GENERASI MILLENIUM

Bung karno pernah bilang bahwa satu pemuda bisa mengubah negara, mungkin itu yang sempat menjadi perenungan akhir-akhir ini. generasi Indonesia bisa dibilang generasi milenium, tidak pernah absen nonton TV setiap hari, tidak pernah absen update status atau upload foto moment2 tertentu. sedih memang, karena waktu dihabiskan untuk sibuk menjelajahi dunia maya. dunia maya sudah seperti jiwa dan nyawa. menyatu dan tak terlepas. 

Menjadi pengajar yang memiliki banyak murid yang berbeda karakter cukup membuatku memutar otak, bagaimana caranya agar mereka, setidaknya murid2ku semangat untuk belajar, semangat untuk membaca buku dan semangat bersosialisasi dalam masyarakat. aku sedih ketika salah satu murid pernah kutanyai perihal kenapa dia tidak pernah tersenyum ketika tetangga menyapa. dia bilang "Aku ga kenal bu guru...", lalu kembali asik dengan Iphone 5 miliknya. heran juga sebenarnya, anak SMP dibelikan orang tuanya Iphone, punya juga black berry dan tab sendiri. kalo belajar denganku lebih banyak ngobrol tentang artis2 favoritnya yang lagi kena kasus percintaan lalu seperti biasa asik dengan gadgetnya. belakangan diketahui bahwa orang tuanya sibuk, jarang berada di rumah dan tugas luar kota. aku kasihan, karena sampai saat ini membaca ali ba ta sa saja belum lancar.

Murid2ku punya kesamaan, sama2 suka sekali jeng jeng alias ngemall, mereka sering bercerita bahwa aktivitas ngemall berjamjam ga akan pernah meletihkan, padahal aku saja satu jam beli kebutuhan rumah tangga di supermarket capeknya sudah luar biasa, pengen cepet2 kelar. anak2 jaman sekarang mungkin dimanjakan dengan gadget berfasilitas. tapi menurutku, tidak ada fasilitasnya jika tidak dibutuhkan. anak SMP belum butuh punya Iphone atau blackberry, atau smart phone lain. mereka butuh perhatian dan motivasi untuk berjuang, yaa, setidaknya semangat belajar.

Sering orang tua mereka bercerita padaku sambil menangis atau menundukkan kepala tanda kesedihan, berharap aku punya solusi untuk mengatasi penyakit "autis" smartphone atau gadget mereka, mengatasi kemalasan mereka dan antisosial mereka. dan aku punya konsep sendiri...

Remaja jaman sekarang tidak bisa dipaksa, disuruh, diultimatum, atau diancam. pendekatan personal adalah salah satu cara, mendekatinya, bahasa dakwah menyebutnya dakwah fardiyah, adalah salah satu upaya membuat mereka perlahan-lahan mengerti tanggung jawab. jadi begini konsepku, sebelum belajar biasanya aku berdoa bersama, dan kuceritakan sepenggal kisah sukses tokoh tertentu, misal pelajaran hari itu yang dipelajari adalah tentang listrik dinamis (Fisika SMP), aku menceritakan dengan gaya gaulku mengenai kenapa harus ada Thomas Alfa Edison, sampe kenapa Dahlan Iskan bisa jadi Menteri BUMN? dan pastinya, mereka jd penasaran laluuu perlahan meletakkan gadgetnya. kujawab, karena sejak kecil mereka berjuang, kesuksesan tidak pernah bisa instant dek, kujawab. kubiarkan mereka bertanya 'kenapa'? Dahlan Iskan bahkan untuk sekolah saja harus berjalan ber km2, tanpa sepatu kadang2. no car, no angkot. tapi kenapa ya beliau bisa sukses?. dan cerita-cerita tokoh lain yang berbeda. 

Muridku yang tidak suka matematika pun bertanya padaku suatu hari, 'kenapa integral sing njlimet ga jelas harus dipelari bu?'. kutertawa sampe mereka heran. kalo manusia di dunia tidak suka dengan matematika dan menganggap matematika, termasuk integral tidak perlu dipelajari, mana mungkin kalian bisa tinggal di rumah? rumah adalah salah satu produk integral, rumus kemiringan atau phytagoras didapat dari integral, nah kemiringan rumah di dapat dari rumus phytagoras. bayangkan jika arsitek ga ngerti rumus itu... wah jelas gawatttttt bunagetttt... jangan2 kita tetap tinggal seperti orang2 jaman bahula... hahahaha. 

99% guru di sekolah tidak menjelaskan sejarah dari suatu ilmu, rumus, atau materi. jadi langsung ke pokok bahasan. padahal mengetahui sejarah kenapa ada hukum newton itu penting, supaya mereka tau kenapa ada newton, ohm, ampere, dan kilobyte. kebanyakan murid tidak tahu sejarahnya. dan aku memiliki konsep agar mereka tahu hingga akarnya.

Aku selalu berkata, jadikan matematika, fisika, english, biologi, kimia, dll sebagai kawan yang menyenangkan. tidak suka gurunya, itu bukan masalah. yang terpenting dari pemahaman adalah menyukai materinya kan bukan orangnya. selesai belajar, aku berikan kesempatan mereka curhat masalah sekolah, dan diakhir sesi kuwajjibkan mereka memberikan satu quote yang mereka sukai, bisa dari buku, fb, twitter, dll, dari tokoh atau terkadang dari ucapan orang tua mereka sendiri.

Kami belajar by practice, tidak harus terpaku buku atau di dalam ruang, belajar di teras sambil melihat kolam ikan asik juga kan? kadang aku sengaja mengajak mereka datang ke rumah, bertemu dengan bapak2 atau ibu2 tetangga, agar mereka belajar bermasyakarakat. learning by doing, itu yang penting. sehingga generasi ini tidak menjadi generasi penghapal saja, tapi generasi brilliant, aktif bermasyarakat dan peduli sesama.

Aku memiliki mimpi, agar seluruh generasi bangsa ini mulai berjuang untuk membangun negara ini. dan semua di mulai dari pendidikan. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sabar Seluas Lautan dan Hati Sejernih Langit

Sekuat Apa Jika Kau Seorang Diri?

Sabar Seluas Samudra

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Mengapa Takut Pada Lara?