Fitrah Nurani

Perjalanan malam dengan kereta selalu penuh cerita, entah mungkin karena aku yang terlalu melankoli atau karena aku tak pernah bisa memejamkan mata. Lampu-lampu kota terasa temaram dalam benak. Lalu lalang mobil seperti beresonansi menjadi satu. Stasiun kereta memanggilku perlahan, aku harus segera bergegas.

Pandanganku mengabur keluar jendela, suara desakan rel dan jeruji terdengar perlahan namun asing sekali. Pikiranku entah kenapa tiba-tiba saja ke Allepo, Syria. Aku membayangkan darah bertumpah dimana-mana, tangisan memekkikan telinga, sedang apa kota itu saat ini? Mereka tidur berselimut debu, berlumuran darah dan berhujan air mata. Entah, seberapa banyak kesakitan yang mereka rasakan. Aku sungguh tidak kuat membayangkan.

Pikiran hatiku mulai beradu, kenapa kemanusiaan seakan membisu. Bagaimana tahan aku melihat mereka yang amat sangat mencintai Allah itu merasakan penderitaan sedemikian rupa? Ranah nurani terkadang tidak mampu menjawabnya. Aku pun bingung, kenapa manusia egois sekali. Memikirkan kebahagiaannya sendiri, memerdekakan hati untuk berlindung pada kemunafikan. Masya Allah, adakah setetes empati yang keluar dari fitrah nurani?. Jika hati tidak bergetar melihat banyak anak-anak mati syahid dengan senyum penuh kebahagiaan, sudah keraskah hati nurani?. Aku meredam rasa kesalku yang membuncah ketika dunia bungkam melihat itu semua.

Allah sedang teramat cinta, menguji orang-orang yang sangat mencintaiNya dengan ujian penuh luka. Barangkali kita belum mendapatkannya, mungkin karena kita terlalu asyik dengan dunia. Astagfirullah.. Faghfirlii Ya Rabb :'(. Adakah maghfirahMu untuk kami? Yang terkadang lalai menjalankan syariatMu? Tolonglah mereka yang sedang menangis mengiba. Berikan keadilan terbaikMu Ya Rabbi. Beri kemuliaan penghuni surga untuk mereka. Kelak mereka tidak hanya dikenang sebagai syuhada namun sahabat kami di surga. Pertemukanlah kelak kami di surgaMu yang penuh bahagia.

Aku kembali menatap dalam-dalam jendela kereta. Melankoli sekali malam ini, bersahut manja pada angin yang berdesis masuk melalui celah-celah jendela. Akupun terdiam sejenak. Fabiayyi Ala Irabbikuma Tukadziban? Tidak ada lagi cinta selain mencintai Allah sepenuh hati. Tidak ada rasa empati selain karena Allah juga tidak akan ada nurani selain karena ridho Allah.

Faghfirlii Ya Allah..
Kereta Brantas Menuju Jakarta
20.12 WIB.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fitrah Based Education [Part 3]: Framework

Fitrah Based Education [Part 1]: 8 Fitrah Manusia

Kita Tidak Bisa Memilih, Tapi Bisa Memutuskan

Hatiku Bukanlah Baja

Would The World Be Better Without Islam? Absolutely No!