Apakabar Calon Pendampingku? Part VI

“Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.”
Salim Akhukum Fillah, Jalan Cinta Para Pejuang
Assalammualaikum, calon imam dunia akhiratku? Apakabar akhi? Masihkah engkau bersabar atas segala ikhtiar yang sedang kau perjuangkan? Atau engkau sedang terdiam dan ragu pada pilihan-pilihan hidupmu saat ini? Jangan pernah ragu, pilihlah yang mendekatkanmu pada ketaqwaan, pilihlah yang membuat tenang hatimu, pilihlah yang baik untk dunia akhiratmu. Sungguh aku sedang menari dengan waktu, bersendau gurau dengan setiap detik yang berlalu. Aku bahagia karena aku sangat yakin, sedikit lagi aku akan bertemu denganmu, engkau yang sholih dan lembut hatinya, engkau yang akan menggandeng tanganku menuju surgaNya. 

Wahai calon pendamping hidupku, aku sangat mencintai Allah, setiap detik dan helaan napas, aku sangat mencintaiNya, kuharap engkau pun begitu. MencintaiNya tak pernah merasa sakit bukan? MencintaiNya sungguh menenangkan hati bukan?. Aku sedang belajar bersabar ketika seluruh keluarga besarku memintaku untuk segera mengakhiri masa lajang, aku hanya ingin menyempurnakan separuh agama, dienul Islam, yang indah dan megah bersama engkau, yang sampai detik ini pun aku tidak tau siapa.

Siapa engkau wahai akhi? Mengeja namamu saja aku tak pernah sanggup, karena aku tidak tau benar siapa dan bagaimana dirimu. Yang aku tau: Allah, penciptaku yang Maha Agung berjanji, bahwa Jika Aku mencintaiNya, ia akan karuniakan seseorang yang mencintaiku karenaNya. Inilah prinsip hidupku. Bahwa berumahtangga bukan sekedar saling mencintai saja, lebih dari itu, melibatkan Sang pencipta Allah Azza Wa Jalla adalah alasan terkuatku yang lebih paripurna dari seluruh alasan yang pernah hadir dalam benak.

Aku ingin kelak menjadi istri dan ibu yang baik. Untuk Allah, bukan untukmu atau anak-anak kita saja. Tapi untuk Allah, yang dengan rahmatNya masih memberiku kesempatan untuk bernapas dan melangkahkan kaki. Aku berharap kaupun begitu, meletakkan segala harapanmu hanya kepada Allah, merapalkan doa terbaik juga hanya kepada Allah. 

Keluarga itu lapisan terkecil dalam peradaban, tiang pertama dalam pondasi kehidupan. Maka, aku sungguh sedang mempersiapkannya dengan sangat matang, demi kehidupan yang lebih baik. Kaupun begitu, berjuanglah dengan tangguh. Jangan bersedih, bersabarlah, kelak jika kita bertemu dalam ikatan suci bernama pernikahan, aku dan engkau akan menengadah kepada Allah seraya berkata dengan lirih: "Ya Rabbi, Alhamdullilah inilah jodoh dunia akhiratku..."

Ya Allah, takdirkanlah aku bertemu dengan dia, yang apabila bersamanya, Engkau dan SurgaMu terasa lebih dekat. Aamiin.
Desember, 2017

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Kita Tidak Bisa Memilih, Tapi Bisa Memutuskan

Hatiku Bukanlah Baja

Would The World Be Better Without Islam? Absolutely No!