Keluargaku, Hikmah Hidupku
Setiap dari kita akan diuji pada titik terlemah kita, dan Allah Maha Baik memberikan ujian beserta hikmahNya.
Entah, pelajaran hidup apa lagi yang hendak Allah berikan padaku, bahwa The Foundation Of Everything is a Good Family. Hari ini aku bertemu dengan seseorang yang berhasil memberikan hikmah luar biasa dalam hidup. Soal mencintai keluarga khususnya. Indeed, setiap manusia tentu ingin dilahirkan dari keluarga yang penuh kasih sayang. Ayah Ibu yang sempurna, saudara kandung yang bahagia. Saling mencintai, saling mendukung satu sama lain. Tidak canggung tertawa bersama, berpelukan mesra atau sekedar mengobrol sederhana. Namun, Allah tentu tau cara mencintai hambaNya. Tidak semua anak-anak yang dilahirkan dari keluarga harmonis akan tumbuh menjadi anak yang pasti sukses pun sebaliknya, tidak semua anak-anak brokenhome pasti gagal meraih cita.
Bagiku, orang yang paling luar biasa adalah mereka yang bersyukur atas keadaan apapun yang menimpa keluarganya namun tetap bersemangat menghadapi hidup. Mereka ibarat bunga dalam kaktus berduri, sakit memang. Namun bukankah setiap kesakitan menumbuhkan ketegaran? Selayaknya bunga kaktus yang tetap setia menghadapi keringnya gurun pasir. Meski ia tau tidak mudah menghalau segala rintangan. Seorang anak akan tumbuh sebagaimana orang tua nya mendidik, benar adanya. Namun hidayah dan kebaikan itu Allah yang berikan. Setiap orang, berhak menjadi baik, apapun alasan kehidupan masa lalunya.
Apapun yang pernah terjadi di masa lalu, sepahit apapun pastikan itu semua berhikmah di masa depan. Jika engkau tau bahwa selayaknya ibu adalah mencintai anaknya, maka kelak cintai anak-anakmu setulus hati, mematuhi suaminya, maka patuhi suamimu dengan baik. Jika engkau memahami benar cara ayah memperlakukan keluarga, maka jadilah ayah terbaik dunia akhirat. Yang setiap raga dan hela napasnya adalah setia. Dan jika engkau tau betul bagaimana menjadi seorang anak yang kuat birrul walidain-nya, maka jadilah anak yang mencintai Ayah Ibunya segenap jiwa.
"Aku benci ayahku, karena ia telah bertubi-tubi menyakiti ibuku. Tidak mengapa aku tidak diperhatikan, tapi jangan lakukan itu pada ibuku". Tidak mudah memang membalik perasaan kecewa, sedih, marah dan geram kepada perlakuan orang tua yang mencederai hati bahkan membuat luka terasa nanar di kepala menjadi perasaan yang baik seolah tidak terjadi apapun. Ini perkara menerima dengan ikhlas. Penerimaan yang baik. Namun bukankah Allah sedang mencintai kita dengan menguji kita? Bukankah Allah ingin membuat kita kuat dan tegar menjalani hidupNya yang serba fana ini? Allah ingin kita bisa, karena Allah mencintai kita. Bersabarlah dengan sabar yang baik, bersikaplah baik kepada Ayah dan Ibu kita meskipun mereka pernah menyakiti kita. Hormati dan hargai mereka sebagai manusia terbaik yang melahirkan dan membesarkan kita.
Jangan pernah membenci dan tidak terima dengan keadaan, apapun, ataupun pada siapapun.. karena sejatinya setiap episode kehidupan adalah skenario terbaik dari Allah yang mesti kita syukuri. Yakinlah, Allah mencintai lebih dari apapun di dunia ini. Pahami takdirnya, syukuri keadaannya..
Semoga tulisan ini menginspirasi jiwa-jiwa yang merindukan utuhnya keluarga. Saranku, datangi Ayah Ibumu, peluk mereka dengan cinta, lalu maafkan. Itu akan meredakan segalanya bukan?.
Jogjakarta, 2017
Dibuat diatas trans Jogja
Komentar