Di Balik Lensa

Terkadang detik terlampau lama untuk ditunggu
Presisi rasanya tidak lagi menjadi candu
Kepekaan terhadap warna menjadi nyata
Bukan objek pelipur lara namun jiwa yang selalu merdeka

Setiap lensa memiliki cerita
Ia membidik dengan sempurna
Jika focus adalah tujuan
Maka buat apa menjadi durja

Kosong, terkadang ilusi mengalahkan logika
Begitu pula aku yang sedang merana
Entah karena dinding bebatuan di sekat itu
Atau mungkin ketidaktahuanku yang semakin merajalela

Lensa tersenyum padaku
Hei! Apa yang hendak kau bidik?
Diam adalah membisu, seperti hari ini aku tidak berseru
Diam!
Aku sedang berkontemplasi dengan sepia
Rasanya sendu namun berpadu

Bidiklah hal yang baik! Hei!
Lensa tak bernyawa namun ia patuh pada sang tuan
Dikembalikannya focus seperti semula
Ternyata aku hanya sekedar perupa
Yang mengetahui bahwa keindahan itu ada
Namun sepi sendiri tak bersuara

Lensa menjadikanku semakin gempita
Aku tau!
Tidakkah aku harus membidik hal yang baik saja?
Seperti layaknya sang juru foto yang baik nan bersahaja
Bukan ambisi mengais nurani
Bukan pula ego diri membungkam sanubari

Lensa kemudian menarikku
Nah!
Ini dia kebaikan yang seharusnya kau bidik
Setiap jemari yang menengadah
Setiap hati yang mencintai Illahi



November 2017
Untuk sang fotografer

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Kita Tidak Bisa Memilih, Tapi Bisa Memutuskan

Hatiku Bukanlah Baja

Would The World Be Better Without Islam? Absolutely No!