Menyatukan Warna dalam Satu Kanvas

Menyatukan karakter yang berbeda itu ibarat bermain warna dalam satu kanvas. Menjadi lukisan bermakna atau abstrak sekalipun, ia tetap indah :).
Ada sebuah cerita yang cukup menggelitik hari ini. Seseorang yang dianggap melankolis tiba-tiba di suatu acara menjadi sangat sanguinis. Membranding dirinya dengan sebuah kalimat ambigu yang mengundang gelak tawa dan tanda tanya. Ternyata kita memang tidak bisa menilai seseorang dengan satu sisi saja ya?. Bisa jadi penilaian kita itu tak terbukti. Karena maybe kita tak pernah benar-benar mengenalnya.
Diskusi mengenai karakter memang tak pernah ada habisnya. Saya tipe orang yang susah menilai seseorang. Namun belakangan ini saya banyak belajar. Cukup dengan mengamati, mendengar cerita, curahan hati atau sekedar mengobrol biasa. Bisa juga dengan membaca tulisannya. Nah, about tulisan ini yang pernah jadi fokus saya dalam menilai karakter seseorang. Tapi tidak selamanya benar, orang yang kita kenal pendiam dan tak banyak bicara ternyata suka bercanda dengan dalih ingin membuat gelak tawa. Tiba-tiba saja menjadi sanguin sejati.
Tentu sebagai makhluk sosial yang berkomunikasi dengan masyarakat luas, kita mengenal sifat, sikap juga habits seseorang. Kita tidak mungkin menjadi egosentris bukan? Mengedepankan argumen kita sendiri di depan khalayak, tak mau disalahkan dan merasa paling pantas dihargai, tidak mau menjadi follower, semua orang tunduk padanya. Sifat yang seperti ini nih yang perlu dihindari.
Karakter masing-masing orang itu berbeda-beda. Ada yang ekspresif sekali, ada juga yang datar sekali. Ada yang supel, ada juga yang malu-malu. Ada penyuka ungu ada yang biru. Ada yang suka buah durian ada yang suka buah mengkudu. Ada yang frontal menyampaikan sesuatu ada yang dipendam dalam hati. Tentu tidak ada yang salah bukan? Semuanya tergantung selera masing-masing, dan sah-sah saja bukan?.
Ibarat warna di atas palet, kita bisa memilih warna apa saja yang diinginkan. Dengan menggunakan kuas, kita bisa menyapukan warna kuning bercampur hijau untuk ladang dan persawahan atau biru keunguan untuk langit, atau bisa saja percampuran semua warna untuk sebuah lukisan abstrak. Bukankah justru lukisan yang abstrak itu mahal sekali ya?.
Sama halnya dengan karakter orang, kita bisa berkomunikasi dengan sangat lihai jika berhadapan dengan karakter apapun. Bahwa perbedaan pendapat atau gesekan pikiran maupun perasaan yang terkadang bikin sakit itu bukan soal. Intinya saling memahami, saling menghargai dan bukan menjadi hambatan kita untuk terus berkarya. Justru dengan perbedaan itu kita bisa menjadi lebih kuat. Bayangkan jika seluruh orang di dunia ini berkarakter sama. Tentu kita tidak pernah mengenal warna yang indah, harmonisasi nada. Hidup menjadi tak bergairah. Monoton, tak ada nuansa keindahan. Flat saja, tak ada warna, apalagi pendarnya, tak akan sampai ke pelupuk mata.
Nah, jika kalian masih saja memperdebatkan hal-hal yang menjadi perbedaan, bangkitlah :). Sesungguhnya perbedaan karakter itu anugrah dan indah. Seperti warna yang kita satukan dalam satu kanvas besar. Bisa jadi lukisan bermakna itu suatu prestasi yang membanggakan. Jika menjadi lukisan abstrak pun tetap bernilai tinggi di mata kurator handal, bahkan bernilai milyaran. Nah, pertanyaannya, sudahkah kita menyadari perbedaan karakter itu?.
Sanguinis, Pleghmatis, Koleris dan Melankolis bisa berteman dan bersahabat. Seperti persahabatan warna-warna dalam pelangi atau nada doremi dalam sebuah lagu. Indah bukan?. Tak perlu merasa sakit maupun sedih. Bukankah kita semua ini harmoni?. Yuk satukan karakter kita untuk karya dan prestasi yang membanggakan :).
*Tulisan ini ditulis selepas berdiskusi dengan salah satu rekan yang bercerita tentang karakter seseorang yang mencengangkan dalam sebuah pelatihan. Seseorang itu dikenal pendiam dan tak banyak bicara. Namun menakjubkan, ketika pelatihan ia menjadi pribadi yang berbeda. Saya hanya mendengarkan ceritanya dengan seksama dan merangkumnya dalam tulisan. Semoga bermanfaat yaa :).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sibling Rivalry

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Laut tak pernah meninggalkan pantainya :)