menerima segala konsekuensi, tanggung jawab, amanah menjadi seorang istri maupun suami, ibu maupun ayah. Karena menikah adalah membangun peradaban, ibadah paling lama yang insya Allah berlabuh ke SurgaNya.

Sungguh, ketika mitsaqan galidza terucap, para malaikat mengaminkan dan Allah menyaksikan perjanjian agung antar dua orang manusia yang dengan ikatan suci Allah kehendaki untuk bersatu, membangun mahligai rumah tangga, sakinah mawaddah warahmah wa dakwah. Menjadikan pernikahan sebagai pintu Rahmat Allah, melahirkan generasi yang mencintai dienul Islam, Allah, RasulNya dan kitabullah.

Konsep pasangan dan anak-anak adalah konsep terbaik yang mesti direncanakan setelah akad itu terucap. Berhasilnya mendidik anak akan terwujud jika konsep pasangan (Frame Of Life) selaras atau satu frekuensi. Mungkin pada saat sebelum menikah masing-masing individu memiliki Frame Of Life yang berbeda, dilahirkan dari keluarga yang berbeda, habit dan paradigma yang berbeda tentang kehidupan. Namun setelah menikah, frame of life ini dipersatukan, selaras sesuai dengan visi dan misi pernikahan yang disepakati.

Dan orang yang berhasil mewujudkan keselarasan suami dan istri, maka ia berhasil mengekang egonya, beres dengan masa lalu dan diri nya sendiri. Selesai dengan luka yang mungkin pernah menganga di masa lalu. Memaafkan seluruh hal yang terjadi di masa lalu, bagaimanapun kesakitan itu. Karena jika manusia masih memiliki luka yang belum sembuh di masa lalu kemudian menikah, memiliki anak, kemungkinan besar ia akan menurunkan rasa luka yang menganga itu kepada keluarga barunya. Inner Child bahasa psikologinya, menuntaskan inner child menjadi hal yang patut diperjuangkan.

"Sometimes the smallest things take up the most room in your heart."

Apa Itu Inner Child?

Kepribadian seseorang ditentukan oleh 80% pengaruh lingkungan serta 20% sifat-sifat yang diturunkan secara genetis. Inner child merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang dipengaruhi oleh masa kecilnya. Bisa saja orang-orang yang masa kecilnya penuh trauma dan kejadian mengenaskan menyembunyikan inner child-nya ketika dewasa. Orang-orang seperti ini bisa berperangai ceria dan menyenangkan di depan banyak orang. Tetapi bukan berarti inner child bisa lenyap seutuhnya. Ada saat di mana orang-orang dengan trauma masa kecil akan merasa tertekan atau tampak murung.

Hal ini biasanya hanya dipahami oleh orang-orang sekitarnya yang memiliki hubungan sangat dekat secara batin. Hubungan dekat bukan berarti orangtua atau saudara kandung. Bisa saja justru para sahabat yang memahami inner child-nya. 

Pentingnya Memahami Inner Child Pasanganmu
Banyak kasus inner child yang membuat hubungan antara suami istri menjadi terganggu. Misalnya saja seorang wanita yang sering mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari ayahnya. Ketika dewasa dan menikah, rasa benci pada suami bisa timbul karena bayang-bayang sosok ayah yang tidak menyenangkan. Begitu pula dengan pria yang masa kecilnya dipenuhi dengan tuntutan serba sempurna dari orangtua. Ketika dewasa, si pria bisa menjelma menjadi pria perfeksionis dengan standar hidup serba tinggi.

Tidak selamanya inner child menjadi sesuatu yang buruk. Pola asuh dan pengalaman hidup yang menyenangkan semasa kecil akan menjadi inner child yang baik.

Nah, jika kita sudah menerima dengan penerimaan seutuhnya tentang masa lalu kita maka sudah siap kita berkolaborasi dengan pasangan hidup. Semangat ya :)

Jogjakarta, 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Ramadhan is loading...

Mengapa Takut Pada Lara?