Yang Kuingat Hanya Satu
"Kamu uda lama ga nulis, Ken?" tanya Bapak suatu sore. Aku hanya terdiam dan tersenyum. "Menulislah Ken, kalau tidak bisa banyak tulislah puisi yang lebih ringan, bermain kata-kata bisa menentramkan hati".
Yang Kuingat Hanya Satu
Terkadang aku lupa bahwa matahari berwarna jingga Atau merah menyala seperti kelopak bunga di depan rumah
Terkadang bahasa lisan tidak bisa menerjemahkan bahasa hati siapa yang lebih tau Bahwa nurani adalah rahasia Illahi?
Terkadang aku lupa bahwa mimpi bisa larut dalam sunyi siapa kira jika seluruh jemari meminta pada Illahi?
Berderap langkah pun seperti misteri, binar-binar cahaya tak lebihnya sepi
Terkadang aku lupa bahwa langit berwarna biru tapi bisa jadi laut yang berwarna biru, satu fase bisa merubah arti bukankah langit bisa saja berwarna gelap jika malam menjelang? Atau berwarna kuning saat matahari terbit?
Terkadang aku lupa bahwa rumput berwarna hijau
Atau cokelat saat musim semi tiba tidak juga berwarna kuning bisa jadi biru seperti awan, namun bukankah awan berwarna putih?
Terkadang bahasa jiwa tak bisa menerjemahkan bahasa kalbu, yang ada hanya ruang-ruang sempit bernama sendu. Aku lupa bagaimana bumi yang ternyata berotasi bisa membuatku diam membisu. Menjadi lebih tak menentu. Mungkin aku sedang merenung dalam butiran-butiran tasbih
Aku terkadang lupa, atau benar-benar lupa pada tiap bias duniaAda apa? Apa yang bisa kuingat? Ah, yang kuingat ternyata hanya satu.. Allahku.
Komentar