Jangan Berhenti Jadi Orang Baik


Berusahalah memahami masing-masing manusia, karena dengan memahami satu sama lain. kalian bisa bersikap baik satu sama lain. Mengenal baik seorang manusia tak pernah berakhir dengan membencinya dan nyaris selalu mencintainya. -John Steinbeck, 1938
Terkadang, dalam hubungan sesama manusia kita sering bersikap egois. Menuntut orang lain memahami kita dengan alasan memperjuangkan harga diri. Namun kita enggan bahkan tidak mampu memahami orang lain. Terkadang pula, kita sering bersikap tidak peduli dan apatis terhadap sesama. Memikirkan ketentraman diri sendiri dengan mengacuhkan perasaan orang lain. Saling memahami adalah cara terbaik berkasih sayang. Mengenalnya dengan baik adalah cara terbaik meminimalisir prasangka buruk. 

Terkadang bersikap baik pun susah sekali. Terlalu cuek dianggap tidak perhatian. Padahal sebenarnya menjaga izzah diri. Terlalu keras bernahi mungkar dianggap tidak toleran. Berniat mencairkan suasana namun justru menciderai persahabatan. Hendak memberi nasehat dikira menjatuhkan kehormatan diri. Mengkritik dianggap sok suci. Apa saja yang dilakukan seakan-akan salah dimata semua orang. Kebaikan memang sangat mahal.

Namun, alangkah baiknya jika kita berpikir positif dengan tidak mengedepankan anggapan orang. Fokus utama kita adalah Ridho Allah. Berprasangka baik kepada siapapun adalah hal yang baik dan patut menjadi prinsip diri. Lihatlah segalanya dalam bingkai kebaikan. Tidak peduli bagaimana orang lain menilai. Jika yang kita lakukan benar secara syariat serta baik secara agama, maka tidak perlu khawatir. Allah adalah tujuan.
Seseorang yang melihat kebaikan dalam berbagai hal berarti memiliki pikiran yang baik. Dan seseorang yang memiliki pikiran yang baik mendapatkan kenikmatan dari hidup. ~ Bediuzzaman Said Nursi
Terkadang kita pun perlu belajar dengan sahabat Rasullulah, seperti Khalifah Umar Bin Khatab: "Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku". Belajar untuk menerima kritikan orang lain, nasehat positif dari orang lain sebagai bentuk muhasabah diri. Karena sesungguhnya sahabat yang baik adalah mereka yang mengkritik untuk kemajuan kita. Kritik pun bukan bentuk penjatuhan harga diri. Kritik adalah ekspresi cinta seorang sahabat untuk perbaikan diri sahabatnya. Tentu dalam mengkritik pun ada etikanya, lembut namun tegas dan mengedepankan kasih sayang.

Terkadang memaafkan adalah cara terbaik dalam meredakan perselisihan. Bukan berarti yang meminta maaf lebih dulu adalah seorang loser. Justru pemenang sejati adalah mereka yang berani untuk mengakui kesalahan, walaupun sebenarnya tidak salah. Berani menghadapi masalah dengan menekan ego, mengalah bukan berarti kalah. Bersikap bijaksana dengan jiwa penuh pemaaf. Meskipun misalnya kita yang justru dikorbankan, disalahkan, dianggap remeh dan segala bentuk underestimate lainnya, bersabarlah. Karena menjadi orang baik tidak selalu harus menang. Cukup dengan berniat baik, memaafkankan, dan memperbaiki diri untuk lebih baik lagi. Karena fokus utama kita adalah Ridho Allah, Cinta Allah. Bukan yang lain.
Antara tanda-tanda orang yang bijaksana itu ialah: Hatinya selalu berniat suci. Lidahnya selalu basah dengan zikrullah. Kedua matanya menangis kerana penyesalan (terhadap dosa). Segala perkara dihadapinya dengan sabar dan tabah. Mengutamakan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia. (Utsman bin Affan)
Jangan berhenti jadi orang baik, karena orang baik selalu ada tempat di hati setiap orang. Tidak peduli seberapa banyak sakit di hati atas ketidakadilan yang orang lain berikan kepada kita. Tetaplah berbuat baik, meskipun banyak orang membenci. Jangan membenci orang lain yang telah melakukan hal kurang baik kepada kita. Lapangkanlah hati kita dengan menerima segala bentuk takdir yang Allah berikan. Tugas kita hanya menjadi hambaNya yang taat bukan?.
“Jangan membenci siapapun, tidak peduli berapa banyak mereka bersalah padamu. Hiduplah dengan rendah hati, tidak peduli seberapa kekayaanmu. Berpikirlah positif, tidak peduli seberapa keras kehidupanmu. Berikanlah banyak, meskipun menerima sedikit. Tetaplah berhubungan dengan orang-orang yang telah melupakanmu, dan ampuni yang bersalah padamu. Jangan berhenti berdoa untuk yang terbaik bagi orang yang kau cintai.”(Ali Bin Abi Thalib)
Last but not least, jangan merasa paling baik sedunia tanpa noktah hitam sedikitpun di dalam hati. Allah tidak menunjukkan kesalahan kita yang banyak itu dikarenakan cintaNya yang teramat tulus kepada hambaNya. Jika satu kesalahan dinilai dengan bau busuk, mungkin diri ini amat sangat bau hingga tak ada manusia yang mau mendekat. Allah lah yang menilai kebaikan dan niat seseorang. Jangan pernah merasa: Aku Bukan Orang Baik, Aku penuh dosa atau sebaliknya Aku Murni Orang Baik, Aku suci tak berdosa. Jangan merasa diri sudah baik lantas berhenti berbuat baik. Jangan merasa diri tidak baik lantas mendeskreditkan diri sendiri. Tugas kita adalah berusaha menjadi pribadi yang baik dengan mengedepankan RidhoNya. Selebihnya Allah yang menentukan.
“Janganlah menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya Allah yang lebih tahu manakah yang baik di antara kalian.” (HR. Muslim).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Ramadhan is loading...

Tak Ada Beban Tanpa Pundak