Belajar Dari Si "Brokenhome" [2]

"Kisah keluargamu sungguh mengharukan...bahkan dengan mendengarmu bercerita saja, hatiku meleleh. Entah, bagaimanapun kisah pilu yang engkau hadapi di masa lalu atau kesakitan yang kau dapatkan di masa lalu, semuanya membuatku takjub. Mungkin hatiku tak akan pernah setegar itu, dan kau.... Engkau berhasil membuatku diam. Diam dalam tarian penaku."

Engkau pernah berkata bahwa "Aku takut, aku tidak mampu, ini terlalu beresiko". Saat itu engkau tau, aku terdiam seribu bahasa, bulir-bulir air mata menetes tak terbendung dan aku tertatih melangkah. Bukan karena sedih yang meradang, namun rasa kesal karena engkau tidak juga berubah. Apa yang membuatmu begitu menderita? Semua pertanyaan itu membisu di kepalaku. 

Baru saja kemarin aku mengetahui secara penuh apa yang terjadi, kekerasan fisik, pertengkaran yang tak berujung, cibiran lingkungan sekitar, bahkan keluarga yang tak pernah mendukung. Rasanya hati ini seperti ditusuk ribuan sembilu, aku seperti merasakan sakit yang bertubi. Ya Allah, sebegitu kah kisahmu?.

Melakukan riset secara mendalam terhadap keluargamu membuatku parau, terlebih jika cerita itu aku angkat ke dalam salah satu tokoh dalam novelku. Kini sebagai penulis aku sangat bimbang. Bimbang karena takut, luka lamamu akan terkoyak begitu dalam. Namun entah kenapa aku sangat ingin menulis tentangmu. Entah kenapa.

Mungkin karena Allah yang menuntunku untuk membuat kisah dalam buku pertamaku menjadi lebih indah, sarat makna dengan inspirasi yang kaya. Kau tau, butuh waktu yang sangat lama untuk membuat karya ini. Sungguh, bahkan terkadang aku tak bisa makan dan tak bisa tidur. Pikiran dan hatiku beradu. 

Kakakmu sangat baik, tak kusangka hatinya setegar itu. Ia menceritakan dengan sangat detail bagaimana keluarganya memperlakukannya. Sungguh, hatiku sangat luluh. Bagaimana bisa kalian menghadapi keluarga yang sedemikian rupa? Engkau seperti kupu-kupu yang menderita dan dicemooh namun pada akhirnya bermetamorfosa dengan kepakan sayap nan indah. Dan lagi-lagi aku takjub.

Kisah keluargamu sangat menarik, bahkan jika diceritakan akan sangat inspiratif. Aku kira kamu akan setuju, sesungguhnya aku ingin sekali berkarya bersamamu, membuat project buku pertamaku menjadi sebuah karya yang indah, inspiring, fenomenal. Karena aku tau, cerita dalam novel ini juga lebih banyak atas sumbangsihmu.

Namun ternyata engkau tidak mengijinkan, padahal dengan kisahmu mungkin akan menjadi inspirasi dan kekuatan bagi pembacaku kelak. Namun, aku tau mungkin ada sayatan luka dalam hatimu yang belum sembuh benar sehingga kau merasa berat lagi sungkan. Atau aku memang yang salah karena dari awal aku mengira engkau setuju. Meskipun kini aku harus mulai dari awal, aku tetap semangat.


Terima kasih, telah begitu banyak memberikan inspirasi. Terima Kasih telah begitu sarat makna mengajariku arti kekuatan dan cinta dalam keluarga. Aku yakin kelak engkau akan menjadi kebanggaan Ayah dan Ibumu. Aamiin

Menuju karya pertama,

Melukis Langit Project
#MulaiDariAwal
Semarang, 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Kita Tidak Bisa Memilih, Tapi Bisa Memutuskan

Hatiku Bukanlah Baja

Would The World Be Better Without Islam? Absolutely No!