Hasil Tidak Pernah Mengkhianati Ikhtiar
Malam itu entah kenapa air mataku tak terbendung, beranak sungai tak berujung. Bercerita panjang dengan rekan sekerja ku yang begitu luar biasa. Aku memanggilnya, Mba Retno. Entah, bagaimana aku bisa melukiskan sosok kepribadiannya yang lebih dari sekedar baik namun teramat baik. Tidak hanya perhatian namun sangat berempati. Aku hingga tak sanggup lagi melukiskan setiap kebaikannya, setiap kepeduliannya yang tak pernah ada letihnya. Aku sungguh mengaguminya.
Mba Retno selalu berada di garda terdepan perkara ukhuwah. Apapun yang bisa dikerjakan akan beliau kerjakan dengan tuntas, tanpa perhitungan bahkan jika malam hari pun bisa dikerjakan akan dilakukan dengan sepenuh hati. Aku mungkin tidak sanggup sebegitu luar biasanya seperti Mba Retno, yang sangat care terhadap siapapun, yang amat bertanggungjawab terhadap suatu pekerjaan dan bersabar atas banyak ujian yang menerpa. Terkadang aku berpikir, bagaimana bisa manusia begitu baik dan luar biasa seperti ini?.
Hingga malam itu Mba Retno menceritakan kepadaku suatu kisah, dimana aku berpikir bahwa manusia itu sebenarnya dihadapkan pada pilihan-pilihan. Mengikuti ego untuk tetap pada penilaian manusia, pengakuan bahkan pujian manusia atau melakukan segalanya untuk menggapai ridho Allah. Aku belajar dari Mba Retno bahwa kita sebagai manusia tidak perlu eksistensi dan penghargaan untuk diakui berkinerja baik, namun kerjakanlah saja dengan niat tulus karena cinta pada Allah. Karena hasil tidak pernah mengkhianati ikhtiar.
Terkadang aku tidak bisa menerima sesuatu yang tidak sesuai hati nurani, atau melanggar prinsip diri apalagi jika berkaitan dengan amanah, tentu aku memiliki idealisme. Tetapi Mba Retno selalu memberikan oase terbaik ketika gurun hatiku gersang, meluruskan kembali untuk apa sebenarnya yang kita lakukan.
Aku belajar banyak dari sebuah kebaikan, bahwa kebaikan yang tulus itu berawal dari hati yang bersih, yang tidak ada kekhawatiran perkara dunia apalagi hanya sekedar angka-angka atau materi belaka. Setiap dari kita tentu ingin menjadi manusia yang bermanfaat bukan? Hanya saja tidak semua manusia menyadari bahwa kebermanfaatannya ini tulus untuk menggapai ridhoNya atau hanya sebagai pengakuan manusia saja.
Jazakillah Khair Mba Retno, semoga Allah selalu menjagamu, semoga Allah senantiasa mencintaimu
Komentar