Untuk Siapa Cintamu?
Andai matahari di tangan kananku
Takkan mampu mengubah yakinku
Terpatri dan takkan terbeli dalam lubuk hati
Bilakah rembulan di tangan kiriku
Takkan sanggup mengganti imanku
Jiwa dan raga ini apapun adanya
Andaikan seribu siksaan terus melambai-lambaikan derita yang mendalam
Seujung rambut pun aku takkan bimbang
jalan ini yang kutempuh
Bilakah ajal kan menjelang jemput rindu-rindu Syahid yang penuh kenikmatan
Cintaku hanya untukMu tetapkan muslimku selalu
[Haris Isa: Keimanan]
Entah, setiap mendengar lagu ini ada desiran halus dalam hati. Flashback moment kembali bagaimana merintis segala perjuangan yang pernah ditorehkan. Dengan air mata yang tak terhenti, dengan hati dan pikiran yang tak pernah tumpul. Perjuangan ini memang tidak bisa dibandingkan dengan jaman Rasullulah dan sahabat-sahabatNya, juga tidak sehebat perjuangan alim ulama hingga mengorbankan jiwa dan raganya. Tapi, semua terpatri dalam hati bahwa semua ini, perjuangan ini hanya satu alasan yang pasti: Cinta kepada Allah.
Siapa yang paling kalian cintai? yang pertama dan utama dalam hati? yang menjadi alasan dari semua alasan, yang menjadi rujukan pertama dalam setiap episode kehidupan? Siapa? Apakah dirimu sendiri? Orangtua? atau keluarga? Atau bahkan pasangan hidup?. Pertanyaan ini tentu tidak mudah dijawab. Seharusnya, Allah yang paling dicintai, paling disayangi, yang pertama dan utama dalam hati. Tak ada tempat pertama selainNya bukan?. Tapi jika menjawab itu, sudahkan apa yang kita lakukan seluruhnya atas dasar cintaNya, untuk menggapai ridhoNya? atau ada selip-selip riya' di hati?.
Bagaimana bisa dikatakan cinta jika untuk beribadah saja kita enggan melakukannya, jika untuk berbuat baik saja kita menghitung lapis-lapis keuntungannya. Hmm, lagi-lagi semua ini berkaitan dengan dunia. Dunia seperti mengalahkan segalanya. Bahkan perasaan cinta. Untuk siapa cintamu saat ini wahai ikhwah? Siapakah yang sedang ada di hatimu saat ini?.
"katakanlah: Jika memang kamu cinta kepada Allah, maka turutkanlah aku, niscaya cinta pula Allah kepada kamu dan akan diampuni Nya dosa-dosa kamu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Penyayang." (QS Ali Imran:31).
Cinta setulus hati, cinta sedalam-dalamnya hati, kepada Allah, yang tak pernah sedetik pun meninggalkan kita walau kita berkali-kali meninggalkannya. Bahkan dalam setiap mozaik kehidupan, seluruh nya berasal dari Mahabbah, cintaNya. Apa hal yang paling manis dan membahagiakan selain mencintaiNya? Adakah yang lebih indah dari mendapat ridho dan cintaNya.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan, dan kebaikan bagi hati manusia kecuali (setelah) dia menjadikan Allah (sebagai) sembahannya satu-satunya, puncak dari tujuannya dan Zat yang paling dicintainya melebihi segala sesuatu (yang ada di dunia ini)”.
Pertanyaannya, sudahkah kita mencintaiNya, menjadikanNya yang pertama dan utama dalam hati kita?. Sermoga kita pun menjadi salah satu hambaNya yang mencintaiNya dan mencintai lainnya karenaNya. Aamiin.
Ya Allah aku berharap bisa mencintaiMu dan mencintai orang-orang yg mencintaiMu dan bimbinglah aku agar selalu beramal yang bisa menghantarkan cintaku kepadaMu. Aamiin.
*Renungan untuk Diri Sendiri
Komentar